
Bandung – Pemerintah Kota Bandung berencana menambah jumlah tenaga psikolog dan pekerja pencegahan kekerasan di sekolah sebagai langkah serius dalam menangani kesehatan mental serta perlindungan siswa. Kebijakan ini diambil sebagai upaya deteksi dini terhadap masalah non-fisik, seperti kesehatan mental dan perundungan.
Wali Kota Bandung Muhammad Farhan mengungkapkan bahwa saat ini hanya ada dua tenaga psikolog yang menangani kesehatan mental anak sekolah. Ke depan, jumlahnya akan ditingkatkan hingga empat kali lipat menjadi delapan orang.
“Kalau sekarang baru ada dua orang, kita usulkan naik sampai delapan. Tetapi ini mesti kita hitung dulu terkait anggaran,” ujar Farhan seperti dikutip dari laman bandung.go.id pada Senin (10/03/2025).
Langkah ini merupakan respons terhadap meningkatnya permasalahan kesehatan mental di kalangan pelajar. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, 20 persen anak sekolah mengalami gangguan mental seperti stres dan depresi. Selain itu, 25 persen siswa mengalami obesitas, sementara 40 persen remaja putri mengalami anemia saat mulai menstruasi.
Pemkot Bandung juga akan menerapkan program Training of Trainers (ToT) bagi guru Bimbingan dan Konseling (BK). Program ini bertujuan untuk membekali guru BK dengan kemampuan mendeteksi dini permasalahan mental siswa, sehingga tindakan pencegahan bisa dilakukan lebih awal.
Selain tenaga psikolog, Pemkot juga akan meningkatkan jumlah pekerja pencegahan kekerasan di sekolah. Farhan menekankan pentingnya keberadaan tenaga ahli di lingkungan sekolah guna menciptakan lingkungan yang lebih aman dan nyaman bagi siswa.
Farhan juga menegaskan bahwa pemerintah kota berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik. Menurutnya, kesejahteraan guru berperan penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang berkualitas. “Mendidik itu tidak mudah, tapi tugas kita adalah mencerdaskan bangsa,” pungkasnya.