Kabar Muhammadiyah Jawa Barat

Dr. Tafsir: Muhammadiyah itu Bukan Anti Budaya tapi Anti Sakralisasi Budaya

Kabar Muhammadiyah Jabar—

Disela-sela pelaksanaan agenda Muktamar Muhammadiyah – ‘Aisyiyah ke-48 dilaksanakan pula lauching dua buah karya tokoh-tokoh Muhammadiyah di Edutorium Uniservitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sabntu(11/19/2022).

Satu karya merupakan tafsir kolektif yang menjadi representasi tafsir Al-Qur’an dari Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah

Sementara itu karya lainnya ialah buah karya tokoh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah, Dr. Tafsir.

Narasumber pertama dalam agenda tersebut disampaikan langsung oleh Prof. Syamsul Anwar yang merupakan Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

Karya yang di launching pertama ialah Tafsir At-Tanwir Jilid ke-2. Tafsir ini merupakan tafsir lanjutan yang diterbitkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah yang beberapa waktu lalu telah melaunching tafsir jilid pertama.

Tafsir ini menjadi  tafsir lanjutan yang dimulai dari awal juz 2 hingga selesai atau tepatnya QS. Al-Baqarah: 142-252.

Perbedaan antara tafsir at-Tanwir dengan tafsir kebanyakan adalah adanya pengelompokan pembahasan seusai tema.

Hal ini menjadikan pembaca lebih nyaman dan bisa memilih tema apa yang hari itu ingin mereka bahas.

Selain itu, tafsir ini diterjemahkan dengan menggunakan terjemahan yang kurang lebih sama dengan yang digunakan Kementrian Agama (Kemenag).

 Namun, walaupun begitu ada beberapa kata yang diterjemahkan sesuai terjemahan majelis tarjih Muhammadiyah

“Tafsir ini diterjemahkan dengan cara menghindari perbedaan kemenag. Jadi menerjemahkan sesuai Kemenag, tetapi ada beberapa yang diubah menurut tafsur kami,” terangnya.

Setelah buku tafsir-At Tanwir diperkenalkan, karya kedua yang di-launching adalah “Dilema Purifikasi Muhammadiyah: Antara Progresivisme dan Konservatisme” karya Dr Tafsir.

Dr Tafsir selaku penulis mengatakan, alasannya menulis buku ini berangkat dari kekecewaannya karena Muhammadiyah yang menurutnya sering bersikap taklid.

“Muhammadiyah ini mau menolak taklid buta, tapi malah puritan buta. Jadinya ya sama-sama buta,” ungkapnya.

Menurutnya sikap tersebut dapat membuat Muhammadiyah kedepannya menjadi mandek, tidak progresif, dan skripturalis.

“Muhammadiyah jadi anti budaya, dan anti intepretasi. Menyebabkan Muhammadiyah memiliki Islam tanpa tafsir, skripturalis,” ujarnya.

Baginya ini bertentangan dari semangat dan ad/art ketika Muhammadiyah pertamakali berdiri, yakni adanya semangat kemajuan dan semangat membahagiakan

Eh sekarang Muhammadiyah bukannya progresif, malah jadi gerakan konservatif,” pungkasnya.

Oleh karena itu, kehadiran buku karya Dr Tafsir tersebut dapat menjadi pencerahan bagi siapa pun yang membacanya guna menyelamatkan Muhammadiyah dari sikap taklid buta.

*Penulis: Aqbil WAK

Tampilkan Lebih Banyak

mpijabar

Akun dari MPI Jawa Barat 2015-2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button