Kabar PersyarikatanKolom

Adab Wisata dalam Islam

Oleh: Muhsin MK*

BERWISATA atau melakukan perjalanan (rihlah) merupakan aktivitas yang telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sejak masa Nabi Adam hingga era modern saat ini. Wisata memiliki berbagai fungsi dan manfaat, seperti untuk ibadah, olahraga, penelitian, menambah ilmu pengetahuan, rekreasi, menjaga kesehatan, hingga kegiatan berniaga.

Salah satu bentuk wisata yang berkaitan dengan ibadah adalah ziarah, khususnya mengunjungi masjid-masjid yang penuh berkah. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW: “Tidak boleh melakukan perjalanan jauh (untuk tujuan ibadah) kecuali ke tiga masjid, yaitu Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjidil Aqsha.” (HR Bukhari dan Muslim).

Lalu, wisata untuk berolahraga dan riset dalam rangka memperdalam ilmu pengetahuan sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT, “Katakanlah! Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya.” (QS Al-Ankabut: 20).

Berwisata untuk rekreasi menikmati keindahan alam, menjaga kesehatan, atau melakukan perjalanan niaga, juga merupakan bagian dari perintah Allah SWT, sebagaimana disebutkan dalam QS Al-Quraisy: 1-2. Namun, dalam Islam, aktivitas berwisata harus dilakukan dengan menjaga adab-adab yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Sunnah Rasulullah SAW.

Pertama, tujuan berwisata adalah untuk memperkuat keimanan kepada Allah, bukan untuk meningkatkan kekafiran. Sesuai firman Allah SWT, “Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang orang sebelum mereka. Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat akibat) seperti itu.” (QS Muhammad: 10).

Kedua, jadikan kegiatan wisata sebagai bentuk ibadah kepada Allah, bukan sebagai sarana untuk melakukan perbuatan syirik atau mempersekutukan-Nya. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah SWT, “Katakanlah! Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikan bagaimana kesudahan orang-orang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang orang yang mempersekutukan Allah.” (QS Ar-Rum: 42).

Ketiga, dalam berwisata, tetaplah bersabar dan bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya. Sesuai firman Allah SWT, “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan kepadamu sebagian dari tanda tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.” (QS Lukman: 31).

Keempat, hindarilah perbuatan maksiat dan dosa dalam bentuk apa pun selama berwisata, di mana pun lokasinya. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT, “Berjalanlah kamu di (muka) bumi dan perhatikan bagaimana akibat orang-orang yang berdosa.” (QS An-Naml: 69).

Kelima, dalam berwisata, hindarilah berbuat zalim kepada sesama manusia maupun makhluk ciptaan Allah lainnya, seperti hewan, tumbuhan, batu-batuan, air, dan udara, sebagaimana disebutkan dalam QS Al-Qashash: 77 dan QS Ar-Rum: 41. Terlebih lagi, jangan sampai berlaku zalim terhadap diri sendiri.

Allah SWT berfirman, “Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) orang-orang sebelum mereka? Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali kali tidak berlaku zalim terhadap mereka, tetapi merekalah yang berlaku zalim pada diri sendiri.” (QS Ar-Rum: 9).

Keenam, selama berwisata, perlihatkanlah perilaku, sikap, dan ucapan yang baik, sopan, serta lemah lembut. Sebagaimana firman Allah SWT, “Dan janganlah kamu memalingkan wajah (buang muka) dari manusia karena sombong dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh. Dan sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkan suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruknya suara ialah suara keledai.” (QS Luqman: 18-19).

*Aktivis Muhammadiyah dan pegiata sosial

Tampilkan Lebih Banyak

mpijabar

Akun dari MPI Jawa Barat 2015-2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button