Kabar Muhammadiyah Jawa Barat

Seni Budaya, Strategi Menyebarkan Islam Kiyai Dahlan

Oleh: Ace Somantri

Sejak berdiri hingga kini masuk era global-digital, Muhammadiyah konsisten dalam berbagai varian gerakan sosial keislaman, hampir dipastikan tak terlewatkan semua bidang kehidupan yang muncul di masyarakat. Ajaran Islam sebagai sumber rujukan dan kebijakan gerakan Muhammadiyah yang termaktub dalam Al-Quran dan As-Sunnah sahihah maqbullah. Jalan panjang gerakan Islam modern di tanah ibu pertiwi Indonesia tak lepas dari kehadiran sosok Kiyai Dahlan yang lekat dengan Muhammadiyah. Lika-liku perjuanganya bukan tanpa hambatan aral melintang, menembus dinding kehidupan masyarakat yang memiliki tradisi adat istiadat kuat. Paham kepercayaan dalam religiusitas sangat kental terhadap benda-benda, tempat, dan hal lain dianggap keramat menghiasi keberagaman sehari-harinya. Warisan nenek moyang manusia purba tampaknya mendominasi masyarakat sebelum tibanya gerakan pencerahan dari manusia pilihan. Hal itu bukan hanya di Indonesia, melainkan di berbagai belahan dunia termasuk yang di Eropa pernah mengalami kegelapan.

Indonesia sebelum lahir dan berdiri, dan juga merdeka dari penjajahan bangsa-bangsa Eropa di antaranya Belanda yang paling lama. Masyarakatnya menganut paham yang jauh dari kehidupan mencerahkan dan peradaban maju. Animisme dan dinamisme sangat terkenal menjadi sumber ajaran keberagamaanya. Banyak sejarawan memberikan informasi dalam berbagai pendekatan dan perspektif, pelaku sejarah yang memberikan pencerahan datang dari luar tanah leluhur Indonesia yaitu dari para pedagang kebangsaan Arab dengan akulturasi budaya melalui perkawinan dan sistem perdagangan yang dianut. Islam agama atau ajaran yang dianut para pedagang Arab dalam menjalankan perdagangannya secara tidak langsung membawa misi keagamaan (dakwah islamiyah). Diakui atau tidak, itu fakta dan nyata menurut para sejarawan terjadi di Nusantara. Dari literatur ada yang mengatakan dari sejak abad 7 sudah masuk ke tanah leluhur Indonesia, ada juga sejak abad ke 13 baru masuk. Terlepas perbedaan abad atau tahun, bagi kita dapat meyakini betul bahwa Indonesia sebelum berdiri mengalami masa jahiliah dan kegelapan.

Sosok Kiyai Dahlan di saat dalam kekuasaan Hindia Belanda, hadir di tengah masyarakat menjadi pembawa obor memberi cahaya harapan dari kegelapan malam warga kala itu. Adat istiadat sangat kuat, namun tidak pantang menyerah dan putus asa bagi kiyai Dahlan. Daya kritisnya terus membara hingga tak terbendung oleh siapa pun, baik lingkungan keluarga kerabat dekat dan termasuk tak gentar menghadapi kekuasaan pemerintah Hindia Belanda. Sejak muda, Kiyai Dahlan sangat kritis terhadap realitas sosial, politik, dan ekonomi masyarakat kala itu. Banyak tindakan dan perbuatannya membuat khawatir pihak keluarga karena banyak resiko dan konsekuensi yang berdampak memprihatinkan pada keluarga dan dirinya sendiri. Tak bergeming akan konsekuensi yang diterima, malah dapat dikatakan dengan situasi tersebut semakin membawa terbang ke angkasa harapan dan cita-cita Kiyai Dahlan untuk membangun bangsa dan peradaban maju kala itu. Langkah-langkahnya terus maju, nyaris tidak ada niat untuk mundur sejengkal pun. Berbagai cara dan strategi yang dibuat untuk melawan tirani dan kejahatan sosial, tekun penuh percaya diri mencerdaskan masyarakat kunci perubahan dan sebuah kemajuan.

Kenapa Kiyai Dahlan paham dan ajaran Islam yang diajarkan relatif cepat diterima oleh masyarakat, khususnya kaum muda dan generasi sebayanya. Bahkan sangat disukai usia anak-anak. Ada pendekatan yang digunakan oleh Kiyai Dahlan mempelajari ajaran Islam dengan pendekatan rasionalitas dalam beragama, media yang menjadi alat pengantarnya ilmu seni dan peralatanya. Jangan salah paham, harus menjadi perhatian bagi kita sebagai muslim meyakini betul bahwa berdakwah itu harus menggunakan cara strategi yang menarik dan meyakinkan pihak yang diajak atau didakwahi. Begitupun para nabi dan rasul pembawa risalah berupaya keras dengan cara dan strategi yang tepat dan itu di dalamnya ada ilmu seni. Benar adanya bahwa seni dan budaya melekat mutlak ada dalam jiwa dan raga setiap manusia yang hidup di bumi, menjadi instrumen sifat kemanusiaan sejak Nabi Adam AS diciptakan. Apa saja yang dibuat dan dijadikan manusia, baik volume manfaatnya sedikit atau banyak, hal itu menjadi bukti manusia memiliki jiwa seni dan budaya. Nalar seni manusia terdapat dalam daya imajinasi kreatif, persisnya dikeluarkan produksi berpikir dari otak kanan manusia.

Secara visualistik, sosok Kiyai Dahlan memiliki daya imajinasi kreatif yang cukup tinggi. Dibuktikan saat memberikan paham beragama Islam kepada sahabat dan santrinya melalui alat musik biola dengan ilustrasi kurang lebih bahwa memberikan paham ajaran Islam harus menarik, nyaman, dan suara yang indah didengar sehingga orang yang diajak tersentuh hati dan jiwanya karena manusia akan takluk saat hati dan jiwanya disentuh. Saat ajaran Islam disampaikan tidak menarik, tidak nyaman, tidak Indah, dan tidak memberi solusi, rasanya sulit orang untuk mengikutinya, apalagi penuh dengan pesan-pesan caci maki dan bully. Jangankan untuk mengikuti, hal yang ada akan menjauhinya. Jika kita memahami betul ayat demi ayat yang termaktub dalam mushaf Al-Quran sebenarnya sangat sastrawi sekali, saat dibaca dengan memahami isinya dan dihayati maknanya sudah pasti tidak akan ada manusia yang tak luluh hatinya, karena selain susunan kalimatnya sangat sastrawi membuat orang-orang terpesona dan maknanya menggambarkan kehidupan masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang, masyaallah allahuakbar. Kecuali orang-orang jahiliah yang sombong dan takabur, mereka menutup seluruh panca indera hingga menutup hatinya.

Seni budaya tidak identik musik semata, itu terlalu dangkal dan dungu. Justru seni dan budaya identik dengan rasa dan perasaan. Sebut saja kata yang sangat familiar di telinga manusia yaitu kata cinta, nampaknya sangat yakin jelmaan cinta adalah produk gagasan seni dan budaya manusia. Termasuk saat kita mentaati ajaran Ilahi Rabbi, manakala menjalankan tidak dengan cinta akan jauh dengan tulus dan ikhlas. Sehingga pernah ada kata-kata yang sering terdengar di telinga umat muslim dari para dai di kampung konon kabarnya sebuah hadis, “Barang siapa yang mencintaiku (Muhammad), maka suatu saat akan bersamaku (Muhammad) di surga”. Kalimat itu sangat filosifis dan sastrawi bahwa cinta dimaksud dapat dipahami mengikuti jejak langkah dan perbuatan Nabi Muhammad SAW, dan siapa saja orangnya yang mengikuti beliau akan bersama-sama di surga. Terlepas salah atau benar, sangat dan dapat diyakini bahwa mengikuti jejak langkah dan perbuatan Rasulullah Muhammad SAW akan selamat dunia akhirat dan pasti masuk surga. Begitupun Kiyai Dahlan, saat mendirikan organisasi dengan nama Muhammadiyah, dalam benak keyakinan jiwanya berharap orang-orang yang berkiprah di Muhammadiyah benar-benar mengikuti jejak langkah, sifat, dan perbuatan Nabi Muhammad SAW.

Artinya, seni budaya sangat penting bagi pergerakan Islam yang dibawa dan disebarkan oleh Muhammadiyah. Fakta dan nyata, Kiyai Dahlan dengan simbol alat musik biola di tangan saat mengajarkan ajaran Islam telah memberi pesan bahwa menggerakan Muhammadiyah harus menggunakan nalar dan narasi seni dan budaya. Hal tersebut menurut informasi yang didapat dari literatur bahwa penyebaran Islam di Nusantara lebih cepat merebak dan mudah diterima masyarakat, salah satu media yang digunakan sangat lekat dengan dunia seni dan budaya, salah satunya dengan pagelaran wayang yang dipertunjukan oleh para wali, pesan-pesan dalam pertunjukan menggunakan paham-paham ajaran Islam. Seni dan budaya representasi jiwa raga manusia yang dekat dengan rasa dan perasaan sehingga kadang sangat sulit untuk berkata bohong dalam jiwa dan raga. Pasalnya, rasa dan perasaan merupakan sifat dasar manusia untuk mengontrol aktivitas gerak fisiknya, andaikan rasa dan perasaan dibohongi, akan muncul sifat jahat, tiran, dan zalim dan tidak berprikemanusiaan. Rasa dan perasaan yang terdapat dalam jiwa dan raga menuntun manusia untuk selalu berbuat jujur, adil, dan beradab.

Keterlambatan menyebar dan merebaknya paham Islam yang dikreasi oleh Muhammadiyah, nampaknya sangat butuh dan diperlukan pendekatan seni budaya. Paling tidak ada rumusan dakwah yang dapat menstimulasi gerakan dakwah Islam berkemajuan kedepan lebih cantik, unik, dan menarik. Dengan usia Muhammadiyah lebih dari 111 tahun, strategi dakwahnya masih terbilang menjemukan dan monoton. Selain faktor para dai dan mubalignya, namun juga faktor kemasan dakwah masih dalam lingkaran kelompok masyarakat ekslusif. Ada kasusitik pernah terjadi dalam sebuah acara cukup besar di lingkungan amal usaha Muhammadiyah, jamaahnya 600 mahasiswa muslim mendapatkan wawasan Islam oleh ustaz Muhammadiyah. Saat itu suasananya terlihat jamaah tidak menyimak, panitia berinisiatif saat setelah usai materi tersebut membuat umpan balik secara acak meminta 10 orang mahasiswa memberi komentar terhadap materi dan pemateri ditulis dan diperlihatkan komentarnya kepada seluruh yang hadir, dan ternyata 10 orang mahasiswa tersebut komentarnya sama bahwa materi dan pemateri “menjemukan dan membuat ngantuk”. Hal itu fakta dan nyata nyaris terus diulang-ulang, hal tetsebut banyak tidak disadari bahwa fenomena membuat lambat Muhammadiyah diminati sehingga otomatis sulit mempercepat mencapai tujuan. Wallahu’alam.***

Bandung, 30 November 2023

Tampilkan Lebih Banyak

mpijabar

Akun dari MPI Jawa Barat 2015-2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button