Kolom

Timnas Sepak Bola Indonesia dan Politik Nasional

Oleh : Ace Somantri

Garuda didadaku…Garuda kebanggaanku…Kami yakin hari ini pasti menang dan esok hari yang akan datang akan menang pula. Hiruk pikuk bangsa Indonesia dilelahkan dengan perhelatan resepsi demokrasi nasional.

Dari sejak persiapan hingga pelaksanaan sangat-sangat melelahkan, atas kerja keras semua pihak akhirnya usai juga prosesi pemilihan presiden dan wakilnya sekaligus pemilihan legislatif daerah hingga pusat.

Kemenangan Prabowo Subianto dan Rakabuming Raka juga kemenangan rakyat Indonesia, pasalnya mereka berdua dipilih oleh rakyat.

Akhir dari resepsi demokrasi, suasana setelah ketok palu KPU peraih suara terbanyak hingga memenuhi syarat satu putaran dan kemudian ada gugatan calon lain hingga harus masuk dalam sengketa pemilu di MK.

Dengan prosedur persidangan, dengan berbagai pertimbangan hakim-hakim konstitusi di MK, maka akhirnya majlis sidang MK memutuskan keputusan menolak gugatan para penggugat, semoga keputusanya adil dan berkeadilan dan berharap saling menghargai segala keputusan yang ditetapkan.

Hasil keputusan MK diiringi oleh riuhnya pertandingan sepak bola tingkat Asia usia 23 tahun yang dikenal AFC-U23 yang digelar di negara arab yaitu dikota Qatar. Gemilang langkah tim nasional Garuda Indonesia usia 23 tahun dibawah asuhan STY dari Korea Selatan.

Sederet pemain yang berkalas eropa pun melengkapinya, tak kalah hebat bek kiri sekaligus pelempar bola maut dari tanah Blora yang sangat ditakuti lawan, bahkan menjadi buah bibir para pelatih sepak bola dunia seperti dari Argentina.

Pasalnya, pesepak bola dunia sangat jarang memiliki skill tingkat dewa melempar bola dari luar lapangan mampu menusuk ke area kotak pinalti hingga sangat berpeluang merobek gawang lawan dan itu sering terjadi karena sulit dibendung dengan strategi apapun.

Kelebihan tersebut telah menjadi perbincangan para pesepak bola dunia, dengan skill yang dimiliki telah menghantarkan Tim Nasional Sepak Bola Indonesia masuk babak semifinal, dan kemenangan yang dicapai telah mencatat sejarah Indonesia masuk semifinal tingkat asia.

Selain bergengsi, peluang untuk ikut turut serta dalam perhelatan kompetisi sepak bola tingkat dunia terbuka lebar.

Asuhan STY saat ini sedang bergembira ria, pasalnya mereka sebagai pelaku sejarah yang mencatat dalam sepak bola Indonesia dalam rentang puluhan tahun baru masuk babak semifinal piala asia.

Semangat dan motivasi yang kuat dan sangat tinggi, mentalitas juaranya telah tertanam dalam dada.

Dengan mengalahkan Korea Selatan, selain menjadi sejarah sepak bola nasional namun juga mematahkan mitos dan keraguan serta mengubur pesimisme juara mengalahkan tim nasional Korea Selatan salah satu raja sepak bola Asia.

Diawali menakluka Timnas Vietnam, dengan pola permainan dari mereka sangat kasar namun sebaliknya Timnas Indonesia sangat sabar tidak terpancing atau terprovokasi lawan, sehingga membuat lawan semakin depresi dan stress yang pada akhirnya mereka termakan dengan sikapnya sendiri yang berakibat fatal terhadap kualitas permainannya.

 Padahal, wasitnya pun terindikasi ada keberpihakan kepada timnas Vietnam, akan tetapi pemain Indonesia tetap terkendali dan semakin menunjukan kualitas permainannya. Ejekan demi ejekan dari suporter Vietnam terhadap timnas Indonesia justru semakin meningkatkan daya juang juara, dan itu dibuktikan sibola bundar dikuasai secara baik dan apik  dilapangan hijau.

Garuda didadaku…kami yakin hari ini pasti menang dan membuat bangga bagi bangsa dan negara. Tidak takut pada lawan-lawan kami, do’a yang tulus dari seluruh rakyat Indonesia menjadi spirit khusus yang tidak ada tandingannya.

Kemenangan dan kekalahan bagi hal itu adalah pelajaran berharga bagi kami. Bola yang ditendang atau dilempar tetap dimanapun ukurannya sama, baik berat atau ringannya dan juga besar dan kecilnya tidak ada perbedaan. Catatan sejarah kemarin menjadi tambahan berlipat akan nutrisi kepercayaan diri kami untuk merebut juara melawan kompetitor dibabak semifinal.

Mohon maaf sekiranya eforia kemenangan kami timnas versus Korea Selatan dianggap ada sikap yang kelewatan, kehilapan dan kesalahan memang kami yang berbuat saking bahagianya sangat mungkin lost control.

Namun, tidak ada niat bersombong apalagi takabur, kami tetap tunduk dan sujud dihadapan Ilahi Robbi, semoga tenaga dan skill kami tetap diberikan kekuatan lahir bathin hingga mampu memberikan pelajaran kepada kami untuk menjadi juara AFC-U23 tahun ini dan memberi pelajaran kepada lawan kami agar sadar, bahwa tidak selamanya dirinya hebat dan kuat.

Kompetisi sepak bola dalam permainan dilapangan hijau dengan pola yang dibuat, strategi dan taktiknya relatif tidak jauh dengan strategi dalam dunia politik diamanapun tempatnya termasuk Indonesia.

Setuju atau tidak, dalam kompetisi sepak bola ada kalah dan ada menang dengan jumlah skor yang didapatkan. Begitupun dalam dunia politik sistem demokrasi saat ini yang dianut oleh Indonesia dan negara-negara lainnya yaitu dilihat dari jumlah “vote score” yang didapat.

Secara bersamaan waktunya, saat resepsi pemilu lima tahunan. Timnas Indonesia sedang mengikuti kompetisi sepak bola tingkat asia, sekalipun sedang menghadapi perhelatan pesta politik nasional.

Sangat tepat, pelatih nasional timnas bukan warga negara Indonesia sehingga tidak terganggu dengan dinamika politik kebangsaan. Pelatih STY yang berkebangsan Korea, dia sangat fokus pada target capaian kemenangan angka, hingga merebut juara piala Asia.

Dalam konteks politik nasional, untuk mendapatkan skor minimal suara didapat untuk mengambil posisi pemenang dalam kontestasi harus memiliki persiapan dan strategi matang.

Tidak mungkin sendirian, pasti ada tim didalamnya yang mengatur permainan yang dijalankan. Pertarungan dilapangan dengan para kontestan, berbagai cara dan strategi tetap ada fair play yang dijadikan etika berdemokrasi sebagaimana dalam permainan sepak bola.

Namun, saat manakala ada pelanggaran dan kecurangan dari pihak manapun dituntut wasit dalam hal ini pengawas prnyelenggara harus menegur dan memberi sanksi, baik itu kartu kuning atau kartu merah yang disesuaikan berdasarkan tingkat bobot pelanggaran.

Kejelian pengawas sama halnya wasit dilapangan hijau, terus berlari mengikuti permainan pihak-pihak yang berkompetisi selama waktu yang ditentukan. Independensi wasit dipertaruhkan untuk sebuah reputasi wasit berkelas.

Begitupun para pengawas benar-benar menunjukan sikap adil tidak ada keberpihakan kepada kontestan manapun yang sedang berkompetisi.

Kejujuran dan reputasi sebagai pengawas telah disumpah secara teologis sesuai keyakinan agamanya masing-masing, pertanggungjawaban akan diminta secara langsung ataupun tidak langsumg.

Tim Nasional sepak bola Indonesia menorehkan sejarah kemenangan, begitupun Prabowo Subianto mencatat sejarah sudah berkali-kali ikut kontestasi dan kompetisi gagal dan gagal terus, namun akhirnya perjuangan tidak menghianati apa yang dilakukan membuahkan kemenangan.

Sama juga timnas Indonesia dalam piala AFC selalu gagal dan gagal sejak penyisihan pertama, berkat perjuangan yang gigih dengan simbol Garuda didada telah terbang jauh meninggalkan rekan-rekan negara asia tenggara lainnya.

Optimisme yang bangun oleh bangsa dan negara harus dimotori pemimpin di negeri ini. Pas dan tepat, tahun periode ini sosok Presiden terpilih memiliki jiwa patriotisme keprajuritan yang tidak diragukan, dia pernah berkata “apabila Harimau dipimpin oleh kambing suara auman harimau akan berubah jadi embee, sebaliknya apabila kambing dipimpin oleh Harimau maka kambing pun akan bersuara mengaum.” 

Dalam konteks kompetisi sepak bola, saat ini bangsa dan negara membutuhkan pemimpin negeri yang memiliki kemampuan bersuara dan berlagak seperti harimau saat melawan para musuh-musuhnya.

Simbol pemimpin negeri memiliki pengaruh terhadap segala bentuk kegiatan yang bersifat kompetitif antar negara, baik tingkat Asean, Asia, Asia-Afrika dan dunia internasional. 

Dinamika politik nasional telah memberi pelajaran kepada rakyat Indonesia, hasil akhir pasti ada yang senyum bahagia  kecewa, marah dan sedih.

Begitupun dalam akhir sepak bola, bagaimana Timnas Korea Selatan langsung menunduk lesu, kesal, marah dan sedih setelah akhir dikalahkan oleh Timnas Indonesia yang selama ini diremehkan oleh tim-tim raksasa Asia, termasuk Korea Selatan.

Hal itu menjadi pelajaran, jangan sesekali mengaanggap remeh kepada siapapun, dapat jadi saat seseorang, kontestan dan kelompok tertentun diremehkan yang bersangkutan memiliki kemampuan yang terus diasah hingga meningkatkan kualitas dan mutunya.

Termasuk dalam dunia politik kebangsaan sebuah negara seperti Prabowo karena portofolionya gagal sehingga ada sebagian memprediksi akan gagal pula ditahun ini, namun faktanay lain. 

Dan juga dinamika politik kemasyarakatan berbagai ormas besar relatif tidak jauh beda selalu ada kompetisi yang kadang didalamnya saling meremehkan, padahal saat meremehkan karena dianggap tidak memiliki komunitas kelompok yang fatsun, namun seiring waktu selama yang bersangkutan konsisten memperbaiki performa, baik kualitas diri maupun strategi yang dibuat akan diberikan jalan untuk meraih yang didapatkan.

Tin nasional sepak bola dan politik nasional Indonesia memiliki ruang yang sama untuk sebuah kemajuan bangsa dan negara, harum mewangi dari hasil kompetisi menuju semfinal semerbak keseantero pelosok negeri dengan riuhnya suka cita kemenangan bangsa dan negara Indonesia.

Bukan hanya kemenangan sang kapten Ridho dan STY dan juga kawan-kawannya, begitupun kemenangan Prabowo-Gibran bukan semata-mata kemenangan mereka berdua melainkan kemenangan rakyat Indoensia.

Mari tatap masa depan bangsa Indonesia, berbagai sektor kehidupan dinegeri ini harus direvitalisasi sebagaimana kerja keras revitalisasi dunia sepak bola nasional yang mampu menembus benteng tebal piala AFC U-23 hingga masuk jajaran sebagai raksasa asia.

Semoga dalam belantika kehidupan lainnya juga mampu menebus megah dan gagahnya bangsa dan negara maju disegala bidang.

Tidak mustahil bagi Indonesia akan menjadi raksasa ekonomi di Asia dan didunia, bagi Allah Ta’ala tidak ada yang mustahil. Maka Indonesia jika bersungguh-sungguh dengan tulus dan ikhlas memipin negeri ini dengan keadilan akan diberikan predikat baldah thayyibah warbbun ghafuur. Aamin. Wallahu’alam.

Bandung, April 2024

Tampilkan Lebih Banyak

mpijabar

Akun dari MPI Jawa Barat 2015-2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button