Kolom

Berangkat Haji Karena Menolong Tetangga

Oleh: Drs. H. Syarif Hidayat, M.Si.

Selasa, 18 Juni 2019, Alhamdulillah dapat menghadiri Walimatussafar Bapak Saeful Hayat dan Ibu Devi Anggraeni di Bale Roja Jalan Cipedes 1 Kota Tasikmalaya. Yang memberikan taushiyah selama kurang lebih satu jam adalah Bapak Drs. H. Syarif Hidayat, M.Si. Dihadiri sekitar 200 tamu undangan.

Dalam taushiyahnya beliau menjelaskan bahwa haji itu merupakan bukti kebenaran ayat-ayat AlQur’an, rekonstruksi perjalanan hidup Nabi Ibrahim dan keluarganya, serta perjalanan spiritual yang penuh makna atau hikmah.

Ibadah haji itu merupakan panggilan dari Allah Swt. Tidak semua orang dapat dipanggil untuk berangkat haji. Ada orang yang uangnya banyak tapi dia tidak mampu mendaftarkan diri berangkat haji. Beliau menceritakan ada temannya yang dengan bangga mengatakan di hadapannya bahwa ia sudah ‘kencing’ di setengah dunia, artinya ia sudah pernah menjelajahi berbagai benua di dunia ini. Ketika Pak Syarif tanyakan kepada temannya apakah ia sudah mendaftarkan diri untuk menjelajahi Arab Saudi dengan pergi haji. Ternyata temannya diam seribu bahasa tanda malu karena ternyata ia mampu mengelilingi berbagai benua tapi tida/belum mampu berhaji.

Ada orang yang penghasilannya pas-pasan tapi mampu pergi haji. Beliau mencontohkan tukang ojeg di Kawalu yang berangkat haji karena menyisihkan uang penghasilan ojegnya untuk ditabung selama beberapa tahun. Ada juga kisah tukang suluh (kayu bakar) yang berangkat haji karena ia rajin menyisihkan dari hasil penjualan suluhnya untuk ditabung. Tempat tabungannya pun tak tangung tanggung, disimpan alias ditanam di kebun belakang rumahnya.

Terakhir beliau kisahkan tentang seseorang yang seharusnya melunasi ongkos naik haji tapi uangnya malah dipinjamkan kepada tetangga yang membutuhkan biaya untuk dioperasi tumor. Namun apa yang terjadi berikutnya? Mari kita simak kisah berikut.

Seorang bapak dirawat di sebuah rumah sakit karena memiliki penyakit tumor. Dokter enggan mengoperasinya karena bapak tersebut belum memiliki biaya operasi sekitar 15 juta. Bapak itu teringat bahwa ia memiliki tetangganya yang saleh. Ia berinisiatif untuk meminjam uang 15 juta pada tetangganya itu.

Setelah mendengar keluhan bapak yang memiliki penyakit tumor, maka yang diminta pinjaman uang berdiskusi terlebih dahulu dengan istrinya. Suami berkata,”Mah, ini ada tetangga kita yang sedang membutuhkan pertolongan. Ia harus dioperasi tumor. Biayanya sekitar 15 juta. Ia tadi bilang ke saya untuk minjam uang 15 juta yang diperlukan untuk biaya mengoperasi. Papah punya uang 15 juta tapi kan uang ini direncanakan untuk melunasi ongkos naik haji kita tahun ini. Bagaimana mah, apakah mamah menyetujuinya?. Istrinya menjawab,”Itu terserah papah. Silahkan tergantung papah. Kalau mamah sih mengikuti apa yang papah putuskan.” Setelah mendengar jawaban istrinya, maka suami itu dengan tekad bulat dan kerelaan, serta tidak memandang apakah ia gagal berangkat haji atau tidak tahun ini, maka dipinjamkanlah uang 15 juta itu untuk membantu tetangga yang akan dioperasi tumor.

Singkat cerita, dioperasikan tetangga itu, dan alhmdulillah operasinya lancar dan sukses. Setelah seminggu dioperasi, dokter yang mengoperasi penasaran bertanya pada bapak yang telah beres dioperasi,”Pak, darimana bapak memperoleh uang 15 juta untuk dioperasi ini?”. Bapak menjawab,”Saya memperoleh uang ini dengan cara meminjam ke tetangga. Padahal tetangga saya itu mau berangkat haji. Uang yang dipinjamkannya sebenarnya untuk melunasi ongkos naik haji tahun ini. Tapi ia rela meminjamkan uang itu ke saya. Katanya yang penting saya lancar dan selamat dari penyakit tumornya”. Mendengar jawaban dari bapak ini, tersentaklah dokter tersebut, hatinya terenyuh mendengar jawaban bapak yang dioperasi. Dalam hatinya ia bergumam betapa mulianya si bapak yang meminjamkan uang tersebut. Kemudian dokter itu memohon kepada pasien yang telah dioperasi untuk diantar ke rumah bapak yang meminjamkan uang.

Besoknya mereka berdua menuju ke rumah bapak yang meminjamkan uang. Ternyata kondisi rumahnya sangat sederhana, jauh dari kemewahan. Begitu mengetuk pintu, disambutnya oleh istri yang masih memakai mukena karena batu selesai salat Dhuha. Lagi-lagi tersentak itu dokter, betapa beruntungnya suami yang memiliki istri rajin beribadah. Kemudian keduanya disilahkan masuk ke rumah dan berbincang-bincang.

Di akhir perbincangan, sang dokter berkata kepada pemilik rumah,”Pak, Bu, dikarenakan tahun ini juga saya mau berangkat haji, mohon doakan saya ya agar saya dilancarkan ibadah hajinya”. Pemilik rumah menjawab,”Ia siap pak, meski kami tahun ini tidak jadi berangkat haji, tapi Kami akan mendoakan bapak dari sini agar haji pak dokter lancar”. Lalu dokter itu berkata lagi,”Bukan dan jangan didoakan saya dari sini Pak, Bu, tapi doakan saya nanti ketika kita bersama naik haji,”. Pemilik rumah kaget dan agak bingung. Ia berkata,”Lho apa maksud pak Dokter. Tidak mungkin saya mendoakan dokter dari tempat haji karena saya kan tidak jadi pergi haji”. Dokter menjawab,”Begini Pak, Bu, disebabkan kepedulian Bapak yang telah membantu tetangga untuk biaya operasi tumor, dan perilaku bapak ibu ini sangat menyentuh hati saya, maka saya bermaksud membiayai Bapak dan Ibu untuk berangkat haji dengan saya tahun ini melalui ONH Plus. Semua biaya haji Bapak dan Ibu saya tanggung”. Mendengar ucapan dokter itu, pemilik rumah langsung memeluk dokter dan menangis tanda bahagia atas kekuasaan Allah Swt. yang telah menakdirkan mereka berdua akan berangkat haji dengan biaya ditanggung oleh dokter.

Demikian, semoga bermanfaat dan tercerahkan.

Peliput: Ilam Maolani

Tampilkan Lebih Banyak

mpijabar

Akun dari MPI Jawa Barat 2015-2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button