Kabar PersyarikatanKolom

Pimpinan Muhammadiyah Relatif Sersan

Oleh: Muhsin MK*

MEMPERHATIKAN Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dari masa ke masa, cukup menarik dan unik. Menarik dan uniknya karena rata-rata mereka itu pekerja keras, penyabar, ulet, tak kenal lelah, dan bersungguh-sungguh dalam menggerakkan roda organisasi dengan baik.

Jika pemimpin Muhammadiyah itu tidak berlaku demikian, mustahil organisasi Islam ini tumbuh dan berkembang semakin besar, solid, dan maju. Kaderisasi dan regenerasi tidak mungkin berjalan baik dari waktu ke waktu. Apalagi persyarikatan hingga mencapai usia 112 tahun tidak hanya ada dan bergerak di Indonesia saja, tetapi juga bisa mengglobal ke berbagai penjuru dunia.

Tulisan ini tidak akan mengupas satu per satu Ketua Umum PP Muhammadiyah sejak berdiri hingga zaman ini. Hanya secara umum saja para tokoh Muhammadiyah itu relatif adalah orang-orang yang serius dan bersungguh-sungguh di dalam memimpin persyarikatan dan menjadikan organisasi dan amal usahanya tumbuh maju dan berkembang pesat hingga mendunia.

Keseriusan mereka pada umumnya terlihat dalam beberapa aspek yang tampak nyata dan real, dari perjalanan sejarah dari gerakan Muhammadiyah.  Pertama, mereka serius pada saat memberikan sambutan dalam musyawarah organisasi, terlihat dari materi yang disampaikan dan bicara mereka pada saat di hadapan musyawirin.

Tak ada kata bermain main, apalagi forum yang dihadapi benar-benar serius dan dalam membahas masalah yang serius pula. Demikian pula pada saat mereka sedang memaparkan gagasan, pandangan, pemikiran, memberikan penjelasan, dan argumentasi dalam musyawarah tersebut. Sedangkan saat berada di luar forum mereka bersikap berbeda. Mereka saling bercanda dan berbincang bincang santai.

Kedua, pada memproses realisasi pembangunan amal usaha Muhammadiyah dari mulai menyusun perencanaan hingga ground breaking, peletakan batu pertama, pembiayaan proyek, pelaksanaan pembangunan hingga launching, peresmiannya dilakukan dengan serius. Tanpa keseriusan tentu pembangunan gedung dan pengoperasian University Muhammadiyah Malaysia (UMAM) tidak akan terwujud. Selesai pembangunan pada saat acara launching mereka berbincang bincang akrab, penuh kekeluargaan dan santai sambil menikmati konsumsi yang disediakan.

Ketiga, ketika melakukan pelantikan pimpinan di semua tingkatan pimpinan Muhammadiyah, benar-benar dilakukan dengan serius dan fokus. Tak ada mereka yang bersenda gurau dan berbisik-bisik saat berlangsungnya acara pelantikan dari awal hingga akhir. Pimpinan yang melantik ataupun yang dilantik benar-benar serius tanpa ada yang tersenyum hingga acara pelantikan selesai. Barulah pada saat berlangsung ramah tamah, mereka saling tersenyum ria dan cerah, bersenda gurau dengan santai.

Berbeda halnya jika pimpinan Muhammadiyah diminta memberikan ceramah dan tausiah dalam suatu acara. Keseriusannya terkadang tak tampak lagi karena ceramah dan tausiyahnya diselang-selingi dengan humor ceria sehingga muncul gelak tawa yang renyah. Dalam ceramah dan tausiah mereka bisa agak bebas berkelakar dengan santai sehingga yang mendengarkannya menjadi senang dan berkesan.

Itulah sebabnya pimpinan Muhammadiyah dapat dikatakan relatif sersan. Orangnya tampak serius, tapi juga bisa bersikap santai. Sikap sersan ini tampaknya bergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapinya. Masalah yang besar besar dan berat ya tentulah harus dihadapi dengan serius. Soal-soal yang kecil-kecil dan ringan, bisa saja diselesaikan oleh mereka dengan santai dan tuntas.

AR Fachruddin dikenal sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah yang sersan, serius tapi santai. Pada masa beliau memimpin PP Muhammadiyah, dihadapkan dengan masalah berat, tentang asas tunggal Pancasila yang harus menggantikan asas Islam menjadi asas Pancasila. Beliau dalam menghadapi masalah itu relatif dengan sersan, walaupun di lingkungan persyarikatan masa itu terjadi polarisasi antara kelompok yang menolak dan mendukung.

Dalam situasi genting seperti itu, AR Fachruddin dengan gaya khasnya, mengemukakan analogi yang menunjukkan bahwa beliau orang yang relatif sersan. Analoginya yakni. “Asas tunggal Pancasila itu ibarat pakai helm di jalan raya. Kalau lagi di jalan raya mau tidak mau helm ya harus dipakai.”

Artinya, Muhammadiyah karena berada di negeri Indonesia ya harus menghormati sikap dari pemerintah tersebut agar semua ormas Islam termasuk Muhammadiyah harus menggantikan asasnya dengan asas Pancasila. Namun, tentunya pemerintah juga harus menghormati sikap dan keyakinan Muhammadiyah dalam gerakannya, untuk tidak menghilangkan kata Islam dalam anggaran dasarnya.

Oleh karena itulah dalam Muktamar Muhammadiyah di Solo tahun 1985 berhasil dirumuskan dalam Anggaran Dasarnya, “Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam amar makruf nahi mungkar yang berakidah Islam, bertujuan mewujudkan masyarakat utama. Berasas Pancasila. Namun, setelah tumbangnya rezim pemerintahan Orde Baru, Muhammadiyah dalam muktamarnya kembali menetapkan berasas Islam, tanpa mengubah kalimat tentang berakidah Islam.” Wallahu ‘alam.***

**Aktivis Muhammadiyah dan pegiat sosial

Tampilkan Lebih Banyak

mpijabar

Akun dari MPI Jawa Barat 2015-2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button