Kabar Persyarikatan

UMK Bisa Berdaya Saing Lewat Green Business

Bandung – Dosen prodi Manajemen Universitas Muhamamdiyah (UM) Bandung Dr Suparjiman MM mengatakan bahwa konsep green business atau bisnis hijau semakin mendapat perhatian luas seiring meningkatnya kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.

“Bisnis ini hadir sebagai jawaban atas isu global warming dan perubahan iklim yang semakin nyata. Masyarakat kini mulai memilih produk-produk ramah lingkungan untuk kebutuhan sehari-hari sebagai bentuk kepedulian terhadap bumi,” ujarnya dalam Gerakan Subuh Mengajian Aisyiyah Jawa Barat pada Rabu (13/08/2025).

Bisnis hijau tidak sekadar menjual produk dengan label ramah lingkungan, melainkan memastikan seluruh proses usaha, mulai dari produksi hingga distribusi, benar-benar mendukung keberlanjutan.

Definisi yang diangkat oleh Green Still Water menegaskan bahwa bisnis hijau mencakup penggunaan material ramah lingkungan, pengelolaan limbah, hingga metode pengiriman yang bertanggung jawab.

Tujuan utama green business adalah meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan sekaligus menciptakan nilai tambah bagi masyarakat.

Selain mengurangi limbah dan melestarikan sumber daya, kata Suparjiman, bisnis ini juga mampu meningkatkan reputasi perusahaan serta memberikan keuntungan finansial. Hal ini sejalan dengan regulasi pemerintah yang semakin ketat dalam mengatur aspek lingkungan.

American Marketing Association (AMA) bahkan merumuskan tiga aspek fundamental dari green marketing. Pertama, retailing, yakni penjualan produk yang aman bagi lingkungan.

Kedua, social marketing, yakni pengembangan produk dengan dampak minimal. Ketiga, environments, yang mendorong perusahaan memproduksi, mengemas, dan mempromosikan produk dengan penuh kepedulian ekologis.

Bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK), terdapat banyak peluang dalam menjalankan bisnis hijau. Di antaranya adalah pertanian organik, fashion berkelanjutan, usaha daur ulang, transportasi ramah lingkungan, hingga penyediaan energi terbarukan.

Setiap sektor ini berkontribusi pada pengurangan emisi dan limbah, sekaligus menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat.

“Selain itu, layanan konstruksi hijau, bisnis kemasan ramah lingkungan, dan pengelolaan limbah juga menjadi pilihan yang menjanjikan. Misalnya, desain bangunan hemat energi, kemasan biodegradable, hingga pengolahan limbah elektronik dan medis. Inovasi-inovasi ini tidak hanya bernilai komersial, tetapi memberikan manfaat langsung bagi keberlanjutan lingkungan,” tandasnya.

Tidak kalah menarik, sektor ekowisata dan keuangan hijau kini juga mulai berkembang. Ekowisata menekankan pariwisata berkelanjutan dengan konsep penginapan ramah lingkungan, restoran berbasis produk organik, serta wisata alam edukatif.

Sementara keuangan hijau mendukung proyek-proyek lokal, seperti pertanian berkelanjutan, hidroponik, dan pendidikan pelestarian alam.

Dengan berbagai peluang tersebut, kata Suparjiman, Green Business diyakini dapat menjadi strategi UMK untuk tetap berdaya saing sekaligus memberikan kontribusi nyata bagi pelestarian lingkungan.

Bisnis hijau bukan hanya tren, melainkan sebuah kebutuhan yang mendesak agar bumi tetap terjaga untuk generasi mendatang.***(FA)

Tampilkan Lebih Banyak

mpijabar

Akun dari MPI Jawa Barat 2015-2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button