Kabar Muhammadiyah Jawa Barat

Dukung Pengelolaan Sampah Berkelanjutan, LLDIKTI Wilayah IV Gandeng UM Bandung

Bandung – Problematika sampah menjadi isu yang sangat kompleks di Indonesia khususnya di beberapa daerah, termasuk Kota Bandung. Menyikapi hal tersebut, Pemerintah Kota Bandung bekerja sama dengan LLDIKTI IV meluncurkan Program Penanganan Sampah yang melibatkan 99 perguruan tinggi swasta di Kota Bandung, termasuk di dalamnya Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung.

Program ini sebagai bentuk tridharma perguruan tinggi, yakni pengabdian kepada masyarakat dalam hal penanganan sampah. Program ini dilaksanakan serentak se-Kota Bandung selama satu bulan penuh yaitu dari 1-30 November 2024.

UM Bandung mendapatkan penugasan di dua kelurahan, yakni Kelurahan Cisaranten Kidul dan Kelurahan Cimincrang, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung. Cisaraten Kidul merupakan kelurahan paling luas se-Kota Bandung dan termasuk kawasan permukiman perkotaan yang cukup padat penduduk dengan jumlah sebanyak 5.365 kepala keluarga.

Kelurahan Cisaranten Kidul menghadapi tantangan pengelolaan sampah karena masih minimnya jumlah RW yang belum termasuk Kawasan Bebas Sampah (KBS). Tantangan tersebut adalah warga yang belum melakukan pemilahan sampah, seperti sampah organik dan anorganik. Program Penangan Sampah (PPS) ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada warga dalam pemilahan dan pengelolaan sampah dari rumah sehingga diharapkan jumlah timbula  sampah dapat berkurang.

Pihak Kelurahan Cisaranten Kidul memberikan dua RW target untuk edukasi yaitu RW 06 dan RW 08 karena kedua RW tersebut belum termasuk dalam KBS. Masyarakat masih membutuhkan dukungan dan edukasi perihal pemilahan dan pengelolaan sampah menjadi lebih efisien dan ramah lingkungan.

Permasalahan di lapangan sangat beragam, dari aspek pengetahuan hingga pemahaman masyarakat masih sangat terbatas tentang pengelolaan sampah. Mayoritas warga hanya mengetahui jenis sampah organik dan anorganik saja. Mereka belum mengenali jenis sampah lainnya seperti B3 dan residu.

“Keterbatasan fasilitas pun membuat warga mengeluh karena tidak dapat membuang sampah yang telah dipilah jika hanya ada satu tempat sampah di setiap rumah. Selain itu, ada beberapa warga juga yang memandang bahwa pemilahan sampah adalah tugas pengangkut sampah sehingga menjadikan warga enggan untuk memilah sampah secara mandiri dan merasa bukan kewajiban mereka,” ujar penanggung jawab tim KM UM Bandung Luthfia Hastiani Muharram.

Berdasarkan hal tersebut, tim mahasiswa UM Bandung pun membuat edukasi dengan berbagai metode. Metode edukasi Door To Door Education (DTDE), pendekatan edukasi yang komunikatif dari rumah ke rumah, metode edukasi komunal, yakni edukasi dalam kegiatan masyarakat seperti Posyandu, pengajian ibu-ibu, dan edukasi inovatif di TK setempat.

”Tim mahasiswa tidak hanya melakukan edukasi tentang pemilahan dan pengolahan sampah, tetapi terlibat langsung dalam proses pengangkutan dan memilah sampah di Rumah Magot. Rumah Magot merupakan fasilitas kelurahan dalam mengolah sampah organik dengan bantuan magot (larva Black Soldier Fly) yang nantinya menjadi pupuk dan pakan ternak,” tambah Luthfia.

Monitoring dan evaluasi dilakukan setiap pekan oleh LLDIKTI IV dan terus berkoordinasi dengan pihak kelurahan, termasuk evaluasi reduksi sampah. Total sampah di Kelurahan Cisaranten Kidul pada tanggal 8-14 November 2024 sebanyak 45,50 m³, seminggu kemudian terjadi kenaikan pada tanggal 15-21 November hingga mencapai 46,00 m³, dan pada tanggal 22-28 November terjadi penurunan yang cukup signifikan, mencapai angka 35,90 m³. Jumlah sampah semakin menurun seiring program edukasi yang dilaksanakan oleh tim Universitas Muhammadiyah Bandung.

Luthfia mengatakan bahwa hasil dari edukasi yang telah dilakukan tim UM Bandung membawa perubahan yang cukup baik bagi warga RW 06 Cisaranten Kidul. Banyak warga yang sudah mulai memilah sampah sehingga pengolahan sampah di RW 06 menjadi lebih baik.

Hasil riset dari mahasiswa UM Bandung setelah melakukan edukasi terkait pemilahan sampah, menyatakan bahwa 94,12 persen warga RW 06 Cisaranten Kidul telah melakukan pemilahan sampah. Setelah edukasi, jumlah kawasan bebas sampah di Cisaranten Kidul meningkat dari 2 RW menjadi 5 RW, termasuk RW target edukasi yaitu RW 06 dan RW 08 ditetapkan sebagai KBS oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung.

”Keberhasilan ini bukan berarti program edukasi tidak diperlukan lagi. Edukasi dan pemantauan tetap harus dilanjutkan karena masih banyak tantangan yang ditemukan di masyarakat.  Kesadaran masyarakat yang masih minim, terlebih sebagian besar warga masih belum terbiasa untuk dapat memilah sampah secara mandiri,” tandas Luthfia.

Sementara itu, Lurah Cisaranten Kidul Erwin Fansori mengapresiasi kegiatan ini. Ia menilai bahwa kolaborasi antara LLDIKTI, pemerintah Kota Bandung, dan perguruan tinggi swasta dalam penanganan sampah sangat efektif.

”Dengan melibatkan mahasiswa dan dosen untuk memberikan edukasi langsung kepada warga, kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah meningkat pesat. Hal ini sangat membantu mengatasi kendala kekurangan sumber daya manusia di tingkat kelurahan. Kami berharap kontribusi ini dapat terus berlanjut, bahkan setelah program ini berakhir,” katanya.

Tambahan informasi, kegiatan di Cisaranten Kidul dibimbing oleh Dosen Pembimbing Lapangan yakni Yayu Ulfah Marliani dan Muhammad Fauzi. Selain itu, koordinator mahasiswa oleh Yesi Repani dari program studi Bioteknologi dan Purwestri program studi Kriya Tekstil dan Fashion. Kegiatan ini menjadi komitmen berkesinambungan UM Bandung terhadap permasalahan sampah di Kota Bandung.***

Tampilkan Lebih Banyak

mpijabar

Akun dari MPI Jawa Barat 2015-2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button