Sumedang, Kabar Muhammadiyah Jabar—
Majelis Pendidikan Dasar Menengah (Dikdasmen) dan Pendidikan Non Formal (PNF) Pimpinan Daerah (PD) Muhammadiyah Kabupaten Sumedang menggelar Focus Group Discussion (FGD) membahas ‘Analisis Pengembangan Sekolah Muhammadiyah Sumedang’ di Aula Kampus SMP Muhammadiyah Jatinangor Sumedang, Jum’at (28 /7/2023).
Kegiatan diikuti oleh kepala dan seluruh guru di tiga Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) Sumedang bagian barat, yaitu MI Muhammadiyah Citangulun, MI Al-Hikmah Cibeusi dan SMP Muhammadiyah Jatinangor dan narasumber Workshop Focus Group Discussion itu Dr Toto Sugito Pengurus Majelis Dikdasmen dan PNF PD Muhammadiyah Kabupaten Sumedang.
Dr Toto Sugito pengurus Majelis Dikdasmen dan PNF PD Muhammadiyah Sumedang yang juga Dosen di UNPAD sebagai pemateri kegiatan mengatakan, AUM ( Amal Usaha Muhammadiyah ) perlu dan mendesak melakukan reposisi perannya.
Menurutnya, ada persoalan dalam pengelolaan AUM yaitu indikasi penurunan animo calon siswa apalagi berjalan dari tahun ke tahun suatu hal yang sangat serius bagi kelangsungan AUM,
Take home pay para guru AUM yang masih jauh dari upah minimum kabupaten perlu dipikirkan secara bersama sama.
“Kalau mengandalkan uang BOS jangan harap take home pay para guru AUM mendekati apalagi sama dengan UMK sumedang. Oleh karena itu perlu diupayakan subsidi/bagian dari LazisMu untuk guru yang gajinya dibawah 1 juta perbulan.”
“Perlu antisipasi bagaimana meningkatkan loyalitas dan profesionalisme guru melalui membangun sekolah yang bereputasi. Tiga hal tersebut perlu saling membahu antar majlis antar bidang di PDM maupun cabang. Lebih ideal lagi pimpinan wilayah dan pimpinan pusat muhammadiyah empati persoalan yang ada di pendidikan dasar dan menengah,” jelasnya.
Di tempat terpisah Ketua Majelis Dikdasmen dan PNF PD Muhammadiyah Sumedang, Dr Enang Ahmadi, S.Pd., M.Pd menambahkan,
“Harapan saya workshop tentang tata kelola Sekolah/Madrasah di cluster SMP Muhammadiyah Jatinangor meliputi, Pimpinan AUM dan Karyawan agar memandang selalu merasa bahagia merawat fasilitas AUM sebagai ‘warisan tokoh-tokoh kita’ dengan dirawat dan dikembangkan maka amal jariyah akan terus mengalir ke alam kuburnya,” katanya.
“Memandang bahwa siswa adalah kader penerus gerakan aisyiyah Muhammadiyah sehingga memperbanyak siswa adalah memperbanyak kader, lalu meneguhkan kembali sebagai guru Muhammadiyah, bukan guru di Muhammadiyah, maka peran bukan hanya sebagai guru hanya mengajar saja tetapi aktif di ortom/majelis/lembaga menjadi penggerak di masyarakat.”
“Dan selalu mencari alternatif (ikhtiar) dengan prinsip tajdid mencari terbaik dari yg terbaik, baik dalam mendidik, mengajar dan membesarkan AUM, sehingga apa yg dilakukan Majelis Dikdasmen terkhusus oleh Dr. Toto untuk direspon dengan melakukan transformasi berpikir dari zona nyaman menjadi zona resiko dan Tantangan,” pungkasnya.
*Kontributor: Dodi Partawijaya