Kabar Muhammadiyah Jabar—
Bersama 33 mudir, wadir, dan keluarga pesantren Muhammadiyah se-Indonesia, H. Arip Somantri, M.Ag., Mudir Pesantren Amanah Muhammadiyah Tasikmalaya pada hari Kamis (2/12/2023) berkunjung ke Institut Pengajaran Bahasa Arab untuk Penutur Asing (Ma’had Lita’lîmi al-lughah Al-‘Arabiyah lighairi an-natiqîna bihâ), Universitas Umm al Qura Makkah.
Pada kesempatan ini peserta diterima oleh Dekan Institut Pengajaran Bahasa Arab Universitas Umm al-Qura, Syekh Dr. Abdurrahman bin Abdullah al-Qarn dan Mantan Dekan Institut Pengajaran Bahasa Arab untuk Penutur Asing Universitas Umm Al-Qura, Penanggung Jawab Halaqah Al-Qur’an Masjidil Haram, yang juga Pengajar di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, Syekh Prof. Dr. Hasan bin Abdul Hamid Bukhari.
Ummul Quro’ sebagaimana diketahui adalah sebuah perguruan tinggi negeri di Arab Saudi di bawah Kementerian Pendidikan Tinggi Arab Saudi yang didirikan pada 1981.
Universitas ini dianggap sebagai salah satu universitas yang paling bergengsi di seluruh dunia Islam karena lokasinya di Mekkah.
Didirikan sebagai Sekolah Tinggi Syari`ah pada tahun 1949 sebelum menjadi perguruan tinggi baru dan berganti nama menjadi Ummul Qura sesuai dengan dekret kerajaan pada tahun 1981.
Selain studi ilmu Syari`ah dan studi Bahasa Arab, di dalam Universitas Umm Al Qura juga terdapat berbagai studi ilmu antara lain Manajemen Teknologi, Manajemen Bisnis, Pemasaran, Teknik, Kedokteran, Pendidikan dan berbagai Ilmu Terapan.
Mengawali pertemuan, Ust. Abdul Jabbar Muhammad selaku panglima safar, memperkenalkan seluruh anggota rombongan serta menyampaikan maksud kunjungan.
“Kami perkenalkan bahwa yang hadir ini adalah para pimpinan pesantren Muhammadiyah dari berbagai wilayah di Indonesia. Dari Papua, Sulawesi, Kalimantan, Sumatra, dan Jawa Barat, Tengah, dan Timur. Kami bermaksud ingin mengetahui lebih rinci tentang kegiatan dan program bahasa di Institut Pengajaran Bahasa Arab Untuk Penutur Asing,” ujarnya.
Sementara Ust. Fajar Sodiq, Lc selaku naib panglima safar menyampaikan harapan, agar kunjungan ini menghasilkan kesepakatan dalam penerimaan mahasiswa dan dauroh bagi guru-guru dari pesantren-pesantren Muhammadiyah yang berkunjung.
“Kami sangat tertarik dengan program pembelajaran bahasa Arab di institut ini. Oleh karena itu kami mohon pada masyayikh di sini agar dapat membuka peluang bagi santri santri-santri kami yang ingin melanjutkan studi di sini. Selain itu, kami juga mengharapkan dapat terbuka lebar kesempatan mengikuti daurah bahasa Arab bagi penutur asing dari guru-guru kami,” pungkas beliau sebelum peserta rombongan lain diberi kesempatan berbicara.
Sementara itu, Syekh Dr. Abdurrahman bin Abdullah al-Qarn dalam sambutannya menyampaikan bahwa institut ini telah melakukan pengembangan pembelajaran bahasa Arab dan al-Qur’an kepada lebih dari 100 negara termasuk Indonesia.
Lebih lanjut beliau menjelaskan, bahwa di Arab Saudi terdapat 51 Universitas yg tersebar diberbagai daerah dengan fakultas keilmuan yang beragam, baik untuk S1, S2 dan S3.
Bagi siapapun yang mau daftar kuliah di saudi. Pemerintah membuka peluang itu dengan satu jalur pintu pendaftaran online. Dan itu bisa diklik di link ini : https://studyinsaudi.moe.gov.sa/
Sedangkan, Syekh Prof. Dr. Hasan bin Abdul Hamid Bukhari menjelaskan, bahwa kerjasama dengan Indonesia dirasakan memiliki kekhususan, diantaranya, Indonesia adalah negara yang paling banyak menjalin kerjasama dengan Universitas Umm al-Qura khususnya dalam keikutsertaannya di pelatihan-pelatihan pembelajaran bahasa Arab dan al-Qur’an.
“Harapan besar agar pesantren-pesantren Muhammadiyah dapat menjalin kerjasama dengan Universitas Umm Al-Qura khususnya dalam bidang peningkatan mutu pembelajaran bahasa Arab dan al-Qur’an.” Tandasnya.
Beliau juga menyampaikan bahwa di Ummul Qura khususnya di Institut Pengajaran Bahasa Arab untuk Penutur Asing banyak dari orang indonesia yang menyelesaikan pendidikan bahasa Arab nya.
Beliau menerangkan terkait kurikulum baru dan buku ajar bahasa arab yang dipakai untuk mahasiswa asing silsilah ta’lîmil lughoh al-‘arobiyah lighairi an-nâtiqîna bihâ, memiliki kekhasan, yaitu memperbanyak hiwar (percakapan) dalam satu kata.
Materi pembelajaran di kitab ini juga langsung bisa diakses langsung via barcode sehingga muncul tampilan video orang sedang melakukan percakapan.
Prosesi pertemuan resmi di institusi ini diakhiri dengan saling tukar cinderamata antar rombongan dengan pimpinan institusi dan foto bersama.
Sebelum melanjutkan ke tempat kunjungan berikutnya kami juga sempat diajak berkeliling ke ruangan as-shundûq al-khairi lembaga yang memberikan beasiswa kepada mahasiswa umm al Qura, ruang kuliah peserta daurah bahasa Arab dan tsaqôfah islàmiyah, serta ruang perkuliahan mahasiswa reguler.
Kontributor: Arip Somantri