
Oleh: Ace Somantri*
KESUKSESAN ibadah haji yang mabrur adalah sesuatu yang dicita-citakan oleh setiap jamaah haji. Hal itu juga sangat diharapkan oleh semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan haji di Indonesia.
Selain sukses secara ritual vertikal menjadi haji mabrur, aktivitas perjalanan haji juga harus berdampak pada sukses ekonomi dan kesejahteraan masyarakat serta umat. Kesuksesan ritual harus berbanding lurus dengan kesuksesan ekonomi.
Pasalnya, dalam kegiatan penyelenggaraan haji terdapat putaran ekonomi yang sangat luar biasa, tetapi belum termobilisasi dengan baik oleh negara. Padahal, negara memiliki kuasa yang relatif penuh dalam penyelenggaraan dan pengelolaan haji.
Selama kurang lebih dua bulan—mulai dari persiapan dan perencanaan, proses dan pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan, serta evaluasi dan tindak lanjut—negara memenuhi kebutuhan akomodasi dan logistik jamaah haji.
Peluang dan kesempatan memobilisasi potensi ekonomi agar dapat dikapitalisasi dengan baik sangat terbuka lebar. Artinya, penyelenggaraan haji selama ini berpotensi besar menjadi sukses ekonomi untuk kesejahteraan umat—bukan hanya menguntungkan kelompok atau segelintir orang.
Biaya haji setiap tahun cenderung meningkat dengan alasan kenaikan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan peningkatan pelayanan. Namun, kejadian-kejadian memilukan dalam pelayanan haji masih kerap menghiasi pemberitaan media.
Kita paham, pelaksanaan pelayanan haji tidak mungkin selalu mulus dan sukses total. Mengelola ratusan ribu jamaah haji, dari persiapan hingga keberangkatan menggunakan pesawat, bukanlah hal mudah.
Terlebih, saat tiba di Arab Saudi—di Madinah, Jeddah, Makkah, dan tempat lainnya—kepadatan dan desak-desakan tak terhindarkan karena jumlah jamaah dari berbagai mancanegara sangat banyak.
Potensi ekonomi dari haji sangat luar biasa. Putaran uang telah menjadi pohon dalam kebun ekonomi bangsa dan negara Arab Saudi—bahkan menjadi salah satu sumber pendapatan utama kerajaan Arab. Jutaan umat muslim datang setiap tahun dalam rentang puluhan hari.
Bagi kerajaan Arab, syariat manasik haji telah menjadi sumber utama pendapatan negara selama ratusan tahun, bahkan memberi peluang investasi bagi negara-negara lain. Saat musim haji, entah berapa juta dolar atau triliun rupiah yang diperoleh kerajaan Arab dari setiap satu orang jamaah.
Kebutuhan akomodasi dan logistik jamaah haji berasal dari seluruh pelosok negeri dan berbagai bangsa di belahan dunia. Terlebih, jumlah jamaah haji terbesar berasal dari Indonesia. Maka sangat logis jika pemerintah Indonesia mampu menjadikan momentum musim haji sebagai peluang ekonomi yang bisa menjadi sumber pendapatan negara demi kesejahteraan umat, bangsa, dan negara.
Gagasan trisukses haji yang sering disampaikan oleh Wakil Badan Haji Dahnil Anzar Simanjuntak sangat benar, objektif, dan logis. Ia berupaya menerjemahkan harapan Presiden Prabowo untuk memberikan pelayanan prima kepada jamaah haji, sekaligus menjadikan pelayanan tersebut sebagai jalan menuju kesejahteraan jamaah dan penyelenggara.
Potensi ekonomi haji dapat mencapai puluhan triliun rupiah per tahun, maka tidak ada alasan untuk tidak mensejahterakan semua pihak. Gagasan Presiden Prabowo untuk memisahkan pengelolaan haji dan umrah dari Kementerian Agama sangat tepat dan jitu. Sebagai pemimpin yang paham dunia ekonomi, Prabowo melihat penyelenggaraan haji sebagai potensi besar untuk peningkatan ekonomi nasional.
Penerima manfaat dari putaran uang tersebut tidak harus selalu untuk kepentingan ibadah haji semata. Nilai keberkahan dari penyelenggaraan haji dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kebangsaan dan keumatan lainnya secara terbuka. Islam mengajarkan “rahmatan lil alamin”, sebagai simbol bahwa Islam hadir dengan kasih sayang dan kedamaian bagi seluruh alam semesta.
Trisukses haji secara otomatis tak terpisahkan dari ibadah umrah. Terlebih, umrah tidak memiliki ketentuan waktu mutlak sebagaimana haji. Jika diselenggarakan dengan baik, teratur, dan terarah melalui regulasi negara yang tepat dan transparan, nilai material yang dihasilkan juga akan semakin prospektif.
Dengan ratusan juta umat muslim di tanah air, ribuan di antaranya menjalankan ibadah umrah setiap bulannya. Potensi ekonomi dari ibadah umrah diperkirakan mencapai Rp30–40 triliun per tahun. Ini tentu menjadi prestasi besar bagi negara jika penyelenggaraannya memberikan kenyamanan dan ketenteraman.
Efek lain dari ekonomi haji dan umrah adalah terbentuknya ekosistem ekonomi Islam yang mampu membangkitkan kekuatan umat, bangsa, dan negara. Kebangkitan ekonomi melalui penyelenggaraan haji dan umrah bukanlah hal mustahil. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran BPKH yang menciptakan dana abadi haji sebagai sumber manfaat yang dapat kembali dinikmati oleh pemiliknya.
Sukses peradaban menjadi kunci akhir dari perjalanan haji dalam konteks kemanusiaan selama hidup di dunia. Bagi negara, dalam hal ini pemerintah melalui badan haji atau kementerian terkait, penyelenggaraan haji harus mampu mengubah kualitas diri pribadi, keluarga, dan masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik. Sukses peradaban dan keadaban bukan hal mustahil, justru strategis untuk kepentingan umat dan bangsa.
Dalam sejarah bangsa Indonesia, banyak kisah nyata keterlibatan tokoh-tokoh haji dalam perjuangan kemerdekaan. Sebagaimana sering diucapkan oleh Wakil Badan Penyelenggara Haji Dahnil Azhar Simanjuntak, para haji menjadi salah satu kontributor kemerdekaan bangsa Indonesia. Tokoh-tokoh seperti Agus Salim, Hasyim Asy’ari, Ahmad Dahlan, dan para haji lainnya tersebar di berbagai wilayah nusantara.
Sukses haji adalah penyempurnaan keislaman seorang muslim dalam konteks rukun Islam. Ini terlihat dari implementasi ibadah dalam Islam yang mengacu pada lima rukun: syahadat, salat, zakat, puasa, dan haji.
Sejak dini, umat Islam diajarkan untuk memahami dan menghafalnya. Dari syahadat hingga ibadah haji, seluruh rangkaian tersebut menunjukkan perjalanan spiritual menuju penyempurnaan iman.
Goals dari ibadah haji sebagai penutup rukun Islam kelima adalah apa yang dimaksud dengan Trisukses Haji oleh Wakil Badan Penyelenggara Haji: sukses ritual, ekonomi, dan peradaban—yang sempurna dan paripurna.
Semoga seluruh jamaah haji di dunia meraih haji yang sukses dan mabrur, khususnya jamaah haji Indonesia. Amin. Wallahu a‘lam.
*Wakil Ketua PWM Jawa Barat