Oleh: Adi Setiawan
Usia ke seratus sebelas tahun, Muhammadiyah masih terus menggelora dengan konsep amar ma’ruf nahi munkar, berbungkus “dakwah menggembirakan.” Menjadi organisasi Islam tertua, terbesar, aktif nan masif.
Pada milad kali ini, “Ikhtiar Menyelamatkan Semesta” menjadi tema terpilih Muhammadiyah. Dikutip pada laman muhammadiyah.or.id, tema tersebut mempresentasikan tentang keteguhan.
Mengacu pada kondisi kehidupan yang memprihatinkan, seperti terjadinya peperangan, konflik berkelanjutan, perubahan iklim hingga bencana alam (muhammadiyah.or.id). Beberapa poin utama tersebut merupakan acuan Muhammadiyah dalam meneguhkan ikhtiar, untuk memberi kontribusi aktif serta solusi untuk menyelamatkan semesta.
Bak gayung bersambut, Pemuda Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi otonom Muhammadiyah, juga turut dituntut aktif dalam ikhtiar menyelamatkan semesta. Sesuai dengan tema Pemuda Muhammadiyah pada Muktamar ke-18 di Balikpapan, Kalimantan Timur, yakni Pemuda Negarawan dengan 4 identitasnya.
Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, Dzulfikar Ahmad Tawalla, dalam sambutannya menyatakan, meneguhkan Pemuda Muhammadiyah sebagai identitas gerakan Islam berkemajuan, sosial entrepreneurship, gerakan ilmu, dan gerakan politik kebangsaan.
Konteks tersebut bermaksud, Pemuda Muhammadiyah haruslah lebih inklusif dan diharapkan memiliki kebermanfaatan bagi umat, bangsa dan negara secara holistik.
Selain itu, dengan konsep Pemuda Negarawan, PM tidak hanya reaktif, tetapi juga diharapkan mampu memberikan teladan sebagai pelopor aspiratif dengan slogan fastabiqul khoirot-nya.
Abdul Mu’ti (Sekretaris Umum Muhammadiyah periode 2022-2027) dalam suatu momen, pernah melambungkan harapan agar Pemuda Muhammadiyah mampu menjadi pilar sokongan utama, menjadi institusi garda terdepan dalam memberi kontribusi atas pelbagai persoalan keumatan serta kebangsaan.
Hal demikian sangatlah logis dan sealur dengan apa yang sedang diusahakan Muhammadiyah pada usia ke-seratus sebelas tahunnya, yakni Ikhtiar Menyelamatkan Semesta.
Milad Muhammadiyah kali ini, bisa dibilang merupakan suatu momen “introspeksi”.
Mengutip dari sambutan milad yang dilontarkan sendiri oleh Haedar Nashir (Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah), yang menyatakan betapa pentingnya Muhammadiyah untuk terus maju dan unggul dalam upaya menebar manfaat bagi semesta alam.
Sesuai dengan spirit Muhammadiyah yang digaungkan. Hal itu merupakan suatu wujud rasa syukur atas usia yang telah dicapai oleh Muhammadiyah dengan segala lika-liku perjalanannya.
Lantas, dengan matangnya harapan Muhammadiyah terhadap apa yang dicita-citakan di usia ke-seratus sebelas tahunnya, peran Pemuda Muhammadiyah seperti apa yang kiranya dianggap ideal dalam mewujudkan “menyelamatkan semesta” ?.
Jika kita ulas berbagai peristiwa yang sedang gencar-gencarnya, baik secara nasional maupun internasional, seperti berlangsunya konflik Israel dan Palestina, momen pesta politik nasional secara “gede-gede-an” dan banyak lagi.
Tentunya hal tersebut seharusnya mampu menjadikan Pemuda Muhammadiyah jauh lebih “melek” agar tidak hanya sekedar sebar branding embel-embel Pemuda Negarawan saja, tetapi betul-betul dikemas dengan epik, berprinsip, penuh kesadaran kolektif, intelek dan masif dalam memberikan kontribusi nyata pada negeri.
Pemuda Muhammadiyah juga tidak boleh “lali” atas tujuan utamanya yang diharapkan mampu memberikan efek langsung kepada masyarakat.
Bila bertanya tentang peran apa yang bisa dikontribusikan oleh para “kanda” PM ini, tentu begitu banyak.
Namun yang perlu diingat adalah, Pemuda Muhammadiyah itu punya prinsip. Bukan hanya sekedar wadah yang digunakan sebagai tempat aji mumpung belaka.
Jika ada anggota Pemuda Muhammadiyah yang berotak dan berperilaku demikian, lebih baik balik badan ke belakang dan kembali pulang. Daripada menyulitkan dan mengotori arah gerak Pemuda Muhammadiyah yang sesungguhnya.
Dalam hal ini, sejatinya Peran Pemuda Muhammadiyah salah satunya ialah untuk menekan konflik ideologi masyarakat yang beragam, konflik perpecahan yang beragam, menggunakan bahasa cerdas dan berimbang.
Seperti contoh ketika Pemuda Muhammadiyah diminta untuk menyikapi konflik ribuan tahun Israel Palestina, yang bisa melihat sudut pandang ideologis permasalahan secara holistik agar tidak hanya ramai dan mudah tersulut, namun turut memberikan sumbangsih terukur, yang tidak hanya sekedar “manut dan ikut-ikut”.
Sikap itu yang akan menjadi “cermin” bagi masyarakat agar bisa digugu dan ditiru.
Apalagi pada momen tahun ini dan kedepan. Momentum buang-buang anggaran negara untuk politik badut-badutan yang entah dimana “jluntrungannya”.
Rakyat dibuat bingung dengan segala problematika para tokoh politik yang sedang dibalut dengan kecemasan berselimut keculasan.
Keharusan tajdid politik, merupakan salah satu jalan agar Pemuda Muhammadiyah tidak mudah terbawa arus di pesta demokrasi.
Seperti yang dituangkan Haedar Nashir dalam tulisan bertajuk “Kompleksitas Relasi Muhammadiyah dan Politik”, yang menyatakan bahwa sejatinya Muhammadiyah itu sudah memahami betul mengenai urusan politik.
Seperti sikap politik Muhammadiyah yang telah dikenal lama berwajah politik adiluhung (high politics), yang memang telah dikenal sebagai kerangka moral pemikiran politik Muhammadiyah.
Kegiatan politik harus dikaitkan secara ketat dengan prinsip ukhuwah, yakni persamaan diantara umat manusia.
Dalam arti luas, ukhuwah melampaui batas-batas etnik, rasial, agama, latar belakang social, keturunan, dsb.
Apalagi dalam menghadapi situasi politik praktis seperti yang berlaku pada negeri ini, Muhammadiyah selalu hadir dengan ekspresi politik adiluhung, tidak memiliki kecenderungan dengan partai politik tertentu.
Sehingga kita sebagai Pemuda Muhammadiyah dengan konsep 4 identitas Pemuda Negarawan, memahami dan bersikap dalam politik, yang sejatinya harus memberi kemajuan untuk negeri, bukan untuk menghabisi bangsa sendiri.
Peran Pemuda Muhammadiyah berikutnya dan menjadi salah satu jalan juga, yaitu untuk mencari jalan keluar perekonomian rakyat yang kacau balau di tengah resesi ekonomi global agar masyarakat mampu berdaya dengan berbagai macam digdaya sumber daya manusia yang berkemajuan dan berkemampuan.
Maka, Pemuda Muhammadiyah sangat diizinkan untuk menggunakan intelektualitas dan kemampuan yang dimiliki, untuk mengentas rakyat dari resesi global.
Berikutnya, adalah beberapa Peran Pemuda Muhammadiyah, yang seharusnya mampu dilaksanakan dan dikonsep dengan baik sebagai pilar pemuda negarawan. Diantaranya ialah, peran Pemuda Muhammadiyah dalam mengatasi kesenjangan sosial bangsa karena masyarakat agraris yang diubah menjadi industri.
Peran PM dalam mempertahankan budaya adiluhung, serta dalam pertahanan dan keamanan lingkungan masing-masing, dan masih banyak lagi.
Apabila berbicara tentang Peran Muhammadiyah dalam momentum Ikhtiar Menyelamatkan Semesta, sebenarnya begitu banyak hal yang mampu dilakukan.
Apalagi PM hadir membawa konsep Pemuda Negarawan yang begitu memiliki banyak makna yang bisa dielaborasikan dengan baik, sesuai konteks.
Hal kecil yang mampu memberi dampak besar nan konsisten, ialah apa yang seharusnya mampu diberikan PM dalam membangun peradaban.
Menjadi Pemuda Muhammadiyah dengan Fastabiqul Khoirot-nya, bermakna bahwa sosok Pemuda Negarawan harus memiliki kemampuan ksatria, bersaing dengan kualitas bukan hanya sekedar cari panggung bebas dengan segala ucapan yang tidak lugas.
Bukan mengembangkan konfrontasi dan rivalitas, namun saling bergandeng tangan melawan keterbatasan demi ikhtiar menyelamatkan semesta.
Terakhir, menjadi Pemuda Muhammadiyah, jangan sampai terlarut dalam kubangan euforia pesta demokrasi, hingga terperosok dalam lubang eksistensi pribadi, hingga lupa diri bahwa negeri juga butuh pemuda negarawan beridentitas kuat, menyelamatkan semesta berideologi kuat Darul Ahdi wa Syahadah.