Kabar Persyarikatan

Makna Ketaatan Nabi Ibrahim dan Ismail Kepada Allah Menurut Wakil Ketua PWM Jabar

Bandung – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Barat sekaligus dosen UM Bandung, Ace Somantri, menjadi imam dan khatib dalam pelaksanaan salat Idul Adha 1445 Hijriah di halaman UM Bandung, Jalan Soekarno-Hatta Nomor 752, pada Senin (17/06/2024).

Dalam khutbahnya, Ace menjelaskan hikmah luar biasa dari dua manusia kekasih Allah, yakni Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Kisah mereka, kata Ace, merupakan teladan utama sepanjang masa dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT tanpa keraguan sedikit pun.

“Idul Adha merupakan syariat agama yang memiliki sejarah sangat panjang. Syariat Ibrahim ini menjadi simbol keteladanan luar biasa hingga hari ini. Tidak terbayangkan anak (Nabi Ismail) yang saat itu sangat dicintai harus segera disembelih oleh Nabi Ibrahim atas perintah Allah. Ibrahim tidak gentar melaksanakan titah Allah itu. Begitu juga Ismail tanpa ragu mengiyakan perintah Allah melalui ayahnya tersebut. Mereka tunduk dengan syariat Allah. Karena tunduk dan taat luar biasa, Allah pun menggantikan Ismail dengan kambing yang sangat bagus saat dia akan disembelih,” ujar Ace.

Kisah agung dua manusia pilihan Allah itu, kata Ace, merupakan simbol kesalehan kepada Tuhan yang hingga hari ini masih sangat relevan untuk diteladani umat Islam. Betapa tidak, Nabi Ibrahim sudah rela mengorbankan anak tercinta sebagai bukti taat kepada Allah, padahal dia sangat mencintai Ismail karena merupakan anak yang sudah lama didambakan.

Di samping tanpa ragu menjalankan perintah Allah, meskipun sangat berat menurut ukuran manusia, kata Ace, ketaatan kepada Allah juga digambarkan dalam berkurban. Kurban merupakan aktivitas memotong hewan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Selain itu, kurban juga merupakan ibadah yang banyak memberikan manfaat sosial kepada umat manusia yang lain.

“Konsekuensi dari sikap syukur kepada-Nya tidak hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah vertikal seperti menunaikan salat Idul Adha. Namun, juga disertai dengan kesalehan sosial melalui syariat kurban. Syariat kurban bukan hanya ibadah vertikal dan horizontal, melainkan ritual agama yang telah menjadi tradisi amal saleh umat Islam,” kata dosen prodi Teknologi Pangan UM Bandung ini.

Ace menegaskan bahwa hari raya kurban harus terus bertransformasi menjadi tradisi amal kebaikan yang dapat terinternalisasi menjadi karakter umat Islam. Pemaknaan kurban tidak harus tekstual, tetapi kontekstual yang dapat dipahami oleh umat Islam secara menyeluruh. “Berkurban merupakan salah satu syariat ta’abbudi. Ibadah ini memiliki sejarah panjang yang telah ada sebelum kenabian Muhammad SAW. Ajaran ini menanamkan keberanian melepaskan sesuatu yang dicintai demi ketauhidan kepada Allah,” tandas Ace.

Ratusan warga dan jamaah Muhammadiyah, termasuk masyarakat umum, berdatangan ke halaman UM Bandung sejak pagi masih gelap. Mereka datang dengan membawa alat salat masing-masing dan mengisi saf salat Id dari paling depan hingga belakang. Pada Idul Adha kali ini, UM Bandung juga akan menyembelih sapi dan kambing.***(FA/FK)

Tampilkan Lebih Banyak

mpijabar

Akun dari MPI Jawa Barat 2015-2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button