Kolom

Mengembangkan Edukasi Lingkungan Paradigma Teoantroposentris di Kota Tasikmalaya

*Penulis: Arip Somantri (Mudir Pesantren Amanah Muhammadiyah Tasikmalaya)

Sabtu, 18 November 2023M / 4 Jumadil Awal 1445H, jam 18.30. WIB sd. Jam 21.30 WIB bertempat di Masjid Agung Tasikmalaya, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Tasikmalaya menggelar   Resepsi Milad Muhammadiyah ke-111.

Pada sesi sambutan, Sekretaris Daerah Kota Tasikmalaya, Ivan Dicksan, menyampaikan tiga permasalahan di Kota Tasikmalaya, kemiskinan, stunting, dan sampah.

Menurut beliau, tema milad “Ikhtiar Merawat Semesta” apabila dikaitkan dengan urgensi pemeliharaan lingkungan, sangat berkorelasi dengan tantangan Kota Tasikmalaya saat ini.

Secara regulasi,  Keputusan Walikota Tasikmalaya Nomor: 660.2/Kep. 1109-DLH/2022 telah menetapkan  Pembentukan Satuan Tugas Pengelolaan Sampah Tasik Resik Kota Tasikmalaya.

Meskipun demikian, masalah sampah di Kota Tasikmalaya harus menjadi perhatian bersama dalam penanganannya. Harus ada kolaborasi dan sinergi berbagai elemen masyarakat.

Sehari menjelang Milad Muhammadiyah ke-111, Jumat (17/11/2023), Pimpinan Pusat Muhammadiyah melangsungkan Global Forum for Climate Movement selama dua hari di Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

Muhammadiyah Climate Center (MCC) resmi diluncurkan pada Global Forum for Climate Movement bertema “Promoting Green Culture, Innovation and Cooperation”.

PP Muhammadiyah melalui ketum  Prof. Dr. KH. Haedar Nashir, M.Si, menawarkan Paradigma Teoantroposentris untuk hadapi masalah kerusakan alam dan kemanusiaan.

Melalui forum yang penting tersebut Muhammadiyah mendeklarasikan pandangan yang bersifat profetik atau teoantroposentris.

Pandangan yang melihat langit dan bumi berada dalam satu kesatuan, dan manusia diharapkan mampu menerjemahkannya dalam perspektifnya sebagai sang khalifah di bumi.

Haedar Nashir menyebut bahwa paradigma teoantroposentris adalah pandangan yang mengoreksi sudut pandang manusia yang antroposentris, suatu pandangan yang patut diduga sebagai sumber penyebab terciptanya krisis perubahan suasana global.

Antroposentris memandang bahwa manusia sebagai pusat semesta berkuasa dan bebas mengeksploitasi bumi untuk kepentingannya sendiri.

Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Perspektif Islam

Melalui al-Qur’an, ajaran Islam, dan pengetahuan lingkungan hidup dapat dipupuk hubungan timbal Balik (komunikasi) agar manusia dapat saling mengerti, baik bagi dirinya maupun terhadap alam sekitar sesuai dengan amanah sang pencipta, dimana tanda-tanda kebesaran dan kekuasaannya dapat dilihat dari keserasian dan keseimbangan yang luar biasa dalam pelaksanaan sunatullah atau hukum-hukum alam. Manusia boleh memanfaatkan alam asal tidak sampai kepada tindakan eksploitatif atau merusak.

وَاِذَا تَوَلّٰى سَعٰى فِى الْاَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيْهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ ۗ وَ اللّٰهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ

Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk Mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan”. (QS. Al-Baqarah [2] : 205)

وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al-Araf [7] : 56)

Dalam Islam, manusia mempunyai peranan penting dalam menjaga kelestarian alam (lingkungan hidup). Islam merupakan agama yang memandang lingkungan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keimanan seseorang terhadap Tuhannya, manifestasi dari keimanan seseorang dapat dilihat dari perilaku manusia, sebagai khalifah terhadap lingkungannya. Islam mempunyai konsep yang sangat detail terkait pemeliharaan dan kelestarian alam (lingkungan hidup).

وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَاۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَۚ

 “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya, yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Al-A’raf [7] : 85)

Dalam berinteraksi dan mengelola alam serta lingkungan hidup itu, manusia mengemban tiga amanat dari Allah. Pertama, al-intifa’ Allah mempersilahkan kepada umat manusia untuk mengambil manfaat dan mendayagunakan hasil alam dengan sebaik-baiknya demi kemakmuran dan kemaslahatan.

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (QS. Ak-Jatsiyah [45] : 13)

Kedua, al-i’tibar. Manusia dituntut untuk senantiasa memikirkan dan menggali rahasia di balik ciptaan Allah seraya dapat mengambil pelajaran dari berbagai kejadian dan peristiwa alam.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (Yaitu) orang yang mengingat Allah, sambil berdiri, duduk, atau berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, peliharalah kami dari siksa api neraka.'” (QS Ali Imran [3]: 190-191).

Ketiga, al-islah. Manusia diwajibkan untuk terus menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan itu.

مِنْ أَجْلِ ذَٰلِكَ كَتَبْنَا عَلَىٰ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ أَنَّهُۥ مَن قَتَلَ نَفْسًۢا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِى ٱلْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ ٱلنَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَآ أَحْيَا ٱلنَّاسَ جَمِيعًا ۚ وَلَقَدْ جَآءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِٱلْبَيِّنَٰتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِّنْهُم بَعْدَ ذَٰلِكَ فِى ٱلْأَرْضِ لَمُسْرِفُونَ

“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barang siapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi,” (QS. Al-Maidah [5] : 32).

Di samping itu Rasulullah melarang merusak lingkungan mulai dari perbuatan yang sangat kecil dan remeh seperti melarang membuang kotoran (manusia) di bawah pohon yang sedang berbuah, di aliran sungai, di tengah jalan, atau di tempat orang berteduh.

Rasulullah juga sangat peduli terhadap kelestarian satwa, sebagaimana diceritakan dalam Hadist riwayat Abu Dawud. Rasulullah pernah menegur salah seorang sahabatnya yang pada saat perjalanan, mereka mengambil anak burung yang berada di sarangnya.

Karena anaknya dibawa oleh salah seorang dari rombongan Rasulullah tersebut, maka sang induk terpaksa mengikuti terus kemana rombongan itu berjalan. Melihat yang demikian, Rasulullah lalu menegur sahabatnya tersebut dengan mengatakan

”siapakah yang telah menyusahkan induk burung ini dan mengambil anaknya? Kembalikan anak burung tersebut kepada induknya!”.

Peran Aktif Warga Muhammadiyah Kota Tasikmalaya dalam Edukasi Lingkungan

Dengan mengusung tema “Ikhtiar Menyelamatkan Semesta”, Milad ke-111 Muhammadiyah kali ini, mengacu pada kondisi kehidupan yang semakin memprihatinkan, terjadinya peperangan, konflik yang berkelanjutan, perubahan iklim dan bencana alam menjadi acuan untuk meneguhkan Muhammadiyah dalam berikhtiar untuk memberikan peran kontributif dan serta solusinya dalam menyelamatkan semesta.

Peran Aktif Muhammadiyah dalam penanganan isu-isu keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan universal terutama yang terkait dengan penyelamatan dan pengelolaan lingkungan leading sektornya melalui Majelis Lingkungan Hidup (MLH). 

Upaya yang dilakukan seperti kajian lingkungan secara objektif, menyeluruh, dan berkeadilan sebagai masukan yang akurat kepada pimpinan dan warga Muhammadiyah serta masyarakat pada umumnya.

Menyelenggarakan pendidikan dan dakwah lingkungan kepada masyarakat dalam rangka peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat.

Melakukan advokasi kepada masyarakat dan mendorong pemerintah pusat dan daerah dalam rangka pembuatan dan implementasi kebijakan lingkungan yang berkeadilan serta berkelanjutan.

Menjalin kerja sama yang setara dan bersinergi dengan majelis dan/atau lembaga internal Muhammadiyah dan institusi lingkungan di dalam maupun di luar negeri dalam rangka pengembangan dan keberlanjutan lingkungan.

Langkah penting lainnya bagi pimpinan dan warga Muhammadiyah Kota Tasikmalaya, melalui amal usaha (AUM) bidang pendidikan, adalah memperkuat wawasan lingkungan paradigma teoantroposentris dengan tujuan melahirkan kader-kader lingkungan yang memiliki pemahaman mendalam tentang lingkungan.

Peserta didik diajarkan menjadi agen pengendalian dan perubahan untuk meningkatkan kualitas lingkungan di sekitarnya. Semakin banyak kader lingkungan yang dihasilkan, semakin besar dampak positifnya pada lingkungan hidup.

Kolaborasi dan sinergi dengan dengan pemerintah daerah Kota Tasikmalaya semakin kokoh terjalin. Permasalah lingkungan, terutama sampah di Kota Tasikmalaya dapat teratasi.[]

Tampilkan Lebih Banyak

mpijabar

Akun dari MPI Jawa Barat 2015-2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button