Bandung – Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PK IMM) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung sukses menyelenggarakan acara SIMPOSIUM di Kopi Takar, Manisi, Cibiru, Kota Bandung, mengupas tema “Cinta dan Nafsu Politik”.
Kegiatan ini diadakan sebagai respons terhadap keresahan mengenai perpolitikan, terutama di lingkungan kampus. Acara ini menghadirkan pemateri Bagas Abdillah N (Kabid Organisasi IMM HKI) serta para penguji, yaitu Tazzaka Ahsan (Ketua Korkom IMM UM Bandung) dan Fadli Jihadul Islam (Demisioner Ketum PK IMM PAI).
SIMPOSIUM berlangsung dalam format semi-formal dengan rangkaian acara yang meliputi sesi berbagi terkait perpolitikan, diskusi antara peserta, dan sesi kritik yang dipandu oleh para penguji.
Salah satu tujuan utama dari SIMPOSIUM yang diadakan oleh PK IMM FAI adalah mempromosikan konsep politik yang berlandaskan cinta. Diharapkan dengan tujuan tersebut bisa menghindari kebingungan antara cinta dan nafsu dalam ranah perpolitikan, baik di kampus maupun di pemerintahan.
Ketua pelaksana SIMPOSIUM Fajar Abidin menjelaskan bahwa latar belakang kegiatan ini adalah keprihatinan terhadap kondisi politik saat ini. “Politik saat ini terasa seperti dipermainkan. Banyak orang tidak bisa membedakan antara cinta dan nafsu. Padahal, keduanya memiliki perbedaan mendasar,” tegasnya seperti dikutip dari bewarapers.id pada Jumat (18/10/2024).
Penggunaan politik yang murni juga menjadi landasan utama dalam SIMPOSIUM, yang disampaikan melalui sesi diskusi oleh pemateri Bagas Abdillah N, dengan harapan dapat diaplikasikan oleh berbagai lapisan masyarakat, khususnya mahasiswa.
Fadli Jihadul, sebagai salah satu penguji, menyampaikan pandangannya mengenai tema yang diangkat, yaitu Cinta dan Nafsu Politik. “Cinta dan nafsu memiliki proses yang mirip. Keduanya memerlukan perjuangan dan pengorbanan. Cinta membawa ketenangan, sedangkan nafsu menimbulkan ketidaknyamanan. Sementara itu, politik merupakan alat untuk meraih kekuasaan,” ujarnya.
Peningkatan pemahaman politik di kalangan mahasiswa dinilai sangat penting untuk menumbuhkan kesadaran dan sikap kritis terhadap berbagai situasi yang terjadi di sekitar mereka yang difasilitasi melalui acara SIMPOSIUM ini.
Di akhir acara, Tazzaka Ahsan, yang juga menjabat sebagai Presiden Mahasiswa (Presma) UM Bandung sekaligus penguji dalam SIMPOSIUM, menyampaikan harapannya agar IMM dapat terus menjadi panutan dalam dunia politik kampus. “Harapan saya untuk IMM sangat besar. Saya ingin IMM menjadi contoh teladan dalam perpolitikan kampus serta dalam setiap aksi dan inisiatif mahasiswa,” ungkapnya.***(Daffa/Ghibran)