Kolom

Syarif Hidayat, Ketua PDM Inspiratif

Oleh: Ilam Maolani

Syarif Hidayat, sebuah nama yang mudah untuk dihafal dan dikenal. Lelaki kelahiran Tasikmalaya, tanggal 11 September tahun 1944, dari pasangan Suami Istri Bapak Mahfudin dan Ibu Adah, menjadi Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Tasikmalaya periode 2015-2020.

Riwayat Pendidikannya dimulai dari SD Mangkubumi I (lulus Tahun 1957), SMPN 2 Tasikmalaya (lulus Tahun 1960), Sekolah Perawat Bandung (lulus tahun 1963), Akademi Perawat Bandung (lulus Tahun 1976), Administrasi Negara STIA Tasikmalaya (lulus Tahun 1986), dan terakhir Magister Administrasi Negara STISIP Garut (lulus Tahun 1998).

Riwayat pekerjaan diawali menjadi Staf Perawat di Bagian Penyakit Dalam RS. Fatmawati Soekarno Cilandak Jakarta (tahun 1963-1964), Kepala Sal Penyakit Dalam RS. Persahabatan Indonesia-Rusia Rawamangun (Tahun 1964-1965), Kepala Balai Pengobatan Sukahening (Tahun 1965-1967), Kepala Balai Pengobatan Pagerageung (Tahun 1967-1973), Kepala Balai Kesehatan/ Puskesmas Manonjaya (Tahun 1973-1976), Kepala Puskesmas Kawalu (Tahun 1976-1980), Kepala Puskesmas Tawang (Tahun 1980-1982), Kepala Seksi Penyuluhan DKK Kab. Tasikmalaya (Tahun 1982-1997), Direktur Akademi Perawat Muhammadiyah (Tahun 1997-1999), Kepala Balai Khitan Melati (Tahun 1982-2007), Kepala Koperasi Kesehatan Kab/Kota Tasikmalaya (Tahun 1985-sekarang), Dosen STIA Tasikmalaya (Tahun 1985-2007), Sekretaris Yarsi Tasikmalaya (Tahun 1996-2007), Anggota DPRD Kota Tasikmalaya (Tahun 2002-2003), Wakil Walikota Tasikmalaya (Tahun 2003-2007), Walikota Tasikmalaya (Tahun 2007-2012).

Pengalaman organisasinya antara lain: PII (Tahun 1967-1969), Ketua DPD PAN Kabupaten Tasikmalaya (Tahun 1999-2000), Ketua DPD PAN Kota Tasikmalaya (Tahun 2002-2006), Ketua Lembaga Haji Muhammadiyah Jawa Barat (Tahun 1990-2012), Ketua Yayasan Fakir Miskin (Tahun 1990-2006), dan Ketua Dewan Pertimbangan PPNI Jawa Barat (Tahun 2004-2015).

Syarif mulai mengenal Muhammadiyah ketika beliau bertugas menjadi Kepala Balai Pengobatan Sukahening Kabupaten Tasikmalaya (Tahun 1965-1967). Saat itu di Sukahening terdapat seorang tokoh Muhammadiyah yang bernama Ustadz Sofyan. Di setiap acara pengajian Ustadz Sofyan, Syarif selalu hadir menjadi mustami atau pendengarnya. Seringkali ia bertanya tentang agama dan Muhammadiyah kepada Ustadz Sofyan. Dari komunikasi dan interaksi dengan Ustadz Sofyanlah pelan-pelan ia tertarik kepada Muhammadiyah. Pada Tahun 1976 ketika menjabat Kepala Puskesmas Manonjaya, Syarif menjadi Anggota Muhammadiyah dengan Nomor Baku Muhammadiyah (NBM)/Kartu Tanda Anggota (KTA) Muhammadiyah 580353. Selanjutnya kiprah jabatan beliau di Muhammadiyah berawal dari menjadi Direktur Akademi Perawat Muhammadiyah Tasikmalaya (Tahun 1997-1999), lalu berlanjut menjadi Ketua Lembaga Haji Muhammadiyah (LHM) Jawa Barat sejak Tahun 1990 sampai Tahun 2012. Selama menjadi Ketua LHM, beliau sering memberikan materi tentang Perjalanan Haji dan pernah beberapa kali menjadi Pembimbing Haji.

Semenjak menduduki jabatan sebagai Kepala Balai Pengobatan Sukahening Tahun 1965 sampai menjadi Walikota Tasikmalaya periode 2007-2012, beliau terkenal dengan kader Muhammadiyah yang berkiprah di dunia eksekutif dan legislatif. Perhatian beliau pada Muhammadiyah selama rentang waktu tersebut sangatlah besar. Beliau sering memberikan santunan kepada warga Muhammadiyah dan bantuan kepada sekolah-sekolah Muhammadiyah. Demi Muhammadiyah, beliau tak segan-segan untuk mengeluarkan uang. Pernah setelah beliau tidak menjabat lagi sebagai Direktur Akademi Perawat Muhammadiyah, datang Bendahara Akper Muhammadiyah ke rumahnya untuk meminjam uang karena kekurangan dalam menggaji pegawai dan guru. Tanpa berpikir panjang beliau langsung meminjamkan uang tersebut pada bendahara. Dalam pikiran beliau, yang penting Akper Muhammadiyah harus berjalan lancar, jangan sampai gaji tersendat hanya gara-gara tidak ada dana.

Setelah beliau tidak menjadi Walikota lagi pada akhir tahun 2012, maka waktu beliau untuk Muhammadiyah semakin banyak. Melalui Musyawarah Daerah Muhammadiyah Kota Tasikmalaya pada Tahun 2016 di Graha Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (Umtas), beliau terpilih menjadi Ketua PDM periode 2015-2020.

Sejak beliau dilantik menjadi Ketua PDM, maka beliau bersama pimpinan lain segera menyusun unsur pembantu pimpinan dan membuat program kerja melalui Rakerda akhir Tahun 2016 di Pangandaran. Pada Rakerda itu terdapat empat program prioritas, yaitu penyelesaian sertifikasi tanah wakaf Muhammadiyah, pembangunan Masjid Muhammadiyah, pemberian bantuan dan santunan kepada orang-orang yang membutuhkan, dan pembentukan cabang baru.

Dalam upaya mempercepat sertifikasi tanah wakaf Muhammadiyah, beliau mengajak mantan Kepala Badan Pertanahan, Dr. H. Cecep Subagja, untuk bergabung di Majelis Wakaf dan Kehartabendaan. Beliau menganggap Dr. H. Cecep Subagja akan mampu membantunya dalam menyelesaikan sertifikasi tanah wakaf Muhammadiyah. Pembangunan Masjid Muhammadiyah pun menjadi skala prioritas, terutama dikarenakan beliau memperhatikan dari ujung Jalan Ir. H. Juanda Kota Tasikmalaya ke jalur Singaparna Kabupaten Tasikmalaya yang berjarak 12 Km, tidak terlihat satu pun simbol Muhammadiyah di pinggir jalan. Maka ditetapkan salah satu programnya adalah pembangunan Masjid Muhammadiyah di daerah Mangkubumi Kota Tasikmalaya, jalur menuju Singaparna. Bersama LazisMu, Muhammadiyah berupaya lebih membumikan spirit Al-Maun dengan program pemberian bantuan dan santunan. Kemudian penambahan cabang baru juga menjadi skala prioritas sebab di Kota Tasikmalaya yang terdiri dari sepuluh kecamatan, baru ada delapan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM). Idealnya, di sepuluh kecamatan tersebut terdapat sepuluh PCM.

Sejak Muhammadiyah berdiri di Tasikmalaya pada Tahun 1936, baru satu lembar sertifikat tanah wakaf yang sudah atas nama Persyarikatan Muhammadiyah. Dengan dorongan semangat dan motivasi dari Ketua PDM, Ketua Majelis Wakaf dan Kehartabendaan Dr. H. Cecep Subagja, segera secara maraton melakukan pendataan dan sertifikasi atas aset tanah wakaf Muhammadiyah Kota Tasikmalaya. Pada awal tahun 2017, diperoleh data bahwa terdapat 66 bidang aset tanah Muhammadiyah, dengan luas tanah 99.453 meter persegi dan luas bangunan 16.301 meter persegi. Ke-66 aset tanah tersebut terdiri dari tanah wakaf sebanyak 53 buah, hak milik sebanyak 1 buah, hak guna bangunan sebanyak 1 buah, dan wakaf manfaat sebanyak 1 buah. Dengan kepiawaian dan kekompakan semua unsur, akhirnya pada akhir Bulan Oktober 2019, sertifikasi aset tanah wakaf Muhammadiyah Kota Tasikmalaya tuntas. Pada tanggal 5 November 2019, salinan ke-66 bidang tanah wakaf atas nama Persyarikatan Muhammadiyah itu diserahkan langsung oleh Ketua PDM yang didampingi sekretaris dan bendahara serta Ketua Majelis Wakaf dan Kehartabendaan, kepada Ketua PP Muhammadiyah yang membidangi wakaf, Dr. H. M. Goodwill Zubir di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah Jakarta. Pada tanggal 30 November 2019, salinannya juga diserahkan langsung oleh Ketua Majelis Wakaf dan Kehartabendaan didampingi sekretaris dan wakil ketua PDM, kepada Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Barat di Kantor PWM Jl. Sancang Kota Bandung. Selesainya sertifikasi aset tanah wakaf Muhammadiyah ini merupakan sebuah prestasi yang sangat besar selama kepemimpinan Syarif Hidayat.

Selanjutnya, pada pada Tahun 2017 dimulai pembangunan Masjid Muhammadiyah Mahhad Al-Hidayah di Jalan AH. Nasution Cibatur Kec. Mangkubumi Kota Tasikmalaya. Selama satu tahun setengah masjid ini dibangun dengan menghabiskan dana kurang lebih 1,2 milyar. Di awal tahun 2019 penggunaan masjid ini diresmikan oleh Ketua PWM Jawa Barat, H. Suhada. Bersamaan dengan peresmian Masjid Muhammadiyah, diresmikan pula penggunaan Klinik Pratama Melati Muhammadiyah Dokter 24 Jam yang berada di Jalan Perintis Kemerdekaan Kota Tasikmalaya, berdampingan dengan rumah dan Klinik Khitan Syarif. Klinik yang awalnya didirikan oleh Syarif, dr. Dudun, dan dr. Empud, dengan biaya pembangunan 1,8 milyar, akhirnya diwakafkan ke Muhammadiyah.

Tiga hal yang sangat luar biasa dan inspiratif berkaitan dengan masjid dan klinik ini adalah: Pertama, Ketua PDM Kota Tasikmalaya, Syarif Hidayat, mewakafkan tanah di pinggir jalan raya seluas 10 bata (140 meter persegi) kepada Muhammadiyah untuk dibangun Masjid Muhammadiyah; Kedua, Syarif Hidayat dan keluarganya menyumbang dana sebesar hampir 600 juta bagi pembangunan masjid ini; Ketiga, Syarif, dkk yang berjuang dan berkorban membangun Klinik Melati Muhammadiyah dengan biaya yang cukup besar, secara sukarela klinik tersebut diwakafkan ke Muhammadiyah. Realita ini menjadi bukti bahwa Beliau adalah seorang dermawan. Beliau telah mampu memberikan sesuatu kepada Muhammadiyah, bukan mendapatkan sesuatu dari Muhammadiyah. Sebuah fenomena sosok tokoh yang unik, menarik, dan luar biasa.

Di samping menginfakkan hartanya demi pembangunan Masjid dan Klinik Muhammadiyah, beliau juga sering memberikan ceramah di Cabang dan Ranting Muhammadiyah disertai dengan pemberian santunan uang atau beras yang dikeluarkan dari kantong beliau sendiri. Bahkan tak jarang beliau berceramah di luar Muhammadiyah sambil memberikan santunan pada peserta pengajian yang dianggap kurang mampu, yatim, piatu atau yatim piatu.

Rentang waktu tahun 2016 sampai 2019, terjadi beberapa bencana, seperti gempa bumi di Lombok NTB, Palu Sulawesi Tengah, dan Tsunami Banten. Ketua PDM mendorong LazisMu untuk menghimpun dana bantuan guna meringankan beban korban bencana. Puluhan juta rupiah terkumpul dari warga Muhammadiyah Kota Tasikmalaya. Bantuan dana tersebut ada yang dikirimkan langsung oleh Ketua PDM (seperti ke Lombok NTB) dan ada yang dikirim lewat transfer rekening.

Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Gunungsari PCM Sukaratu memiliki sebuah pesantren yang dulu terkenal dengan sebutan Pesantren Kikisik. Pada awal tahun 2019 kondisi fisik bangunan pesantren ini sangat memprihatinkan dan membutuhkan bantuan. Santri pun sudah tidak ada. Pengelola pesantren meminta bantuan kepada PDM agar pesantren ini direhab. Secara responsif, Ketua PDM menyuruh bendahara bekerjasama dengan LazisMu serta dana dari beliau, untuk segera membantu rehabilitasi bangunan pesantren. Tak lebih dari tiga bulan, rehabilitasi Pesantren Kikisik beres. Pertengahan Tahun 2019, peresmian Pesantren Kikisik yang saat ini lebih dititikberatkan pada Pesantren Tahfizh Quran, dilakukan oleh Ketua PDM sambil pemberian santunan kepada warga yang kurang mampu. Akhirnya kini Pesantren Kikisik beroperasi kembali serta memiliki santri kurang lebih 80 orang.

Suatu hari pernah datang ke rumahnya seorang ustadz yang berasal dari sebuah kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya. Ustadz ini memohon kepadanya untuk memberikan bantuan sehubungan dengan kondisi rumahnya yang mengkhawatirkan dan hampir ambruk. Syarif tidak mempertimbangkan bahwa yang datang ini dari Kabupaten Tasikmalaya (bukan dari Kota Tasikmalaya), beliau langsung menyanggupi untuk membantu rehabilitasi rumah ustadz tersebut. Beliau berpandangan bahwa dalam hal membantu orang yang membutuhkan, jangan melihat asal teritorial atau daerah orang, yang penting orang ini layak dibantu, maka harus dibantu. Sebulan kemudian rehabilitasi rumah ustadz itu selesai.

Berkaitan dengan pendirian cabang baru, pada Tahun 2018, PCM Cibeureum Kota Tasikmalaya dibentuk. Dengan dibentuknya PCM Cibeureum, maka PDM Kota Tasikmalaya memiliki sembilan PCM. Dengan demikian tinggal satu kecamatan lagi yang belum mempunyai PCM, yaitu Kecamatan Purbaratu. Target Tahun 2020, PCM Purbaratu dibentuk.

Secara faktual Syarif Hidayat merupakan kader Muhammadiyah yang berhasil berkiprah dan populer, baik di lingkungan masyarakat yang notabene warga Muhammadiyah maupun warga Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Islam (Persis), Persatuan Umat Islam (PUI), dan lain-lain. Kelebihan plus kekuatan besar pada diri Syarif adalah mampu memasuki semua kalangan dan lingkungan masyarakat serta kebiasaannya berdakwah dan menjadi pembicara/pemateri di forum-forum ilmiah sejak dahulu sampai sekarang. Beliau sering terjun ke masyarakat untuk menyampaikan misi ajaran Islam lewat kepiawaiannya berceramah. Beliau sering menjadi imam dan khatib Jumat, pemateri pengajian, imam dan khatib Idul Fitri, Idul Adha. Tidak sedikit acara tablig akbar yang diselenggarakan oleh masyarakat, yang diundang untuk menjadi penceramah tunggalnya adalah beliau. Ketika tampil di depan umum, sangat tampak keluasan wawasannya dalam ilmu agama, hafalan Al-Qurannya kuat, penguasaan Bahasa Inggrisnya bagus serta pengetahuan umumnya sangat mendalam, terutama dalam hal ilmu manajemen organisasi dan kepemimpinan. Dalam menyampaikan pesan-pesan religius sangat mengena terhadap audiens. Kisah atau cerita inspiratif dan humor-humor atau joke-joke segar, selalu ‘mengalir’ ketika berceramah.

Akhirnya, meskipun Syarif Hidayat telah berhenti atau pensiun dari Walikota Tasikmalaya, tetapi sekarang beliau menjadi ‘Walikota’ Muhammadiyah Tasikmalaya.

Tampilkan Lebih Banyak

mpijabar

Akun dari MPI Jawa Barat 2015-2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button