Kolom

Gagasan Hasan Hanafi dalam Proyek “Thurats Wa-Tajdid”

Oleh: Najma Nur Azizah (Mahasiswa UIN SGD Bandung Jurusan Sejarah Peradaban Islam)

Teologi tentunya berhubungan erat dengan sikap dan perilaku orang-orang meyakininya, sebab konsep teologi yang diyakini oleh seseorang akan menjadi dasar dalam menjalani kehidupannya.

Menurut Hassan Hanafi teologi Islam yang dianut oleh mayoritas umat Islam saat ini belum bisa mengantarkan kepada keyakinan atau pengetahuan yang meyakinkan tentang Tuhan dan wujud-wujud spiritual lainnya, tetapi baru pada tahap mendekati keyakinan.

Berkaca dari sejarah, teologi kerap dijadikan persembahan bagi kepentingan penguasa hingga tak jarang terjadi pemaksaan dan pertumpahan darah dalam perjalanannya. Hal inilah yang menjadi dasar Hassan Hanafi menyajikan gagasan mengenai konsep oksidentalis dalam proyek yang dibuatnya yakni thurats wa-tajdid.

Sekilas Mengenai Hassan Hanafi

Hasan Hanafi, seorang teolog berdarah Maroko yang lahir di Kairo, Mesir pada 13 Februari 1935. Memasuki usia 5 tahun, beliau belajar dengan seorang ulama yakni Syeikh Sayyid dan berhasil mengkhatamkan hafalan Al-Qur’an.

Beliau memulai Pendidikan dasarnya di Madrasah Sulaiman Gawiys, kemudian dilanjutkan pada sekolah keguruan Bernama Muallimin lalu berpindah ke Madrasah Al-Silahadar. Pada tingkatan selanjutnya, Hassan Hanafi menimba ilmu di Madrasah Tsanawiyah Khalil Agha dengan menekuni bidang kebudayaan dan Pendidikan.

Pada saat inilah Hassan Hanafi menyaksikan sendiri bagaimana tentara Inggris membantai para syuhada di Terusan Suez. Bersama-sama dengan para mahasiswa ia mengabdikan diri untuk membantu gerakan revolusi yang telah dimulai pada akhir tahun 1940-an hingga revolusi itu meletus pada tahun 1952.

Atas saran anggota-anggota Pemuda Muslimin, pada tahun itu pula ia tertarik untuk memasuki organisasi Ikhwanul Muslimin.

Selanjutnya, Hassan Hanafi mendapat gelar sarjana di Universitas Kairo pada tahun 1956. Tak cukup disitu, kehausannya akan ilmu mengantarkannya untuk melanjutkan studinya di Universitas Sorbonne Prancis untuk menekuni kajian pemikiran Barat.

Gagasan Hassan Hanafi Dalam Proyek Turats Wa Tajdid

Hassan Hanafi erat kaitannya dengan Kiri Islam. Kiri Islam dianggap kontroversial sebab tindakannya yang kerap mengkritik, dan melawan terhadap kapitalis modern.

Paham Kiri memperjuangkan pemusnahan serta penindasan bagi orang-orang miskin dan tertindas, juga memperjuangkan hak dan kewajiban seluruh masyarakat. Proyek turats wa tajdid Hassan Hanafi merupakan bentuk usaha serius yang ia lakukan dalam membendung tradisi barat.

Dalam proyeknya ini, beliau menjelaskan agar umat Islam cerdas dalam menyikapi tiga hal yang meliputi sikap terhadap tradisi lama (Turats Qadim), sikap terhadap Barat (Turats Gharby), dan sikap terhadap realitas (Al-Waqi).

Hassan Hanafi melihat Turats dewasa ini  digunakan kaum feodalisme demi melanggengkan kekuasaan. Turats yang semestinya dijadikan energi dalam berkehidupan cum kekuatan pendorong kesadaran berpikir serta berkelakuan malah digunakan kepada kepentingan tertentu.

Thurats wa Tajdid menjelaskan tentang pembaharuan dalam islam dan tradisi yang mencampurkan dengan agama. Beberapa poin penting dalam gagasan ini meliputi:

Pertama, pembaharuan dalam Islam. Hasan Hanafi menganggap bahwa masalah-masalah keagamaan yang mendesak ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan. Masa depan Islam  sangat bergantung pada kemampuan Umat Islam untuk menjawab masalah-masalah sosial.

Kedua, tradisi dan pembaharuan.  Hasan Hanafi mengajarkan bahwa tradisi sendiri perlu diperbarui dalam rangka menjaga kontinuitas suatu tradisi dan juga bertanggung jawab atas berdirinya suatu tradisi. Pembaharuan adalah tujuan yang selalu beriringan pada realitas.

Ketiga, reformasi agama untuk mengembalikan citra Islam. Hasan Hanafi memberikan jalan dengan melakukan reformasi agama, kebangkitan rasionalisme, dan pencerahan.

Koordinasi dengan kiri Islam, dalam proyek besarnya, Hasan Hanafi berupaya untuk membela hak-hak umat Islam yang lebih identik dengan golongan mayoritas yang terkalahkan dan terdominasi. 

Gagasan pembaharuan Hasan Hanafi telah menarik perhatian dan diterapkan dalam berbagai konteks, termasuk di negeri kita tercinta Indonesia. Namun terdapat beberapa tantangan juga dalam penerapannya dalam situasi yang ada saat ini.

Referensi:

Azzumardi Azra, Menggugat Tradisi Lama, Menggapai Modernitas: Memahami Hassan Hanafi, dalam Kata Pengatar Dari Akidah ke Relovusi, terj. Asep Usman Ismail dkk, Paramadina, Jakarta, 2003, xv.

Tampilkan Lebih Banyak

mpijabar

Akun dari MPI Jawa Barat 2015-2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cek juga
Close
Back to top button