Kabar PersyarikatanKolom

Trisukses Haji: Ritual, Ekonomi, dan Peradaban (2)

Oleh: Ace Somantri*

SUKSES ritual dalam haji tidak terbatas pada salah satu praktik kaifiyat di antara rangkaian ibadah haji. Misalnya, saat diawali dengan mulai ihram semua jamaah diwajibkan untuk menggunakan kain kain ihram sebagai penutup badan tanpa dilapisi sehelai kain apa pun selain kain ihram. Tak terbayangkan, dalam benak pikiran jamaah laki-laki kala saat ihram semua kain yang menempel dalam tubuh tiba-tiba harus dilepas.

Hal itu jika dilanggar, salah satu rukun haji batal yang mengakibatkan hajinya tidak sah. Dalam konteks demikian, ada ibrah di balik berpakaian ihram semua jamaah, tanpa ada pengecualian apa pun selain hanya sehelai kain ihram yang digunakan. Simbol tersebut menggambarkan adanya kesetaraan semua manusia di hadapan Allah Ta’ala, mereka tidak ada perbedaan status sosial, kecuali ketaatan dan ketakwaan kepada pemilik Alam semesta Allah SWT.  

Namun, tetap bahwa menjalankan ibadah haji harus diupayakan untuk tercapainya sukses ritual melalui syarat dan rukun terpenuhi tanpa ada yang terlewati apalagi pelanggaran satupun yang mengakibatkan tidak sahnya haji. Sehingga penting bagi jamaah haji, jauh sebelum menjalankan ibadah harus mengetahui dan paham secara rinci hal ihwal berkaitan dengan syarat dan rukun sahnya dan yang membatalkan ibadah haji.

Bahkan, bila perlu ditambah dengan aktivitas ibadah tambahan lainnya sesuai anjuran syariat yang dicontohkan oleh rasulullah SAW saat berlangsung menunaikan berbagai rangkaian ibadah-ibadah yang menjadi syarat dan rukunnya, termasuk bagian wajibnya haji. Sukses ritual secara faktual, minimal ketentuannya yaitu terpenuhi syarat formil sah dan tidaknya setiap urutan proses aktivitas ibadah satu per satu dilalui dengan benar (tartib).

Tegasnya ada konsensus paham fiqhiyah yaitu yang wajib didahulukan konsekuensinya saat dalam praktik pelaksanaan ibadah atau urutan gerak dan langkahnya harus didahulukan, dan yang seharusnya diakhirkan, maka harus diakhirkan dengan rapi sebagaimana istilahnya “mataqoddama taqdimuma, maataakhkhoro takhiruma” begitu kira-kira istilah praktis dalam kaifiyat syari’at ibadah vertikal.

Sukses ritual relatif mudah dipenuhi secara formal saat pendekatan kaifiyat fiqhiyah dipenuhi, namun substansi sukses ritual yaitu dari setiap satu rangkaian kaifiyat ibadah harus memiliki nilai teologis atau ketauhidan yang simultan dan linear dengan kehidupan sehari-hari, baik dampak pada sikap pribadi maupun terhadap orang lain.

Haji mabrur dan hajjah mabrurah menjadi stempel yang disandang oleh setiap jamaah haji, hal demikian sebagai simbol sukses ritual ta’abbudi haji. Bahkan, bagi masyarakat muslim di Indonesia sudah menjadi tradisi saat pulang dari ibadah haji akan mendapatkan seperti gelar akademik, yaitu panggilan haji bagi laki-laki dan hajjah bagi perempuan. Padahal, penting dipahami dengan kesadaran hati nurani bahwa gelar teologis tersebut harus dipertanggungjawabkan dengan moralitas tinggi.

Terlebih, dalam historisnya bahwa seorang haji dan hajjah saat masa sebelum kemerdekaan Indonesia. Mereka sepulang dari ibadah haji di Makkah Al-Mukaramah kembali ketanah air benar-benar melakukan perubahan diri lebih baik yang berdampak pada perubahan sosial, politik, ekonomi masyarakat pribumi hingga mampu bangkit dari ketertindasan. 

Maka penting sekali dipahami secara lebih mendalam terkait ibadah haji, bahwa sukses ritual benar-benar menjadi tujuan mulia bagi setiap jamaah. Bukan sekedar gelar teologis seorang haji atau hajjah semata, melainkan keterpengaruhan gelar teologis tersebut mampu mengubah berbagai persoalan yang muncul di hadapan dirinya atau yang dihadapi umat, bangsa, dan negara.

Tindakan tersebut sudah dicontohkan oleh nabi dan Rasul Muhammad SAW, lebih dekatnya kita dapat melihat sepak terjang para founding fathers ulama-ulama besar ibu pertiwi, saat mereka pulang dari tanah suci Makkah Al-Mukaramah dan kembali ke tanah haram tempat tinggalnya. Misi pertama mereka memurnikan ajaran Islam dan rekonstruksi ajaran Islam yang sebenarnya, seperti yang dilakukan tokoh muslim pendiri gerakan sosial Islam yang melakukan perubahan sosial kebangsaan, ekonomi, dan keumatan hingga menghantarkan berdirinya sebuah bangsa dan negara yang hari ini dikenal negara kesatuan republik Indonesia.

Mereka bukan sekedar memiliki gelar teologis seorang haji, melainkan gelar sosiologis kebangsaan penuh cinta tanah air. Sehingga mereka mampu melakukan perlawanan terhadap imperialisme, kolonialisme, dan penindasan-penindasan lainnya. 

Dalam konteks kekinian, bagi jamaah haji untuk mendapatkan sukses ritual, bagi yang telah menunaikan seharusnya mampu melakukan perubahan sosial kebangsaan yang saat ini dihadapi bangsa ini, maupun masalah sosial kemasyarakatan yang semakin kompleksitasnya semakin hari semakin memprihatinkan. Isu-isu sosial masih menjadi permasalahan bangsa, kemiskinan yang berdampak pada kesenjangan sosial yang semakin jauh.

Akibat dari itu, berdampak pada tingkat kesehatan buruk dan akses pendidikan masyarakat akhirnya hanya sekedar dapat ijazah dan akhirnya kian hari menjadi beban yang memberatkan. Sangat ironis, antrian haji bagi warga negara hingga kini mencapai ke angka puluhan tahun harus menunggu.

Artinya, jika dikonversi dalam perspektif ekonomi sosial seharusnya berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan dan penyelesaian masalah sosial lainnya. Semakin banyak jamaah haji, maka peluang semakin terbuka lebar gerakan perubahan sosial pada masyarakat dengan berbagai permasalahanya. Dari ratusan ribu jamaah haji setiap tahun, ambil saja sepuluh persen dari total jamaah untuk melakukan perubahan, sangat yakin penurunan tingkat permasalahan sosial akan terjadi. 

Sukses ritual dalam ibadah haji sangat banyak indikatornya, sebagian kecil sudah sedikit diuraikan dalam perspektif tertentu yaitu indikator ketercapaian syarat dan rukunnya, selebihnya ada sedikit indikator tambahan yaitu pasca ibadah haji terpenuhi secara syah maka harus ada dampak terhadap perubahan diri dari segala sikap dan perbuatan yang lebih baik dari sebelum melaksanakan ibadah haji. Indikator lain, selain perubahan sikap diri melainkan ada tugas di luar dirinya sebagai tanggung jawab moral ikut turut serta menyelesaikan permasalahan orang banyak, baik dalam lingkup kecil maupun yang besar.

Dari beberapa indikator tersebut, dapat dipahami bahwa kekuatan umat Islam dalam konteks beribadah tidak selalu identik dengan ritual vertikal semata, melainkan ada pemaknaan substansi yang mampu menembus batas-batas sosial kemasyarakatan. Keagungan Islam dalam memberikan setiap ajaran sangat integratif, tidak parsial yang terpisah antara satu dengan lainnya bertolak belakang. Andaikan faktanya terjadi demikian, berarti ada yang tidak tepat atau salah dalam memahami, memaknai, dan mengamalkannya. 

Istilah trisukses yang sering disampaikan oleh bapak wakil Badan Penyelenggara Haji Indonesia, yaitu Dr Dahnil Anzar Simanjuntak ME banyak memberikan pandangan terkait hal tersebut bahwa sangat diharapkan para jamaah haji dengan susah payah menabung dan antri giliran bertahun-tahun demi sebuah cita-cita ibadah yang mulia.

Atas rasa kepedulian dan tanggung jawab moral serta amanah yang diembannya dapat mampu memberikan pelayanan benar dan terbaik bagi calon jamaah haji Indonesia menjadi haji mabrur dan mabrurah atau sukses ritualnya. Kepekaan dan kepeduliannya, menjadi bagian dari pembawa misi asta cita yang menjadi visi kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.

Bahkan, Presiden berkali-kali dalam pidatonya mengungkapkan biaya haji harus diupayakan ada penurunan atau lebih murah dari biaya haji sebelumnya. Permintaan presiden tersebut menjadi sebuah tanda kepedulian pada rakyatnya, terlebih kepala badan dan wakil penyelenggara haji mantan juru bicara beliau dan mereka merupakan orang-orang terbaik pilihan Presiden Prabowo. Insyaallah ala kulli hal, niat membantu orang-orang yang akan beribadah akan menemukan jalan kebaikan, yang menjadi permintaan presiden akan dijalankan dan Allah Ta’ala akan memberikan jalan kemudahan. Amin. Wallahu alam.

*Wakil Ketua PWM Jawa Barat

Tampilkan Lebih Banyak

mpijabar

Akun dari MPI Jawa Barat 2015-2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button