Kabar Muhammadiyah Jawa Barat

DESIGNING A POTENTIAL ACUMEN BASED ON ISSUES AND CAPITAL OF MUHAMMADIYAH STUDENT

Nampaknya prediksi Indonesia Emas pada tahun  2045 bukan hanya bualan gagasan dan prediksi belaka. Optimisme ini dibarengi dengan riset-riset yang kredibel dan kemungkinan-kemungkinan logis yang dapat diagapai. Bahkan optimisme ini hadir dari bebarapa tokoh bangsa, salah satunya Hajriyanto Y.Thohari, dalam tulisanya yang berjudul “Kemajuan Itu Masih Jauh Di Depan Sana” beliau yakin bahwa sebagai pewaris Pancasila, kita tetap yakin bahwa prestasi dan prestise pasti akan datang. Beliau juga mengutip Al-Qur’an sebagai landasan utamanya. “Masa-masa kejayaan itu aku (Allah) pergilirkan di antara bangsa-bangsa [wat ilka al-ayyam nudawiluha baina al-nas]” (QS, Ali Imran: 140).

 Beberapa variable pendukung lain yaitu dengan adanya bonus demografi dan fenomena disrupsi yang terjadi di negara kita, bahkan saya kira dampak positif dari pandemi Covid-19 saat ini yaitu menambah percepatan digitalisasi dibeberapa sektor. namun tentu hal tersebut bisa jadi peluang dan tantangan, tergantung bagaimana kita mengolah dan merencanakanya. Tugas organisasi mahasiswa saat ini sangat berperan penting dalam tercapainya mimpi Indonesia (Indonesia Dream) tersebut.

Fenomena Disrupsi Merubah Praksis Gerakan

Menurut Rhenal Kasali, Disruption menghancurkan suatu zaman yang sudah berlangsung puluhan tahun dalam penguasaan incumbent sehingga terjadilah dampak shifting (perpindahan) secara massif. Era disrupsi secara sederhana yaitu perpindahan aktivitas dari dunia nyata ke dunia maya, lebih jauh lagi, Guru Besar Harvard Business School, Clayton M. Cristhensen melalui bukunya yang berjudul The Innovator Dilemma (1997), menerangkan disrupsi adalah perubahan besar yang mengubah tatanan.

Hari ini dengan adanya fenomena menjamurnya digitalisasi memudahkan aktivitas masyarakat. Satu sentuhan layar Handphone ,bisa memunculkan atau memberikan jutaan informasi. Bisa kita lihat bagaimana perkembangan media online hari ini yang begitu pesat karena mampu menyajikan informasi yang aktual.

Perubahan platform media dari konvensional ke digital, mengakibatkan beberapa pergerakan mahasiswa menjadi lebih eksis, Misalnya, media hari ini dari menyajikan informasi melalui koran berubah ke website, atau hadirnya media sosial bisa lebih mudah menarasikan dan memasifkan isu-isu yang sedang terjadi.

Pergerakan mahasiswa hari ini tentu harus melihat disrupsi sebagai cara yang baru, Pertama, mengubah cara berpikir yang sempit dan tertutup; Kedua, melakukan rekayasa sosial dengan semangat kemajuan; Ketiga, tetap menyuarakan isu-isu kemanusiaan dan kritis terhadap kebijakan publik. Keempat, melakukan kolaborasi untuk percepatan aktivisme dikalangan mahasiswa, untuk perubahan Indonesia kearah yang lebih baik.

Bonus Demografi Sebagai Peluang Dan Tantangan

Dalam siaran pers yang dilakukan Bappenas di Jakarta (22/5/2017), Pada 2030-2040,  Indonesia  diprediksi  akan mengalami  masa  bonus  demografi,  yakni jumlah penduduk usia  produktif (berusia  15-64  tahun) lebih  besar  dibandingkan penduduk  usia  tidak  produktif  (berusia  di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Pada periode tersebut, penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64 persen dari  total  jumlah  penduduk  yang  diproyeksikan  sebesar  297  juta  jiwa.

Periode   bonus   demografi   di   Indonesia   dimulai   tahun   2015-2035   dengan   angka ketergantungan (dependency  ratio berkisar  antara  0,4-0,5  yang  artinya  bahwa  setiap  100  orang usia  produktif  menanggung  40-50  orang  usia  tidak  produktif  . Proporsi  usia anak-anak kurang dari 15 tahun akan terus berkurang dibandingkan dengan penduduk usia kerja. Berdasarkan  data  Survei  Penduduk  Antar  Sensus  (SUPAS  2015)  jumlah  ketergantungan  tahun 2015  adalah  49,2  yang  berarti  setiap  100  penduduk  usia  produktif  (15-64  tahun)  menanggung beban sebanyak 49,2 penduduk usia non produktif (kurang dari 15 tahun dan65 tahun ke atas). Pada kesempatan bonus demografi ini, bangsa Indonesia mempunyai kesempatan besar memacu produktivitas    dan    pertumbuhan    ekonomi    dimana    pertumbuhan    ekonomi    diharapkan meningkatkan  saving  untuk  kemajuan  kemakmuran  bangsa.  Hal  ini  akan  memberikan  dampak pada peningkatan kesejahteraan yang terasa hingga berpuluh-puluh tahun kemudian.

Yang harus digarisbawahi jumlah penduduk yang besar memang merupakan potensi pembangunan yang besar, tapi juga harus disadari bahwa hanya dengan jumlah yang besar saja, bukanlah jaminan bagi berhasilnya pembangunan. Peningkatan penduduk yang besar tanpa adanya peningkatan kesejahteraan justru dapat merupakan bencana. Dapat menimbulkan gangguan terhadap program-program  pembangunan  yang  sedang  kita  laksanakan  bersama,  dan  dapat  pula menimbulkan  kesulitan-kesulitan  bagi  generasi-generasi  yang  akan  datang” (Burhan, 2017:8).

Bonus demografi 2015-2035 juga menyimpan potensi badai bom demografi yang berarti jumlah  penduduk  usia  produktif  yang  melimpah  tidak  bisa  dimanfaatkan,  namun  justru  bisa menjadi bom waktu yang  siap  meledak  dengan  kurangnya  lapangan  kerja,  efek  sosial  yang  buruk,  hilangnya momentum  untuk  mengumpulkan saving (tabungan)  atau  kesejahteraan.

Menarasikan IPM di Masa Depan

Barangkali bukan sebuah ketabuan untuk mengawang-awang perihal bagaimana IPM di masa depan, bahkan diskursus ini harus sudah dibicarakan dengan masif dalam benak kader-kader IPM hari ini. Ketika kita berbicara tentang berkemajuan, bukan tentang bagaimana IPM mampu mengikuti perkembangan jaman yang artinya sama saja dengan IPM adalah budak jaman itu sendiri, tetapi Berkemajuan artinya melampaui jaman, apa-apa yang akan menjadi peluang dan hambatan IPM dimasa depan harus sudah dinarasikan dimulai sekarang, artinya IPM bersikap proaktif terhadap kemajuan, tidak lagi reaktif. Seperti bagaimana Muhammad Iqbal lebih menawarkan untuk menyiapkan Imam Mahdi ketimbang menunggu kedatangan Imam Mahdi.

Menurut prof. Kishore Mahbubani, berdasarkan pengalaman cina, india, dan beberapa negara asia maju lainya, faktor-faktor yang menjadi kemajuan suatu bangsa sejatinya ada pada diri bangsa Indonesia. Menurutnya negara ini hanya tinggal membenahi nasion and character building (Pembentukan karakter bangsa) saja. Beliau juga menegaskan bahwa bangsa Indonesia akan maju jika mampu menghapuskan feodalisme dalam pemerintahan dan masyarakat, karena feodalisme tersebut sangat negatif dan destruktif.

Muhammadiyah sendiri saya kira sudah mulai memandang bahwa Indonesia sesungguhnya memiliki potensi dan peluang untuk menjadi negara maju. Namun untuk meraih posisi itu diperlukan Langkah terencana dan sistematis, diantaranya adalah melalui strategi revitalisasi dan kolaborasi di kalangan Muhammadiyah dan khususnya di IPM sebagai organisasi otonom Pelajar yang menjadi penggerak utama perubahan tersebut.

Dalam bahasa kerakyatan kita lebih mengenal kolaborasi  dengan istilah “Gotong Royong”. Ya, istilah kolaborasi sebenarnya tanpa sadar sudah lama diadopsi dan ditransformasi sedemikian rupa menjadi salah satu identitas supreme dan grunom dalam kaidah bernegara bangsa indonesia. Bahkan Soekarno pernah mengatakan bahwa gotong royong merupakan salah satu ruh, filosofi hidup Bangsa Indonesia. Kendati demikian kolaborasi acapkali belum benar-benar di pahami dan diletakan sebagai salah satu spirit utama organisasi kepelajaran dalam membentuk sebuah agendanya. Haedar Nashir dalam bukunya memahami ideologi Muhammadiyah mengatakan “di muhammadiyah tidak ada pemikir atau pengamat semuanya menyatu menjadi penggerak”.

Setidaknya ada tiga segmen atau pilar utama masyarakat yang harus bersatu  untuk membentuk sebuah kolaborasi yang idea menurut Fahd Pahdepie : (1) kaum muda intelektual: mereka yang memiliki konsep, idealism, gagasan-gagasan mengenai sesuatu (2) Kaum muda Aktivis: mereka yang senantiasa kritis menyuarakan suara, bergelut dan bergulat dalam dunia tarik suara jalanan dan yang ke (3) The Entreupreuneur: para pengusaha.

Tampilkan Lebih Banyak

mpijabar

Akun dari MPI Jawa Barat 2015-2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button