Bandung – Ketua Program Studi Bioteknologi Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung Wulan Pertiwi menekankan pentingnya edukasi tentang bahaya zat adiktif (NAPZA) bagi generasi muda. Hal ini disampaikan dalam kegiatan edukasi bertema “Pengaruh Zat Adiktif (NAPZA) pada Kesehatan” yang diadakan di Ruang Lantai Dua UM Bandung pada Selasa (19/11/2024).
Acara ini merupakan hasil kerja sama program studi Bioteknologi Universitas Muhammadiyah Bandung dengan SMP Cendekia Muda dan diikuti oleh 88 siswa kelas 8.
Dalam paparannya, Wulan menjelaskan dampak serius narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya terhadap kesehatan fisik dan mental. Ia memulai dengan membahas penggolongan narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009. “Narkotika golongan I seperti heroin dan kokain memiliki risiko tertinggi hingga menyebabkan kematian, sementara golongan II dan III juga berbahaya meskipun digunakan untuk pengobatan,” paparnya.
Wulan mengungkapkan bahwa zat ini bekerja dengan meniru fungsi endorfin di otak, memberikan rasa nyaman yang sementara, tetapi memiliki efek samping yang merusak kesehatan. Ia juga menyoroti bahaya psikotropika seperti diazepam, yang meskipun digunakan untuk pengobatan psikiatris, tetap memiliki potensi menimbulkan ketergantungan.
Bahaya konsumsi rokok turut menjadi perhatian. Wulan menekankan bahwa baik rokok konvensional maupun elektrik sama-sama berbahaya. “Paparan asap rokok, bahkan bagi perokok pasif, dapat meningkatkan risiko kanker payudara dan serviks,” ujarnya, merujuk data WHO yang menunjukkan 74,2 persen orang dewasa Indonesia terpapar asap rokok di tempat umum.
Wulan menguraikan dampak jangka panjang penggunaan NAPZA, termasuk kerusakan organ, gangguan mental, dan kematian dini. “Biaya perawatan akibat penyakit terkait merokok mencapai Rp596,6 triliun per tahun, sebuah beban besar bagi individu, keluarga, dan masyarakat,” ungkapnya.
Ia mengajak para peserta untuk mengambil langkah preventif melalui edukasi sejak dini. “Penting bagi kita semua untuk memahami risiko dan menjauhi zat adiktif. Edukasi adalah kunci menciptakan generasi yang sehat dan bebas dari jeratan NAPZA,” tegasnya.
Selain itu, Wulan juga menyoroti pentingnya rehabilitasi bagi pengguna zat adiktif. Menurutnya, dukungan sosial, cinta, dan perhatian dari keluarga serta lingkungan sangat membantu proses pemulihan.
Wulan berharap kegiatan edukasi ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya generasi muda, tentang bahaya zat adiktif. “Melalui edukasi dan pelatihan seperti ini, kita bisa mencetak generasi yang lebih peduli terhadap kesehatan diri dan lingkungan,” tutup Wulan.
Pemateri lainnya, Haryanto, dosen Prodi Bioteknologi UM Bandung, memberikan materi bertema “Diagnostik Kesehatan Gusi pada Perokok dengan Metode Apus”. Ia menjelaskan bahwa metode ini melibatkan analisis sampel gusi menggunakan mikroskop untuk mendeteksi dampak merokok pada sel-sel gusi.
Dalam sesi praktik, siswa SMP Cendekia Muda diajarkan teknik pengambilan sampel gusi menggunakan cotton bud yang dibasahi NaCl, fiksasi dengan etanol 96 persen, hingga pewarnaan menggunakan giemsa. Preparat tersebut kemudian diamati di bawah mikroskop untuk memahami dampak rokok pada kesehatan mulut.***(FA)