Kabar Muhammadiyah Jawa Barat

111 Tahun, Voltase Kebaikan Muhammadiyah Untuk Membangun Ketahanan Pangan

Oleh: Ace Somantri, Wakil Ketua PW Muhammadiyah Jawa Barat

SANGAT inspiratif langkah-langkah pencerahan dari Muhammadiyah yang penuh optimisme. Daya juangnya tak diragukan, energi dalam jiwanya nyaris tak pernah berkurang, malah terus meningkat, alirannya menjalar ke berbagai ruang kosong yang tak berenergi. Setiap terminal ke terminal senantiasa menggerakkan jiwa-jiwa para pejuang agama dan negara.

Tepat pada waktu yang diridloi Allah SWT pada tanggal 18 November 1912, lahir Muhammadiyah sebagai sebuah rumah besar. Seolah ditunggu-tunggu banyak orang, terutama bagi orang-orang miskin dan dhuafa. Sangat yakin, orang-orang dhu’afa dan papa merasakan getaran energi kebaikan yang akan menyentuhnya karena disalurkan secara otomatis oleh voltase kebaikan yang terus mengalir dan bergerak ke seluruh jaringan yang terkoneksi, hingga ke titik area dalam satu frekuensi yang sama, tak pernah berhenti hingga kini.

Semua orang, warga Indonesia, dan masyarakat dunia, baik muslim maupun non-muslim, merasakan kehadiran Muhammadiyah yang memberikan harapan besar akan kehidupan yang lebih baik dan sejahtera.

Diakui atau tidak, usia yang cukup panjang perjalanan gerak dakwah Muhammadiyah membangun manusia. Berapa juta manusia merasakan dan menikmati aliran energi yang disalurkan, mampu menyalakan harapan hidup dan kehidupan setiap individu dalam mengisi ruang dan waktu mereka.

Rasa terima kasih dan syukur bagi kita yang menerima manfaat dari kehadiran Muhammadiyah. Berapa juta jumlah orang dapat membaca huruf, menghitung angka, merangkai kata dan kalimat, hingga merebut harapan dan asa, mengambil banyak hikmah dan manfaat, baik materi maupun immateri.

Tidak ada alasan bagi alumni TK ABA, pesantren, sekolah, dan perguruan tinggi Muhammadiyah untuk tidak bersyukur atas nikmat dunia, karena ada aliran energi kebaikan yang telah dialirkan melalui jaringan organisasi dan amal usahanya.

Tidak ada alasan untuk tidak bersyukur bagi setiap orang yang diadvokasi dalam kesejahteraannya saat tinggal di asrama panti asuhan anak sejak bayi, usia dini, remaja, hingga tumbuh dewasa dengan makanan bernutrisi setiap hari dan mendapatkan pendidikan yang layak.

Termasuk para pasien klinik dan rumah sakit Muhammadiyah yang memberikan harapan hidup bagi orang-orang sakit untuk tertolong dan terobati, sekalipun pelayanannya belum sempurna. Bahkan bagi siapa pun warga masyarakat Indonesia yang senantiasa tercatat atau tidak sebagai karyawan, guru, dosen, perawat, advokat, dokter, supir, kurir, dan sebagainya, yang selama ini menerima manfaat materi, tidak ada alasan untuk tidak peduli dan peka terhadap gerakan dakwah Muhammadiyah.

Kepedulian yang diharapkan oleh Muhammadiyah bukan hanya memenuhi jadwal di tempat kerja, melainkan harapan bersama untuk menggerakkan persyarikatan di masyarakat. Sekecil apa pun kontribusi tenaga kita saat merasa bagian dari warga Muhammadiyah, dengan tulus dan ikhlas, manfaatnya sangat besar. Apalagi secara penuh terlibat langsung praktis dengan harta dan jabatannya, berkhidmat untuk kepentingan masyarakat dan umat atas nama warga persyarikatan.

Muhammadiyah lahir tidak prematur, apalagi hasil cesar dipaksakan. Jauh sebelum lahir, sosok pencerah cukup lama memberi harapan pada masyarakat. Hanya untuk memantapkan gerak dan lajunya, agar terjadi percepatan hasil gerakan dan memperkuat barisan untuk perjuangan lebih luas dan panjang.

Dengan keyakinan dan optimisme yang visioner, dilahirkanlah Muhammadiyah sebagai organisasi gerakan Islam. Hingga saat ini, sudah 111 tahun sejak Muhammadiyah lahir, dan organisasi ini tak berhenti menyinari seperti mentari di pagi hari, selalu memberi energi.

Voltase kebaikan Muhammadiyah semakin meningkat dayanya, namun sangat berharap di abad kedua ini persyarikatan Muhammadiyah, dengan ribuan ilmuwan yang dimilikinya, mampu memberi energi super power pada negara untuk keluar dari berbagai jenis penjajahan asimetris yang membuat bangsa dan negara ini dalam kondisi kelimpungan tanpa arah, padahal bonus demografis bangsa Indonesia didepan mata. Jika Muhammadiyah cenderung tidak sigap, berjalan apa adanya, sangat disayangkan, dan saat tertentu Muhammadiyah hanya menyesali.

Di abad kedua, usia Muhammadiyah satu abad lebih telah mengabdi dan merawat penduduk bumi. Puluhan ribu lembaga pendidikan, baik pesantren maupun sekolah, lembaga kesehatan, baik klinik maupun rumah sakit, dan lembaga sosial kesejahteraan memberi kesempatan kepada warga Indonesia tanpa membeda-bedakan SARA. Energi kebaikan terus menyalakan harapan anak-anak bangsa.

Di saat yang sama, kontestasi kepemimpinan nasional sudah mulai berjalan dengan skema demokrasi sebagai sistem pemilu yang dianut bangsa Indonesia. Berharap Muhammadiyah proaktif mengawal sistem kepemimpinan agar benar-benar melalui hasil yang beretika dan beradab.

Muhammadiyah wajib menegur, memperingatkan, dan memberhentikan sikap kepemimpinan bangsa yang ugal-ugalan tanpa mengindahkan rambu-rambu konstitusi. Muhammadiyah sebagai pengawal moral bangsa, sikap dan kebijakannya senantiasa untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang adil dan beradab.

Tidak ada alasan Muhammadiyah absen dalam percaturan dinamika politik bangsa. Jangan terulang masa lalu yang sempat mengkhawatirkan persyarikatan, kala itu hampir dibubarkan Muhammadiyah karena dianggap menjadi ancaman oleh pihak elit politik yang merasa terancam.

Muhammadiyah lahir untuk bangsa, negara, dan dunia. Poltase kebaikannya harus terus ditingkatkan, selain tiga pilar yang menjadi keunggulannya. Peran dan kontribusi terhadap bangsa dan negara lebih dikonkritkan terhadap produk-produk unggulan berbasis ketahanan pangan yang dapat dijadikan rujukan kebijakan pemerintah.

Ratusan pakar dan ahli pangan berkolaborasi untuk merancang platform dan ekosistem kedaulatan pangan Indonesia. Swasembada pangan yang sempat viral masa Soeharto nampaknya hanya isapan jempol semata, bersifat sesaat. Jika gagasannya yang fundamental dirumuskan dan dibuat formula oleh Muhammadiyah dengan portofolio yang genuine, sangat yakin menjaga keberlanjutan ketahanan pangan di Indonesia akan menjadi rujukan.

Potensi sumber daya alam dan iklim yang dimiliki tidak ada alasan Indonesia untuk tidak berdaulat dalam hal pangan. Begitupun Muhammadiyah tidak ada alasan untuk tidak mampu memformulasikan ekosistem ketahanan pangan, selain bekal dasar sumber daya manusia dari berbagai perguruan tinggi yang tersebar di berbagai daerah seluruh Indonesia, juga fasilitas infrastruktur yang dibuatkan pemerintah dapat dimanfaatkan, daripada dimanfaatkan oleh pihak luar bangsa Indonesia.

Bahan dasar dan bahan baku dapat dikembangkan di atas tanah Indonesia, hampir dipastikan semua jenis tumbuhan dapat tumbuh dengan baik karena tanahnya subur dan gembur. Selain bahan dasar pangan berbasis tumbuhan, ketahanan dan kedaulatan pangan bersumber dari laut. Apalagi Indonesia negara maritim terbesar di dunia, sangat keterlaluan dan tidak rasional anak-anak Indonesia mengalami kekurangan gizi karena nutrisi tidak dinikmati.

Jutaan ton ikan setiap hari diambil dari laut Indonesia, entah kemana? Puluhan kapal pencuri ikan dari warga asing dan asing ditenggelamkan oleh Menteri Susi menunjukkan bahwa Indonesia selama ini lautannya hanya dinikmati oleh bangsa lain. Muhammadiyah dapat berperan aktif dalam membuat ekosistem ketahanan pangan berbasis daratan dan laut yang tak akan habis-habisnya, karena luasnya kepulauan dan laut Indonesia.

Sangat prihatin dan mengerikan saat boikot produk pangan milik Zionis Israel. Ratusan produknya ternyata menjadi kebutuhan dasar bangsa Indonesia, menunjukkan bahwa selama ini warga tidak menyadari sikap konsumerisme hanya untuk bangsa lain. Kebijakan Indonesia sangat minim keberpihakan kebangsaan dalam hal kedaulatan pangan.

Sangat mulia jika Muhammadiyah bergandeng tangan dengan seluruh kekuatan anak bangsa untuk membuat ekosistem ketahanan pangan secara masif. Instrumen kendali diberdayakan dengan maksimal. Jika masih banyak kelemahan, terus perbaiki, bangsa ini butuh peran Muhammadiyah terkait hal ini. Program food estate yang dijadikan unggulan oleh pemerintah terlihat gagal total, dan itu telah menyerap anggaran yang tidak sedikit, bahkan terindikasi anggaran sebagian besar menguap masuk kantong koruptor.

Semoga ini menjadi perhatian khusus Muhammadiyah sehingga ada kepedulian untuk mengambil alih program ketahanan pangan demi Indonesia maju dan sejahtera, lahir dan batin. Selamat ulang tahun Muhammadiyah, semoga semakin maju dan unggul dalam berkiprah di tengah masyarakat Indonesia dan dunia. Wallahu’alam.

Bandung, 18 November 2023.

Tampilkan Lebih Banyak

mpijabar

Akun dari MPI Jawa Barat 2015-2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button