Kabar Persyarikatan

Kuliah Bareng Birokrat UM Bandung Kupas Alasan Kenapa Politik Dianggap Kotor

Bandung – Mahasiswa prodi Administrasi Publik Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung kembali menyelenggarakan Kuliah Bareng Birokrat edisi ke-5 di aula lantai dua kampus ini pada Sabtu (06/01/2024).

Kegiatan yang dihadiri 123 mahasiswa Administrai Publik dan umum ini mengangkat topik “Politik Itu Kejam? Atau Rakyatnya Yang Lemah? Lalu Birokrasinya Harus Apa?”

“Topik ini diangkat untuk menaikkan kembali semangat berpolitik pada kalangan anak muda di masa sekarang,” ujar Ketua Pelaksana Kegiatan Gina.

Apalagi saat ini, lanjut Gina, banyak muncul pemikiran-pemikiran kritis dari masyarakat dan mahasiswa terhadap birokrasi juga politik Indonesia yang dianggap tidak masuk akal.

Di sisi lain banyak masyarakat hanya sekedar mengkritik. Namun, di sisi lain mereka apatis dalam perpolitikan Indonesia karena bagi mereka politik itu kotor dan kejam.

Gina mengatakan bahwa isu ini sangat menarik dibahas karena fondasi dari kepedulian generasi muda juga penting untuk keberlangsungan birokrasi dan perpolitikan di Indonesia.

“Untuk itu kami berharap kuliah semacam ini dapat membangun empati para mahasiswa sebagai generasi penerus untuk melanjutkan dan membangun politik cerdas di Indonesia,” tandas Gina.

Gagasan itu pun sejalan dengan apa yang disampaikan oleh para narasumber. Mereka adalah Ketua DPRD Kota Bandung Tedy Rusmawan, Ketua DPD PKS Kota Bandung Ahmad Rahmat Purnama, dan dosen pengampu mata kuliah birokrasi dan governansi publik Fatmawati.

Ahmad Rahmat menjelaskan bahwa politisi dan birokrat merupakan dua hal yang berbeda. Namun, tugas pokok dan fungsinya saling berkaitan. “Bahkan tidak sedikit yang awalnya politisi berubah menjadi birokrat ataupun sebaliknya,” ujar Ahmad Rahmat.

Oleh sebab itu, Ahmad Rahmat menyarankan mahasiswa untuk terus belajar dan memperbarui pengetahuan soal politik karena mahasiswa merupakan calon pemimpin di masa yang akan datang.

Sinergi tanpa intervensi

Sementara itu, Fatmawati menyampaikan bahwa jika berasumsi bahwa politik itu kejam, kesannya terlalu jauh. Hakikatnya, kata Fatmawati, politik itu tidak kejam seperti diasumsikan sebagian masyarakat.

Namun, hal yang membuat politik menjadi buruk atau kejam itu adalah sikap apatis dari masyarakat terhadap politik itu sendiri.

Lebih jauh, Fatmawati menyampaikan bahwa hambatan utama birokrasi adalah munculnya intervensi politik, inkapabilitas ASN, perilaku KKN, dan ketidakterbukaan birokrasi.

“Pekerjaan rumah birokrat dan politisi adalah saling bersinergi tanpa intervensi. Itulah strategi yang dapat dijalankan agar birokrasi menjadi maju,” tandas Fatmawati.

Diskusi ini ditutup dengan pemaparan materi oleh Tedy Rusmawan yang menjelaskan banyak hal terkait birokrasi, salah satunya mengupas soal birokrasi yang terpercaya.

Menurutnya, birokrasi akan lebih dipercaya oleh masyarakat kalau bisa proaktif dan dan cepat tanggap terhadap permasalahan. Proaktif dan cepat dalam merespons itu sangat penting.

“Hal ini sangat disarankan karena membangun negara itu harus aktif dan cepat. Dengan berbasis teknologi, sebetulnya birokrasi itu bisa maju. Masalahnya, birokrasi di Indonesia kurang inovasi dan kreativitas dalam kecepatan dan aktifnya,” tegas Teddy.

Selain itu, lanjut Tedy, netralitas ASN juga sangat penting untuk diperhatikan dan dipraktikkan. “Sebagai pemimpin masa depan, kita harus jadi pemimpin yang gerak cepat, dan aktif terus dalam inovasi dan kreativitas,” pungkas Tedy.***

Tampilkan Lebih Banyak

mpijabar

Akun dari MPI Jawa Barat 2015-2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button