Kabar PersyarikatanKolom

Muhammadiyah Menyambut Ramadhan Berkemajuan

Oleh: Ace Somantri*

MENGHITUNG hari, tepat tanggal 1 Maret 2025, berbarengan awal bulan Ramadhan tahun 1446 Hijriah. Sambutan kaum muslim sudah mulai terasa nuansanya. Berbagai hal persiapan bermunculan sebagai tanda bentuk penyambutan akan datangnya bulan suci Ramadhan. Khusus Muhammadiyah, melalui pimpinan pusat mensosialisasikan secara masif lebih awal menyampaikan melalui media sosial terkait hal ihwal hasil hisab Majelis Tarjih dalam penentuan awal bulan suci Ramadhan dan awal bulan Syawal tahun 1446 Hijriah.

Kemudian diikuiti oleh beberapa kegiatan yang diselenggarakan pimpinan cabang dan daerah membuat kegiatan pengajian qabla Ramadhan. Termasuk membuat perencanaan kegiatan di saat memasuki bulan suci Ramadhan, seperti menyusun jadwal imam dan pemberi kultum di masjid ataupun musala atau dikenal nama lain tarhib Ramadhan. Persiapan demi persiapan dilakukan demi suksesnya program yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik dan sesuai tujuan yang hendak dicapai.

Bulan suci Ramadhan sangat kental dengan nuansa ta’abudi-nya, magnet dan spirit beramal saleh umat muslim terlihat antusias hingga melebihi dari bulan-bulan selain Ramadhan. Motivasinya hampir dipastikan ada spirit ibadah yang kecendrungan mengejar nilai ibadah yang berlipat dibandingkan bulan yang lainnya.

Sikap hal demikian sah-sah saja bagi siapa pun umat muslim beribadah karena memiliki dorongan kuat untuk nilai pahala berlebih. Secara ideologis, wajar dan lumrah adanya ketika seseorang yang berkeyakinan benar pada ajaran agamanya sekaligus atas dasar pengetahuan yang dimiliki.

Sehingga kadang-kadang pada umumnya orang, beribadah itu ada semangat manakala terlihat guyub atau bareng-bareng bersama menjalankan dalam pelaksanaan praktisnya. Namun, saat kembali beribadah tidak guyub lagi, hampir dipastikan kembali menurun spirit dan motivasi untuk beribadah ta’abudi-nya. Hal demikian sudah menjadi tradisi psikologis orang-orang dalam menjalankan ibadah.

Jadi, sebenarnya sesuatu yang menjadi motivasi dan spirit dorongan kuat bukan terletak pada status hukumnya yang wajib, melainkan ada nilai kebersamaan atau dikenal dengan keberjamaahan. Hal demikian oleh seorang muslim di mana pun keberadaanya benar-benar harus disadari bahwa ajaran Islam memberikan anjuran berjamaah dalam ibadah-ibadah tertentu bukan semata-mata sekadar bersama, melainkan bagian dari nilai penting ajaran Islam yang bermakna dalam yang komprehensif.

Selain itu pula, di bulan suci Ramadhan telah banyak mengajarkan pentingnya pengendalian diri dari segala hal yang mengganggu terhadap sikap dan perilaku buruk yang berujung pada kemaksiatan dan kemunkaran. Makna keberjamahaan atau kebersamaan dari semua aktivitas hidup akan mampu mempercepat tercapainya pada target dan tujuan yang hendak dicapai. Kemudian menjadi bukti sunnatullah alamiah dan ilmiah bahwa manusia jika berharap mendapatkan sesuatu kesuksesan hidup harus dilakukan secara berjamaah dengan saling memposisikan pada masing-masing peranannya.

Begitupun Kiai Dahlan, dia sangat cerdas dan pintar di kala itu memiliki pemikiran yang sangat ptogresif dan visioner. Muhammadiyah penjelmaan dari sebuah ide dan gagasan kiai visioner, menggebrak dunia di zamannya hingga mampu membuat ketar-ketir kekuasaan global dari bangsa eropa. Hal itu semua berangkat dari kekuatan berjamaah dalam menengakkan kebaikan dan kebenaran syariat Islam sebagai sumber dari segala sumber kehidupan manusia di muka bumi.

Maka bulan suci Ramadhan sangat identik dengan waktu turunnya wahyu Allah Ta’ala yang dikenal Al-Quran, diyakini benar sejak wahyu Allah Ta’ala diturunkan kecepatan pembangunan sebuah peradaban dunia terus melesat di bawah sosok kepemimpinan manusia brilian di tanah arab nabiyullah Muhammad SAW, hingga kini dan yang akan datang. Fisik atau jasadnya tiada, tetapi karya peradaban Islam telah mengubah dunia yang sempat jahiliah menjadi obor pencerah peradaban yang menecerahkan. Hal sama, pada sosok Kiai Dahlan dari tanah ibu pertiwi, menjadi salah satu yang mampu menjadikan diri sebagai pewaris nabiyullah yang pantas dan terpercaya menerimanya dan itu dibuktikan dengan karya nyata perjuangan menegakkan syariat Islam di atas segalanya.

Kita harus menyadari betul, jika bulan suci Ramadhan ini benar-benar menjadikan bulan berkemajuan dan memajukan, kita harus mampu mengambil hikmah dan ibrah ta’abudi vertikal dan horizontal tidak berhenti dalam menahan haus dan lapar. Tidak sekedar menahan hawa nafsu keburukan bersifat sementara. Namun, di dalam bulan suci Ramadhan ada cahaya memancar memberikan petunjuk dan menerangi alam dunia.

Kita sebagai manusia harus mampu menciptakan ide-ide brilian dari semburan cahaya yang memancar disaat bulan Ramadhan tiba. Satu ayat dari sekian ribuan ayat yang tertulis dapat dijadikan titik tolak sebuah peradaban yang dibangun, sebagaimana nabiyullah Muhammad SAW telah menanamkan dasar-dasar peradaban dunia dari satu ayat hingga sempurna dalam satu mushaf Al-Quran. Begitupun Kiai Dahlan berupaya keras menteladani nabi panutan jungjunan alam sebagai penutup para nabi sebelumnya, beliau menjadikan titik tolak peradaban dari QS Ali Imran dan Al-Maun yang mampu melahirkan puluhan ribu amal usaha sebagai media pembangunan sebuah peradaban, khususnya di negara kesatuan Republik Indonesia.

Artinya, bulan suci Ramadhan harus dijadikan momentum bulan berkemajuan dan memajukan. Hal itu bukan sesuatu yang mustahil karena di bulan tersebut telah diibrahkan banyak pelajaran ilmu pengetahuan dan peradaban dunia. Dibuktikan secara ilmiah di bulan itu diturunkan sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan apa pun yang berkembang di muka bumi tanpa kecuali. Tidak ada satu pun yang terlewati. Sangat Maha Sempurna ajaran tersebut menjadi sumber yang menunjukkan berbagai varian ilmu untuk menuju pada keselamatan dunia dan akhirat. Termasuk hal-hal apa pun ilmu pengetahuan yang membedakan secara jelas dan tegas yang muncul di permukaan maupun yang belum terlihat muncul di permukaan.

Ilmu pengetahuan dan teknologi hari muncul, seolah-olah sesuatu yang baru di mata manusia, tetapi bagi Sang Pemilik Alam Semesta, hal itu sudah ada dan tersedia. Tujuannya untuk diberikan kepada manusia yang hidup, khususnya diperuntukan bagi orang-orang yang berakal sehat atau orang berpikir.

Maka bulan suci Ramadhan sebaiknya dijadikan momentum bersama secara berjamaah merancang ulang gerakan membangun peradaban Islam yang maju, berkemajuan, dan memajukan.

Langkah-langkah tersebut disusun berdasakan skala prioritas kebutuhan mendesak. Namun, pemaknaan mendesak bukan berarti merancang gerakan yang bersifat konsumtif pragmatis sesaat yang berakibat membentuk budaya malas dan menstimulasi karakter peminta-minta senang dan menikmati pemberian dari orang lain.

Justru, sebaiknya dibulan Ramdahan harus melahirkan atau menciptakan ide dan gagasan solutif jangka panjang. Kesempatan tersebut, saat bulan penuh berkah dan magfirah sangat tepat momentumnya. Hampir semua orang muslim ada dalam kebahagiaan, sikap simpati dan empati, juga memiliki kepedulian atau kepekaan terhadap sesama.

Bahkan, di bulan tersebut hampir dipastikan umat muslim yang miskin, menengah, dan apalagi yang kaya berlomba-lomba mengeluarkan harta kekayaannya untuk berzakat, berinfak, dan bersedekah. Sehingga momentum tersebut dapat dijadikan kesempatan emas untuk melahirkan sebuah gagasan inovatif yang produktif dalam pembangunan sebuah peradaban Islam yang maju, berkemajuan, dan memajukan umat.

Ramadhan berkemajuan, indikatornya sederhana. Setiap komunitas muslim dalam satu teritori memobilisasi kekuatan sumber daya, baik kekuatan manusia, harta, dan aset milik publik yang ada dapat dijadikan modal dasar untuk mengembangkan program keumatan berorientasi pada peningkatan kesejehateraan yang adil dan makmur yang memakmurkan.

Misalkan, dalam satu masjid jami, besar, agung dan masjid raya sudah puluhan tahun banyak program yang belum memiliki keterukuran indikator ketercapaian dalam membuat peradaban skala minor. Pada umumnya, masjid lebih banyak sekadar untuk tempat ta’abudi vertikal.

Selebihnya adakah sebuah masjid memiliki catatan statistik yang akurat dan valid telah menciptakan peradaban Islam yang maju dan memajukan, seperti berapa jumlah jamaah yang miskin diberdayakan hingga tidak miskin lagi? Berapa jumlah jamaah pengangguran yang dapat dibantu  dicarikan pekerjaannya? Berapa jamaah yang dibantukan hal-hal lainnya tercatat hingga pada satu tahun hingga beberapa tahun ada data yang menunjukan peningkatan, baik jumlah kuantitas maupun kualitas.

Sebut saja Masjid Jokokariyan yang fenomenal. Andaikan semua masjid program nyatanya mirip seperti itu, insyaallah rumah Allah Ta’ala dijadikan tempat lahirnya gagasan-gagasan yang bermanfaat jangka panjang yang mensejahterakan umat. Maka dari itu, keberkahan bukan hanya ada dalam kata dan kalimat, melainkan akan dapat dirasakan langsung hingga terbangun sebuah peradaban bangsa baldatun thayibatun warabbun ghafur. Amin. Wallahu’alam.

*Dosen UM Bandung dan Wakil Ketua PWM Jabar

Tampilkan Lebih Banyak

mpijabar

Akun dari MPI Jawa Barat 2015-2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button