Jakarta, Kabar Muhammadiyah Jabar—
Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Din Syamsuddin berpendapat pimpinan pusat Muhammadiyah periode 2022-2027 haruslah dipunggawai oleh figur-figur “berdarah segar.”
Din menerangkan, Muhammadiyah memiliki banyak stok kader “berdarah segar” yang mumpuni, dinamis, dan progresif. Di Yogyakarta misalnya, Din menyebutkan beberapa nama, seperti Hilman Latif, Untung Cahyono, Suyuti, Abdul Aziz, hingga Syamsul Anwar.
“Di Yogyakarta ada, misalnya Prof. Dr. Hilman Latif (yang sekarang menjabat sebagai Dirjen Haji dan Umrah Kementerian Agama), Dr. Untung Cahyono (mantan aktivis Pemuda Muhammadiyah dan Dosen UAD), Dr. Suyuti (alumni Australia dan Sekretaris Majelis Dikti PP Muhammadiyah), Dr. Abdul Aziz (aktivis Pemuda Muhammadiyah, alumni universitas di Beijing),” kata Din dalam keterangan pers tertulis, Minggu (30/10/2022).
Kemudian kader Muhammadiyah di Solo, Sofyan Anif (Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta) juga menjadi nama yang diusulkan masuk ke PP Muhammadiyah.
“Dari Solo, Rektor UMS Prof. Dr. Sofyan Anif cocok untuk masuk apalagi dia berhasil menyiapkan muktamar sebagai Ketua panitia,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Din menyebutkan kader Muhammadiyah di Jakarta juga banyak yang mumpuni. Mereka adalah Imam Addaraqutni, Ma’mun Murod, Armyn Gultom, dan Izzul Muslimin.
“Dari Jakarta juga banyak nama yang bisa disebut, antara lain Dr. Imam Addaraqutni (mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, pakar ulumul Qur’an dan menguasai kitab-kitab turats), Dr. Ma’mun Murod (alumni pesantren dan sekarang Rektor UMJ), Armyn Gultom (aktivis dan Ketua Umum Fokal IMM), Izzul Muslimin (mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah dan anggota KPI),” tulis Din.
Untuk menambah barisan fuqaha atau ulama, Din memaparkan ada tiga ketua pimpinan wilayah Muhammadiyah (PWM) yang mumpuni di bidang keislaman.
Barisan ulama yang mumpuni itu di antaranya Saad Ibrahim (Ketua PWM Jawa Timur dan Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim), Dr. Tafsir (Ketua PWM Jawa Tengah dan Dosen UIN Wali Songo KRT), dan Dr. Ambo Asse (Ketua PWM Sulawesi Selatan dan Guru Besar UIN Alauddin Prof).
Selain ketiga nama itu, nama Dr. Saidul Amin (mantan Ketua PWM Riau yang kini menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah Riau sekaligus Dosen UIN Sultan Syarif Qosim), hingga dai terkemuka Adi Hidayat juga diusulkan oleh Din sebagai barisan ulama.
Lebih lanjut, Prof Din juga menilai agar tokoh-tokoh perempuan baik dari Aisyiah maupun Nasyiatul Aisyiah juga dipertimbangkan masuk ke jajaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Akan tetapi, menurut Din, semuanya itu kembali kepada 2.500 peserta Muktamar ke-48 Muhammadiyah yang akan memilih pimpinan Muhammadiyah untuk periode selanjutnya.
“Semuanya terpulangkan kepada 2.500-an peserta Muktamar dengan harapan mereka memilih dengan hati nurani dan akal pikiran jernih dengan mengedepankan kepentingan dan kemajuan organisasi pada masa mendatang.”
“Kita berharap dan berdoa semoga Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiah di Solo, 19-20 November 2022, nanti (bersamaan dengan Milad 110 Muhammadiyah) menjadi Muktamar teladan: lancar, elegan, bermutu, dan bermartabat,” ujarnya.
Untuk itu din mengimbau segenap muktamirin dan muktamiroh harus mencegah dan berdaya tahan terhadap kemungkinan intervensi pihak manapun yang berusaha mempengaruhi muktamar organisasi kemasyarakatan.
“Kalau itu terjadi, maka warga Muhammadiyah sudah sangat matang, dewasa, dan mandiri untuk mencegah bahkan mengusirnya.”
Terakhir, Prof Din juga menyampaikan rasa kurang setuju terhadap pernyataan Prof Amien Rais yang menghimbau muktamirin tidak memilih orang yang suka masuk-keluar istana.
Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAP) itu menyatakan baik-baik saja jika ada calon Ketua Umum PP Muhammadiyah masuk-keluar istana.
“Asalkan datang untuk beramar ma’ruf dan bernahi mungkar, yaitu dia tidak mau taat dan patuh kepada pemimpin zalim dan ja-ir,” pungkasnya.