Pada perjalannya hingga usia Aisiyah yang sudah menginjak ke-104 tahun ini, terdapat tokoh-tokoh inspiratif yang dapat kita tiru dan teladani kepribadiannya. Salah dua dari sekian banyak tokoh Aisyiyah yang dapat kita gugu dan kita tiru adalah Nyai Dahlan (Siti Walidah) dan Prof. Dra.Siti Baroroh Baried.
Yang pertama adalah Nyai Dahlan. Nyai Dahlan dikenal berjuang, salah satunya, dengan mengajar remaja dan anak-anak putri. Pada pagi hari para anak dan remaja tersebut sekolah di HIS (Hollandsch Inlandche School), dan sorenya mengaji di Nyai Dahlan. Kelak, 9 diantara banyaknya murid putri yang diajar Nyai Dahlan menjadi pendiri Aisyiah Bustanul Atfhal Angkatan pertama tahun 1919. Di sini dapat kita sadari bahwasanya Nyai Dahlan sudah melakukankaderisasi pada anak-anak sejak dini,yakni pada usia 15 tahun.
Peran dan pengaruh dari Nyai Dahlan ini turut mengilhami gencarnya pergerakan yang dilakukan oleh anak-anak didiknya. Terbukti, setelah mendirikan TK, munculah Suara Aisyiah pada tahun 1926. Buku ini bisa muncul sebab memang sejak tahun 1924 pengajian Aisyiah dikenal memiliki kebiasaan mencatat, berderma, dan berdagang. Kebiasaan menulis inilah yang menjadi faktor munculnya majalah Suara Aisyiah. Tentunya hal ini tak lain dan tak bukan merupakan hasil didikan seorang Siti Walidah kepada para anak didiknya.
Tak berhenti di situ, keberadaan Aisyiyah seiring berjalannya waktu mulai diperhitungkan juga dalam tingkat nasional. Ini terjadi pada tahun 1928 dimana pada saat itu kongres Perempuan Indonesia turut pula dihadiri oleh dua tokoh Aisyiah: St Moendijah dan St Hajinah. Ini menunjukan peran Aisyiyah yang sudah mencapai ranah nasional. Geliat perjuangan Aisyiyah pun tak berhenti setelah Indonesia mencapai kemerdekaan. Terbukti dengan hadirnya buku “Keluarga Sakinah Aisyiah Muhammadiyah di Indonesia” tak lama setelah Indonesia merdeka.
Hal lainnya yang dapat kita peroleh dari perjuangan Nyai Ahmad Dahlan adalah sikap sabar, kerjakeras, dan bergotong royong dengan suami. Selain itu, Nyai Dahlan pun memiliki sikap untuk menganggap rintangan sebagai konsekuesi logis dan cita-cita mulia. Prinsip inilah yang kemudian membikin seorang Nyai Ahmad Dahlan tidak menerima ejekan dan fitnah dengan kemarahan,melainkan dengan kesabaran dan ketabahan hati. Sikap-sikap ini tentunya bis akita jadikan teladan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Tokoh lainnya yang dapat diteladani dari pejuang Aisyiyah adalah Prof.Dra.Siti Baroroh Baried. Beliau lahir pada 23 Mei 1925 di Yogyakarta dan masih kerabat Siti Walidah. Dirinya pun tercatat sebagai pemimpin pusat Aisyiyah terlama,yakni selama 5 periode. Berbagai prestasi gemilang,baik dalam bidang keilmuan maupun dalam aktivitasnya sebagai aktivis Aisyiyah berhasil dia torekhkan.
Guru besar perempuan pertama di Indonesia
Beliau merupakan seorang yang bersemangat dalam menuntut ilmu. Tak tanggung-tanggung, dirinya memiliki semboyan hidup “Hidup saya harus menuntut ilmu.” Prinsip hidup ini terus dipegang kuat dalam dirinya hingga membawanya sebagai penuntut ilmu yang ulung dan pada akhirnya bisa menjadi guru besar pertama perempuan Indonesia. Gelar ini ia peroleh di UGM (Universitas Gadjah Mada) pada 27 oktober 1964.
Bukti lain yang menunjukan betapa besarnya semangat Prof.Dra.Siti Baroroh Baried dalam menuntut ilmu terlihat dengan banyaknya jurnal ilmiah yang dia tulis. Dirinya juga menulis beberapa buku seperti: Bahasa Arab dan perkembangan Bahasa Indonesia (1970) Pengantar Teori Filologi (1985), Memahami Hikayat dalam Sastra Indonesia (1985), dan masih banyak lagi.
Membawa Aisyiyah ke kancah internasional
Prof. Dra.Siti Baroroh Baried turut membawa Aisyiah ke kancah internasioanl. Hal ini dilakukannya pada tahun 1970-an dengan mengirim 2-3 kader terbaik setiap tahunnya untuk dikirim ke Amerika bersama peserta dari negara-negara berkembang di Asia,Afrika, dan Amerika Latin. Program ini dilakukan melalui kerjasama dengan Overseas Educatiom Fund untuk mengikuti kepelatihan organisasi.
Prof. Dra.Siti Baroroh Baried selalu membawa nama Aisyiyah ke forum-forum global sekaligus menjalin relasi dengan badan-badan internasional macam UNICEF, UNESCO, WHO, The Asia Foundtion, World Conference of Religion and Peace, UNFPA, UNDP, World Bank, dan masih banyak lagi. Bahkan dirinya pun pernah menyampaikan materi pada seminar di Harvard dengan judul “Aisyiyah and The Social Change Woman of The Indonesian.”
Memberdayakan rumah tangga
Pada tahun 1972, Prof. Dra.Siti Baroroh Baried melalui program Aisyiyah dan kerjasama dengan Pathfinder Foundation menyelenggarakan program pendidikan kependudukan luar sekolah dengan salah satu programnya adalah sosialisasi pentingnya keluarga sejahtera.Di dalam program ini ibu-ibu rumah tangga dimotivasi untuk bisa ikut menyokong perekonomian rumah tangga dengan melakukan hal-hal produktif tanpa mengesampingkan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga.
Selain itu, Prof. Dra.Siti Baroroh Baried juga mengadakan program Pembinaan Wanita Desa (PWD) yang merupakan cikal bakal Qaryah Thayyibah. Pada program ini dilatih dasar-dasar kepemimpinan untuk mewujudkan keluarga yang sejahtera. Kegiatan tersebut dilakukan melalui media pengajian.
Pribadi yang disiplin
Prof. Dra.Siti Baroroh Baried pun dikenal sebagai pribadi yang disiplin. Berdasarkan penuturan cerita Dr.Dres. Trias Setiawati, M.si, dirinya mengaku bahwa Prof. Dra.Siti Baroroh Baried merupakan seorang yang sangat disiplin. Dicerirakannya, ketika rapat sudah saatnya, maka Prof. Dra.Siti Baroroh Baried pasti sudah berada di tempat rapat. Ketika waktu rapatnya tiba,maka Beliau akan membuka rapat dan jika ternyata peserta rapat belum meemnuhi kuorum,maka akan diskors hingga jumlah peserta mencukupi..
Berbagai sikap baik dari dua tokoh Aisyiyah tersebut mesilah kita tiru. Apalagi sebagai seorang yang mengaku warga Muhammadiyah. Sudah barang tentu kesemua sikap kedua tokoh diatas dapat kita praktikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tidak bisa tidak untuk dilakukan demi menjadikan diri agar menjadi pribadi hebat, sehebat Siti Walidah dan Prof.Dra.Siti Baroroh Baried yang begitu gemilang dan menginspirasi.
Ceramah dari: Dr.Dres. Trias Setiawati, M.si di program “Gerakan Shubuh Mengaji” Aisyiyah pada Rabu, 4 Januari 2022.