Opini Muhammadiyah Jabar–
Mantan Ketum PP Muhammadiyah Prof. Dr. Din Syamsuddin menyampaikan pandangan segar tentang darah segar di Muhammadiyah.
Agenda Muktamar Muhammadiyah ke 48 di Surakarta tanggal 18-20 November 2022 di samping penyampaian jawaban atas tanggapan peserta Muktamar yang dikemukakan secara daring pada tanggal 5 November 2022 juga fokus pada pemilihan anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2022-2027.
Melalui Sidang Tanwir tanggal 18 November 2022, 94 calon yang dinyatakan telah memenuhi syarat akan dipilih dan ditetapkan menjadi 39 calon tetap.
Selanjutnya 39 calon ini yang akan dipilih oleh seluruh peserta Muktamar menjadi 13 anggota PP Muhammadiyah.
Ketua Umum dan Sekretaris Umum dimusyawarahkan oleh 13 Pimpinan terpilih. Inilah demokrasi berbasis musyawarah di lingkungan Muhammadiyah. Kolektif kolegial menjadi prinsip kepemimpinan yang dijalankannya.
Buya Anwar Abbas salah seorang Ketua PP Muhammadiyah menyambut konstruktif ungkapan Prof Dien tentang darah segar tersebut.
Tekanannya pada kriteria komitmen dan pemahaman nilai Al Qur’an dan AS Sunnah, di samping segar menurutnya harus memiliki idealisme dan integritas serta mampu menghadapi tantangan perubahan di tingkat lokal, nasional maupun global.
Muhammadiyah tentu memiliki sumber daya insani yang cukup untuk itu.
Darah segar yang ideal adalah proporsional. Jika 13 anggota PP yang akan dipilih dan terpilih komposisi 7 personil lama dan 6 yang baru maka hal itu sudah cukup bagus.
Apalagi terbalik. Ada nuansa keberlanjutan dan perubahan. Inilah makna dari penyegaran tersebut. Bukankah tiga anggota PP Muhammadiyah yang ada telah meninggal dunia dan itu harus tergantikan?
Ada tiga ledakan besar (three explosions) yang harus diantisipasi oleh Muhammadiyah ke depan. Pertama, jumlah penduduk yang semakin meningkat (population). Hal ini menuntut kualitas sumber daya insani yang siap untuk berkompetisi, apalagi dalam peluang “bonus demografi” sekarang ini.
Kedua, ilmu pengetahuan dan teknologi (science and technology). Kemampuan untuk melakukan healing dengan sarana iptek yang berkembang cepat “science tell us how to heal and how to kill”.
Ketiga, pergeseran nilai dan relasi (changing ethics and norms, relationship between man and man, man and nature). Pemahaman Qur’an dan Sunnah secara bayani, burhani dan irfani akan mampu mengantisipasi perubahan nilai tersebut.
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, gerakan dakwah dan gerakan tajdid adalah organisasi yang dilahirkan untuk siap menghadapi hal-hal tersebut di atas.
Pandemi Covid-19 telah berhasil diantisipasi dan warga Muhammadiyah tampak bersemangat untuk mensukseskan dan menggembirakan Muktamar ke-48. Berjuta anggota akan hadir ke Solo dengan bahagia untuk melanjutkan dan melakukan perubahan Dalam rangka “memajukan Indonesia dan mencerahkan semesta.”
*Penulis: M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Keagamaan
Editor: Aqbil WAK
Bandung, 31 Oktober 2022