Kelik N Widiyanto
Ada yang menarik dalam pertandingan PSS vs Persib malam ini. Bukan karena pertandingannya, yang dimenangkan Persib, tetapi hadirnya billboard Universitas Aisyiyah di papan iklan pinggir lapangan Stadion I wayan Dipta Bali. Entah Unisa mana yang memasang iklan ini. Unisa di Indonesia baru ada tiga. Unisa Yogyakarta, Unisa Surakarta dan Unisa Bandung. Melihat tim yang sedang bermain, mesti bukanlah Unisa Surakarta. Unisa Bandung? Bukan. Mesti ini, Unisa Yogyakarta. Kenapa? Karena yang bertindak sebagai tuan rumah, PSS. Walau diselenggarakan di tempat netral, dengan system buble, peraturan home and away tetap berlaku. Siapapun yang memasang Iklan ini akan berdampak besar bagi promosi Unisa.
Tulisan Universitas Aisyiyah Yogyakarta di bawah tulisan besar UNISA, tampak kecil (Penulis tidak bisa melihat jelas karena menonton pertandingan ini di layar laptop). Tapi tulisan UNISA nya sudah menarik, terutama bagi mereka yang berikprah di Muhammadiyah. UNISA sebagai perwujudan gerakan dakwah Aisyiyah di perguruan tinggi. UNISA bagi warga Muhammadiyah sudah sering terdengar. Tetapi tidak bagi kalangan luar Muhammadiyah.
Pemasangan iklan di pertandingan sepakbola secara tidak langsung membawa “keluar” pemahaman sempit bahwa Unisa, sebagai kampus yang didirikan organisasi perempuan Islam, bukanlah kampus yang dikhususkan bagi perempuan saja. Mempromosikan Unisa sebagai kampus lintas gender menjadi penting untuk memperkenalkan Unisa ke kaum adam.
Pemilihan pertandingan sepakbola, sarana yang tepat untuk promosi kampus baru, termasuk Unisa. Bahkan perusahaan sekelas Bank Mandiri, Bank nomor satu di negeri ini, tetap memasang iklan. Selain sebagai promosi, ia melakukan itu untuk eksistensi. Apalagi, kampus Unisa yang baru berdiri beberapa tahun ini. Melihat pemasangan di dua titik papan iklan, sudah diperkirakan Unisa mengeluarkan dana puluhan juta rupiah. Tetapi puluhan juta rupiah itu bila dibagi dengan berapa juta pasang mata yang menonton, selama 90 menit pertandingan berjalan, itu sangat sepadan. Terlebih bila dua Unisa, Unisa Yogyakarta dan Unisa Bandung bisa mengolah pemasangan iklan ini lebih optimal, akan meningkatkan daya kenal publik akan Unisa.
Kita tahu juga, UMSurabaya secara eksklusif menjadi sponsor resmi Persebaya dengan memasang nama UMSurabaya di jersey belakang Persebaya. Ratusan juta yang dikeluarkan untuk sponsorship itu terbayar lunas dengan tersorot kamera di setiap pertandingan dan penjualan jersey Persebaya. Baik yang official maupun yang KW. Tentunya yang KW lebih banyak terjual daripada yang official. Sebelumnya, HWFC yang berlaga di liga 2, mendapat sokongan dana dari kampus-kampus Muhammadiyah di Jawa Timur.
Bagaimana mengolah promosi Unisa di papan billboard pertandingan sepakbola liga 1. Pertama, memasang iklan di pertandingan liga 1 adalah tepat. Tepat sasaran. Penonton liga 1 berasal dari beragam kalangan dan usia. Terlebih bila Persib yang bermain, ibu-ibu pun ikut nonton. Saat masih bermain di Siliwangi, setiap Persib main, papan iklan stadion selalu ada iklan dari Universitas Pasundan (Unpas). Padahal, Unpas di Bandung sudah cukup terkenal. Tetapi ia hadir untuk menunjukan kedekatan kampus dengan bobotoh Persib.
Pemasangan iklan ini tentunya berbeda dengan strategi selling. Pemasangan iklan masuk pada strategi promosi. Sementara selling, ada strategi lainnya. Promosi bersifat jangka panjang. Menanam nama dalam alam bawah sadar konsumen/komunikan butuh waktu lama. Karena sifatnya jangka panjang ini, maka banyak produsen top pun masih memasang iklan. Agar ingatan konsumen tetap tertanam. Pepsodent itu sudah terkenal sebagai pasta gigi di negeri ini, tetapi iklannya masih sering kita lihat di berbagai media. Demikian pula dengan Aqua, Honda, Djarum, dll.
Kedua, sebaiknya tulisan di papan iklan itu bukan sekedar memperkenalkan, tetapi lebih ke mengajak untuk tahu lebih dalam. Di era media sosial seperti sekarang ini, akan mudah menggiring konsumen untuk mengetik di bagian pencarian Instagram mereka. Lebih membuat penasaran bila menuliskan @Unisa daripada Unisa saja. Secara tidak langsung, mengasah rasa ingin tahu konsumen dengan mencari tahu di Instagram. Tanda @ sudah identik dengan Instagram. Tinggal penampilan instagramnya sendiri apakah menarik atau tidak.
Ketiga, follow up dengan komunitas. Ada beberapa kampus di Bandung yang memberikan beasiswa bagi pemain Persib. Pemain Persib ini mungkin tidak bisa mengikuti perkualiahan secara normal, tetapi ia menjadi ambassador bagi kampus. Terlebih dengan berdirinya komunitas fans klub akan menambah kedekatan kampus dengan fans.
Keempat, Unisa baru ada tiga. Bila semuanya bersepakat mengadakan promosi bebarengan, hasilnya akan dahsyat. Berbeda dengan kampus PTM yang sudah banyak akan repot bila mempromosikan bebarengan. Unisa yang baru tiga, asal selalu hadir di pertandingan-pertandingan dari tim-tim dengan fans fanatic akan tertanam dalam alam bawah sadar fans.
Pertandingan liga 1 ini bukan saja tampil di layar kaca, tetapi hadir di layar internet. Melalui tayangan Vidio kita bisa mengukur berapa juta penonton yang menyaksikan pertandingan itu. Ala kulli hal, siapapun yang memasang iklan Unisa dalam pertandingan PSS vs Persib, tadi, telah mempromosikan tiga Unisa.
Penulis, ketua MPI Jawa Barat