Oleh: Muhsin MK
Tidur itu benar-benar anugerah dari Allah untuk manusia. Siklus hidup manusia di bumi ini pasti ada waktu tidur. Umumnya dilakukan di malam hari. Bagi yang bekerja malam pasti tidur di siang hari. Tidak ada manusia yang tidak tidur sama sekali (QS Ar-Rum: 23).
Mereka yang sedang sakit pun dan tidak bisa tidur, tentu ada waktunya akan tidur juga. Bisa karena pengaruh obat tidur atau karena mengalami koma. Seperti Pangeran Al-Waled bin Khaled bin Talal dari Saudi Arabia, koma selama 19 tahun. Selain itu, bisa tidur selama-lamanya jika Allah menghendakinya (QS Az-Zumar: 42).
Adab-adab tidur
Pertama, sebaiknya dalam keadaan suci atau berwudu. Karena tidur bagian dari ibadah kepada Allah, maka lebih baik dilakukan dalam keadaan tubuh bersih dan suci dari hadas dengan berwudu. Tidur akan lebih nyenyak bila dalam keadaan suci.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sucikanlah badan-badan kalian semoga Allah mensucikan kalian, karena tidak ada seorang pun yang tidur malam dalam keadaan suci melainkan satu malaikat akan bersamanya dalam syi’aar (yang melekat pada badannya), tidak satu saat pun dia membalikkan badannya melainkan satu malaikat akan berkata, ‘Ya Allah ampunilah hamba-Mu ini karena ia tidur dalam keadaan suci.'”(HR. Imam Ath Thabrani).
Kedua, berbaring pada sisi kanan badan atau miring menghadap ke kanan. Sesuai hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Jika engkau hendak mendatangi tempat tidurmu hendaklah engkau berwudu seperti wudu waktu berwudu hendak salat, kemudian berbaringlah pada sisi kanan badanmu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketiga, sebelum tidur membaca berapa surat dan ayat Al-Quran. Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An Naas. Dalilnya, “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasanya ketika akan tidur di waktu malam menyatukan kedua telapak tangannya kemudian meniup keduanya dan membaca (qul huwallahu ‘Ahad) dan (qul ‘audzu birabbilfalaq) dan (qul ‘audzu birabbinnas) kemudian mengusap tubuh dengan keduanya sedapat mungkin. Dimulai dari kepala dan wajahnya dan bagian depan tubuhnya. Hal itu dilakukan tiga kali.” (HR. Bukhari).
Juga membaca ayat kursi. Dalilnya, “Jika engkau hendak tidur maka bacalah ayat kursi. Karena jika ia senantiasa bersama engkau maka Allah akan menjagamu dan setan tidak akan mendekatimu.” (HR. Bukhari).
Dan dua ayat terakhir Al-Baqarah (285- 286). Rasulullah bersabda, “Siapa membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah pada malam hari, maka keduanya akan melindunginya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Keempat, tidur tidak tengkurap. Hal ini disebutkan dalam hadits, “Dari Ibnu Tikhfah Al Ghifari, dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, ‘Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam lewat di hadapanku, dan waktu itu aku sedang tidur tengkurap. Beliau menggerakkan gerakanku dengan kaki beliau. Beliau pun bersabda, ‘Wahai Junaidi, tidur seperti ini seperti berbaringnya penduduk neraka.'” (HR. Ibnu Majah).
Kelima, tidak tidur sehabis Magrib atau sebelum Isya. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis, “Dari Abu Darda Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tidak menyukai tidur sebelum Isya dan berbicara (ngobrol) setelah Isya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Keenam, tidur tidak dalam satu sarung (selimut) antara laki laki dengan laki-laki dan wanita dengan wanita. Apalagi laki-laki dan wanita yang bukan muhrimnya. Sesuai sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, “Seorang laki-laki tidak boleh untuk melihat aurat laki-laki lain, seorang wanita tidak boleh melihat aurat wanita lain. Seorang laki-laki tidak boleh tidur satu selimut dengan laki-laki lain dan seorang wanita tidak boleh tidur satu selimut dengan wanita lain.” (HR. Abu Dawud dan Ath Tirmidzi).
Pengaruh pada kejiwaan
Tidur memberi manfaat dan maslahat bagi manusia dalam hidup dan kehidupannya. Di antaranya untuk beristirahat, baik di waktu malam maupun pada siang hari. Seharian bekerja dan merasakan lelah, letih dan lemas, lalu tidur membuat manusia kembali segar dan bugar raga dan jiwanya.
Namun, tidur yang tidak memperhatikan adab akan berdampak sebaliknya. Jiwa dan raganya malah tidak segar dan bugar. Tidur tidak dalam keadaan suci dan membaca zikir dan doa dapat membuat gangguan kejiwaan saat tidur atau yang 99 ketika bangun. Setidaknya menimbulkan hal hal berikut ini.
Pertama, tidurnya diperdaya setan dan bangunnya kesiangan dan malas. Sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, “Setan membuat ikatan pada ujung kepala salah seorang di antara kalian ketika ia tidur sebanyak tiga ikatan yang ia (setan) setiap ikatan dengan mengatakan, ‘Bagimu malam yang panjang, maka tidurlah’. Jika seorang itu bangun lalu berzikir kepada Allah terlepaslah satu ikatan. Lalu jika ia berwudu terlepas satu ikatan. Kemudian ketika ia salat terlepaslah seluruh ikatannya. Maka ia memasuki waktu pagi dengan jiwa yang semangat dan yang baik. Dan jika tidak demikian maka ia memasuki waktu pagi dengan jiwa yang jelek dan malas.” (HR. Muttafaqun alaihi).
Kedua, tidurnya tidak nyenyak, resah dan gelisah sehingga terjaga di malam hari. Bagi yang membaca surat dan ayat Al-Quran, zikrullah dan doa tentu akan nyenyak tidurnya dan bangun sebelum waktu malam sebelum subuh. Karena tenang hatinya saat tidur. Karena itu jika gelisah saat tidur dan sulit memejamkan mata, adab tidur mengajarkan supaya membaca doa yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Doanya, “Audzu bikalimaatillahi tammaati min ghadawi wa iqaabihi wa syarri ‘ibadihi (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya, hukuman-Nya, dan dari kejahatan hamba hamba-Nya. Maka sesungguhnya setan tidak membahayakannya.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i).
Ketiga, mimpi buruk yang membuat jiwa takut dan cemas saat tidur dan setelah terjaga. Sesuai hadis, “Mimpi yang baik itu dari Allah, sedangkan mimpi yang buruk itu dari setan. Jika salah seorang dari kalian bermimpi yang tidak ia sukai, maka hendaklah ia meniup ke sebelah kirinya tiga kali dan membaca ta’awwudz sebanyak tiga kali. Kemudian setelah itu hendaklah ia membalikkan tubuhnya ke sisi yang lain, dengan demikian tidak ada lagi yang membahayakan dan jangan ceritakan kepada seorang pun mimpi tersebut.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Keempat, mudah marah karena kurang tidur. Karena itu bergadang di malam hari sebaiknya dijauhkan karena berpengaruh pada jiwa dan mental, di antaranya mudah marah. Itu sebabnya diingatkan dalam hadis, “Bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam membenci tidur sebelum Isya dan mengobrol sesudahnya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Kelima, membuat malas dan hati menjadi keras. Sesuai hadits dari Aisyah Radhiyallahu Anha, “Cernalah makanan kalian dengan (terlebih dahulu) berzikir kepada Allah dan salat. Janganlah kalian tidur dalam keadaan kenyang karena itu dapat membuat hati kalian keras.” (HR Ibnu Suny dan Abu Nu’aim).
Imam Ghazali rahimakumullah menjelaskan, “Hadis tersebut mengindikasikan disunahkan agar tidak tidur saat perut dalam keadaan kenyang itu akan menimbulkan dua kelalaian, yaitu kemalasan dan kekerasan hati.” (Syaikh Al Munawir dalam Faidul Qadir).
Keenam, menjadi LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) karena tidur satu sarung laki-laki dengan laki, perempuan dengan perempuan. Sebagian disebutkan dalam adab tidur yang keenam di atas.***