Kolom

Zaenal Abidin dan Kiprahnya dalam Dakwah Muhammadiyah Depok (3)

Oleh: Mursin MK

Mengelola Masjid Al Mujahidin

Selepas pensiun, baik dari ASN atau Kepala Sekolah M.Ts.M Kukusan, Zaenal Abidin tidak berpangku tangan. Pimpinan Muhammadiyah Ranting (PRM) Kukusan, di kampung halamannya, memberi amanat kepadanya menjadi Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al Mujahidin.

Masjid bersejarah ini umurnya lebih tua dari Muhammadiyah di Depok. Dibangun tahun 1931. Hanya lokasinya yang berpindah pindah.

Awalnya masjid dibangun H. Mustafa, tokoh Agama di Kukusan, bersama masyarakat, di daerah Poncol (1931) dekat sawah. Dua tahun kemudian (1933) masjid tua itu ditutup Belanda karena khutbahnya menggunakan Bahasa Indonesia.

Khotibnya selain H. Mustafa, juga Mualim Soe’aib Al Wahidi asal Tomang,Jakarta Barat. Dirinya ke Kukusan karena diminta mengajar di madrasah yang dibangun masyarakat setempat. Mualim inilah yang membawa faham Muhammadiyah ke Kukusan. Muridnya, M. Usman, yang kelak merintis Muhammadiyah di Kukusan dan Kota Depok.

Tahun 1936 masjid dibangun kembali oleh masyarakat di atas tanah milik warga di Poncol Kukusan. Namun pada tahun 1955, jelang Pemilihan Umum pertama, pintu masjid digembok (dikunci) oleh pemilik tanahnya.

Hal ini terjadi karena adanya perbedaan pilihan partai politik. Jamaah masjid bersama M. Usman memilih Partai Islam Masyumi, pemilik tanah memilih partai yang berbeda. Kembali masjid dipindah ke tanah wakaf M. Usman dan teman teman seperjuangannya. Masjid dibangun di lokasi yang sekarang ini berada, diberi nama Al Mujahidin.

Sebagai mantan Kepala Sekolah yang biasa bergelut dengan administrasi, manajemen, organisasi, leadership dan program atau progres, Zaenal Abidin menertibkan pengelolaan masjid.

Dirinya berusaha memakmurkan masjid dengan memperhatikan aspek aspek Idaroh/manajemen, imarah/memakmurkan) dan ri’ayah/pemeliharaan masjid.

Karena itu ia melakukan berbagai perubahan di Masjid Al Mujahidin tempat masa kecil beribadah dan menimba ilmu agama. Adapun perubahan yang dilakukannya dalam berbagai aspek.

Pertama, perubahan bangunan masjid dengan melakukan renovasi dalam dan luar masjid, termasuk membangun ruangan kantor masjid. Ruang kelas untuk pelatihan di lantai dua.

Ruang perpustakaan. Ruang sosial ekonomi di lantai bawah. Penataan desain dan aksesoris dalam ruangan masjid juga dilakukan, termasuk petunjuk waktu waktu sholat eletronik, pendingin ruangan, perbaikan WC dan tempat wudhu. Ia juga membangun menara dan pagar masjid.

Kedua, menyediakan perlengkapan layanan jenazah dan orang sakit, yakni perlengkapan mandi dan mobil ambulance merk Suzuki.  Garasinya dibuatkan di sudut kanan Timur masjid.

Ketiga, memberikan pelayanan pada jamaah agar lebih tenang, nyaman, damai, tenteram dan khusyu’ dalam beribadah dengan memperbaiki arah kiblat, mengatur saf dan karpet ke arah yang tepat, dan membuatkan batas dengan tabir kain pemisah antara jamaah laki laki dan perempuan.

Keempat, selain melaksanakan pengajian rutin bagi warga Muhammadiyah Kukusan yang sudah berjalan lama, pada setiap malam Selasa, juga menyelenggarakan Studi Islam Ahad Pagi (SIAP) yang dirintis bersama Ustadz Jamaluddin Ahmad, pada saat tinggal di Kukusan. Kini ia kembali ke Yogyakarta setelah diangkat menjadi Ketua LPPCR (Lembaga Pengembangan dan Pembinaan Cabang dan Ranting dan Masjid) PP. Muhammadiyah.

Kelima, menyelenggarakan pelatihan dakwah. Pelatihan dakwah khususnya Imam dan khatib bekerja sama dengan Dewan Dakwah kota Depok. Apalah bapaknya, M. Usman pernah sebagai penasehat Dewan Depok.

Waktu itu, zaman Drs. Farhan sebagai Ketua PDM Depok, belum ada Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM.) Pelatihan diadakan selama tiga bulan sepekan sekali dengan pemateri: H. Rahmat Murado,  Rustam Efendi, Zaenal Abidin, Dedi Suhadi dan Ahmad Fauzi dari Muhammadiyah.

Hanya Muhsin MK dari Dewan Dakwah dan pernah duduk di Majlis Tarjih PDM Kota Depok, periode 1995-2000. Selain ia sebagai pemateri, juga sekaligus menjadi Trainer of Training (TOT)-nya. Pelantikan dilakukan Ketua PDM Depok. Diantara peserta, yakni Ahmad Hatim, cucu Zaenal Abidin, berhasil lulus. Kini ia menjadi salah satu khatib dan penceramah di masjid Al Mujahidin.

Keenam, pendidikan tahsin yang dilaksanakan sepekan sekali dengan pengajar Ahmad Fauzi, menantu Zaenal Abidin, yang hafidz Al Qur’an.

Ketujuh, membentuk Ikatan Remaja Masjid Al Mujahidin (IKRAM) yang salah satu kegiatannya mengadakan pertemuan membahas cara memakmurjan masjid melalui Medsos.

Kedelapan, Zaenal Abidin biasa mengabadikan kegiatan di masjid Al Mujahidin untuk dimuat dan di informasikannya melalui face books yang ia sendiri sebagai operatornya.

Kesembilan,  Allahu yarham, juga peduli kepada kesejahteraan khatib dan mubaligh yang bertugas di masjid Al Mujahidin Muhammadiyah Kukusan yang dikelolanya secara profesional, di bandingkan masjid masjid  lainnya. Dana transport khatib sholat Jumat cukup besar, padahalnya masjidnya di lingkungan kampung.

Bahkan pada saat Pandemi covid 19 dan sholat Jumat di masjid ditiadakan karena masyarakat harus lockdown di rumah, ia tetap memberikan kiriman uang melalui rekening bank kepada khatib yang giliran di masjid Al Mujahidin, namun terpaksa tidak bisa bertugas. Saat itu, ia menulis melalui WA: “Sesuai sunnah Nabi sholat Jumat di rumah saja, tolong nomor rekeningnya ya”. Maa syaa Allah. Semoga Allah menerima amal ibadah dan amal salehnya. Aamiin. (Depok. 1.4.24).

Tampilkan Lebih Banyak

mpijabar

Akun dari MPI Jawa Barat 2015-2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button