Gerakan Subuh Mengaji - PW Aisyiyah Jawa Barat

Tuntunan Praktis Berdzikir dan Berdoa Menurut Putusan Tarjih Muhammadiyah (Tentang doa)

Dalam menjalani hidup, seorang Muslim tentunya tak bisa lepas dari aktivitas berdoa. Doa merupakan hal yang wajib dilakukan oleh seorang Muslim. Selain karena memang disyariatkan oleh agama, sejatinya terdapat tiga alasan lain yang menjadi penyebab dasar mengapa seorang Muslim butuh berdoa.

Pertama, karena manusia adalah mahluk yang bodoh lagi lemah tanpa pertolongan-Nya. Kedua, dengan berdoa, seorang hamba bisa berhubungan langsung dengan Allah Swt sekaligus memelihara kedekatan hubungannya dengan Sang Khalik. Ketiga, Orang yang enggan atau merasa tak perlu berdoa akan dicap oleh Allah sebagai orang yang sombong. Hal ini karena dirinya merasa tak perlu berdoa meminta pertolongan Allah sebab merasa diri mampu mengatasi berbagai hal yang mendera dengan kemampuannya sendiri.

Namun, berdoa tidak sekadar berdoa saja. Ada waktu, adab, dan tata caranya. Perihal waktu, Ibnu Rajab al-Hambali menyebutkan bahwasanya ada dua hal terkait dengan masalah waktu mustajabnya seseorang dalam beribadah atau berdoa. Yang pertama adalah dimuliakan tempatnya. Maksudnya, jika seseorang beribadah di tempat yang dimuliakan, maka pahala atau doa yang dipanjatkan di tempat tersebut akan dikabulkan.

Contohnya seperti di Masjdil Haram, sekitar Ka’bah,  raudah, atau tempat-tempat yang Allah muliakan lainnya. Akan tetapi, hal ini sifatnya terbatas bagi orang-orang yang Allah takdirkan bisa datang ke tempat-tempat mulia itu. Namun, tak usah khawatir. Allah yang Maha Adil juga menempatkan waktu-waktu yang dimuliakan untuk memfasilitasi muslim lainnya yang tak berkesempatan untuk pergi ke tempat-tempat yang mustajab tersebut. Waktu-waktu ini adalah waktu yang dimuliakan oleh-Nya karena barang siapa yang berdoa di waktu-wkatu tersebut, maka akan Allah ijabah doanya.Waktu-waktu tersebut meliputi:

  • Hari Jumat

Di dalam hari Jumat ada waktu yang mustajab, yaitu waktu antara imam duduk hingga shalat ditegakan. Maksudnya ketika khatib jumat memasuki khutbah yang kedua, kemudian melakukan duduk sebentar, nah itulah waktu yang berharga sekali untuk berdoa. Dalam Hadis Riwayat Abu Dawud, dijelaskan juga bahwa seorang Muslim dapat pula memanfaatkan seharian penuh waktu di hari Jumat untuk berdoa, sebab waktu mustajab lainnya adalah sepanjang hari Jum’at tersebut, terutama di waktu Ashar hingga terbenam matahari. Jadi tak hanya ketika khatib duduk diantara dua khutbah.

  • Ketika berpuasa     

Sepanjang kita shaum adalah waktu yang mustajab dalam berdoa. Doa ini dibacakan setelah berbuka puasa.

  • Sepertiga malam terakhir

Di dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari, dijelaskan bahwasanya Allah di sepertiga malam terakhir turun ke langit dunia untuk menanyakan pada malaikat jika ada manusia yang bangun lalu bermunajat pada Allah Swt, karena jika ada pastilah Allah akan mengabulkan doa yang hamba tersebut pinta.

  • Antara adzan dan iqamah

Waktu ini juga merupakan waktu terbaik berdoa. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Abu Dawud, dan Imam Ahmad, disebutkan bahwa: “Tidak akan tertolak jika doa dipanjatkan oleh seorang hamba yang waktunya adalah diantara adzan dan iqamah.”

  • Ketika sujud

Allah Swt dan Rasulnya telah menuntunkan kepada kita untuk memperbanyak doa ketika sujud dalam sholat. Doa yang dipanjatkan adalah doa yang dituntunkan oleh Rasul Saw di dalam hadist-hadistnya. Jika memang belum hafal, boleh membacakan doa apa saja yang diketahui. Bahasanya pun boleh bahasa apa saja, yang terpenting adalah doa ini dibacakan dalam hati.

Selain memperhatikan waktu berdoa, hendaknya kita pun tidak luput pula untuk teliti terkait adab-adab yang dilakukan dalam memanjatkan doa. Di dalam buku tuntunan dzikir dan doa menurut putusan tarjih Muhammadiyah, yang bersandar pada hadist-hadist rasul, dijelaskan perihal adab-adab tersebut yang terdiri dari:

  1. Mengangkat tangan

Dalam sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, disebutkan: “Sesungguhnya Tuhan kalian memiliki sifat malu, dan Allah malu ketika ada hambanya yang berdoa sambil menegadahkan tanganya ke atas, namun tidak Allah kabulkan doanya.”

2. Mulai dengan memuji Allah dan bershalawat

Adab bagi seorang Muslim adalah memuji Allah dan bershalawat terlebih dulu sebelum berdoa. Selain itu, hendaknya didahului pula oleh permohonan ampun (istigfhar) sebelum berdoa. Barulah setelah itu semua dilakukan, kita memanjatkan doa.

3. Berdoa dengan Tadharru dan Hufyah

Tadahrru maksudnya ialah dalam berdoa hendaknya betul-betul merendahkan diri di hadapan Sang Khalik, sedangkan Hufyah berarti menggunakan suara yang lirih. Tidak usah berteriak-teriak.

4. Tidak tergesa-gesa

Dalam melaksanakan doa, tidak boleh seorang Muslim tergesa-gesa. Ketika doa tak kunjung terkabulkan, maka bersabar adalah kuncinya. Tak elok jikalau seorang Muslim meminta agar Allah sesegera mungkin mengabulkan doanya. Yakinilah Allah tahu waktu yang terbaik untuk mengabulkan doa hambanya, oleh karenannya hendaknya jauhi sikap tergesa-gesa ini.

5. Menutup doa dengan hamdalah

Sejatinya, berdoa merupakan sebentuk ibadah pada Allah. Satu hal yang mesti digarisbawahi adalah bahwasanya ibadah merupakan rezeki dari Allah, dan karena hal tersebut merupakan rezeki, maka hendaknya kita bersyukur. Pahamilah, bahwa tidak semua orang diberi kesempatan untuk bisa berdoa pada Allah, karena tak sedikit orang yang luput untuk berdoa musabab disibukan oleh pekerjaannya.

Setelah tahu menahu tentang tempat, waktu, dan adab dalam berdoa, maka yang mesti diketahui selanjutnya adalah tentang cara Allah mengabulkan doa para hambanya. Rasul Saw bersabda dalam hadist yang diriwayatkan Imam Ahmad: “Tidaklah seorang Muslim berdoa dengan satu doa yang dipanjatkan kecuali Allah Swt pasti akan menerima dan memberikan sesuai dengan permintanya dengan tiga cara. Pertama, dipercepat dengan dikabulkan di dunia. Kedua, dikabulkan di akhirat. Ketiga, sebagai khafarat penggugur dosa kita.”

Dari ucapan Rasul Saw tersebut sangat jelas bahwa pada dasarnya tidak ada doa yang sia-sia. Pemahaman ini pulalah yang menjadikan para ulama salafus shalih lebih berkonsentrasi pada bagaimana agar mereka bisa terus berdoa dibandingkan memikirkan apakah doa tersebut dikabulkan di dunia atau akhirat.  

Selain memperhatikan cara-cara di atas. Rasul pun bersabda bahwasanya ada golongan orang yang maqbul doanya. Orang-orang tersebut adalah:

  1. Orang yang berpuasa.
  2. Pemimpin yang adil.
  3. Orang yang teraniaya.
  4. Orangtua (ayah dan ibu).
  5. Anak shaleh.
  6. Musafir.
  7. Orang yang terkena musibah.  

Dari semua penjelasan terkait doa di atas, maka dapat dipahami bahwa kegiatan berdoa memiliki waktu dan tata cara sendiri. Tak bisa sembarangan. Dengan memahami hal tersebut, maka seyogyanya mejadikan kita untuk lebih teliti, memanfaatkan waktu mustajab sebaik mungkin, dan banyak mengisi aktivitas dengan sering-sering berdoa kepada-Nya.

Disarikan dari ceramah Ust Ade Suryadi, Lc, di program “Gerakan Subuh Mengaji (GSM)” Aisyiyah Jawa Barat pada hari Sabtu, 8 Januari 2022.

Tampilkan Lebih Banyak

mpijabar

Akun dari MPI Jawa Barat 2015-2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button