
Jakarta – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) RI Abdul Mu’ti menegaskan bahwa Al-Quran telah membawa perubahan besar dalam budaya literasi, mengubah tradisi lisan menjadi tradisi tulisan.
“Ketika wahyu Al-Quran turun, Rasulullah SAW menyampaikannya kepada para sahabat yang mendampingi beliau. Setiap ayat yang diterima kemudian dituliskan oleh para sahabat menggunakan berbagai media yang tersedia saat itu. Hal ini tidak hanya membantu mereka dalam menghafal, tetapi juga menjadi awal dari terbentuknya tradisi tulisan dalam penyebaran Al-Quran,” ujar Mu’ti.
Pernyataan tersebut disampaikannya dalam acara Peringatan Nuzulul Quran yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) RI pada Senin (17/03/2025) di Baitut Tholibin, Senayan, Jakarta. Acara ini mengusung tema “Al-Quran dan Pembentukan Karakter Unggul Bangsa.”
Mu’ti menjelaskan bahwa setelah ayat-ayat Al-Quran ditulis, para sahabat kemudian mengajarkannya kepada sahabat lain yang belum sempat mendengar langsung dari Rasulullah SAW.
“Dalam dunia pendidikan modern, proses ini dikenal sebagai peer teaching atau reciprocal teaching, di mana para sahabat saling mengoreksi bacaan mereka, memastikan hafalan dan pemahaman mereka sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah SAW,” tambahnya.
Selain itu, Rasulullah SAW juga menjelaskan makna setiap ayat kepada para sahabat, sehingga mereka tidak hanya menghafal tetapi juga memahami pesan yang terkandung di dalamnya. Menurut Mu’ti, tradisi ini memainkan peran penting dalam mengubah pola literasi masyarakat Arab pada masa itu.
“Masyarakat Arab saat itu memiliki budaya lisan yang sangat kuat, terutama dalam menciptakan syair dan puisi yang sering kali berisi kebanggaan terhadap suku dan kabilah mereka. Namun, dengan turunnya Al-Quran, budaya literasi mulai bergeser dari lisan ke tulisan,” jelasnya.
Lebih jauh, ia menegaskan bahwa Al-Quran tidak hanya mengubah kebiasaan berbicara menjadi membaca, tetapi juga membangun tradisi keilmuan berbasis membaca dan menulis. “Inilah yang menjadi kunci dalam membangun tradisi ilmu. Membaca dan menulis adalah bagian fundamental dari pengembangan peradaban,” pungkasnya.***