Oleh: Ace Somantri*
Bandung – Keteladanan seorang pemimpin selalu menjadi inspirasi bagi setiap generasi. Sejak zaman para nabi hingga era modern, karakter kepemimpinan yang berbasis keteladanan merupakan indikator utama keberhasilan seorang pemimpin. Dalam lintasan sejarah, kemajuan dan keberhasilan suatu kelompok, bangsa, atau negara sangat ditentukan oleh kualitas pemimpin yang menaungi mereka.
Para nabi, misalnya, adalah figur manusia pilihan yang diamanahkan oleh Sang Ilahi untuk menyampaikan risalah kepada umatnya. Keunggulan mereka terletak pada dedikasi yang luar biasa—konsisten, tekun, dan penuh kesabaran dalam menjalankan amanah yang diwahyukan. Kisah kepemimpinan para nabi, baik yang tercatat dalam kitab suci maupun melalui tradisi lisan, menjadi teladan yang tak lekang oleh waktu.
Keteladanan inilah yang menjadi tolok ukur kepemimpinan sejati—menciptakan harmoni, menjunjung tinggi akhlak mulia, dan senantiasa melayani dengan sepenuh hati.
Keteladanan pemimpin merupakan kunci utama dalam memajukan komunitas manusia, baik dalam lingkup kecil maupun besar. Keteladanan mencerminkan karakter yang melekat dalam diri seorang pemimpin, menjadi landasan moral dan perilaku yang mampu menginspirasi dan mengikat sebuah komunitas.
Nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul terakhir, telah memberikan teladan sempurna dalam sikap dan perilakunya. Empat sifat utama beliau menjadi contoh ideal yang relevan sepanjang masa. Pertama, sidiq (jujur), yang mencerminkan rasionalitas dan objektivitas dalam menilai dan menyikapi berbagai persoalan. Kedua, amanah (dapat dipercaya), yang menggambarkan kesadaran penuh akan tanggung jawab sebagai khalifah di muka bumi, sehingga beliau dijuluki Al-Amin.
Ketiga, fathanah (cerdas), yang menunjukkan keahlian beliau dalam memberikan solusi atas berbagai masalah, sekaligus kemampuan mengayomi dan melayani umat dengan bijaksana. Keempat, tabligh (menyampaikan), yang terlihat dari kepiawaian beliau dalam berkomunikasi secara dialogis dan interaktif, baik di ruang terbuka maupun tertutup, untuk menyampaikan risalah Ilahi kepada umat manusia.
Keempat sifat ini menjadikan Nabi Muhammad SAW teladan sepanjang zaman, relevan untuk semua generasi, dan menjadi pedoman ideal dalam membangun kepemimpinan berkarakter.
Sulit sekali di era saat ini menemukan sosok yang mendekati kepribadian Nabi Muhammad SAW. Bahkan, tampaknya mustahil ada figur yang benar-benar menyerupai beliau. Kesederhanaan, kedermawanan, kecendekiaan, dan keberanian beliau menjadikannya pribadi yang luar biasa dan melegenda sepanjang sejarah umat manusia. Tidak heran, beliau diposisikan sebagai manusia paling berpengaruh dalam sejarah, sebuah gelar yang tak tertandingi.
Meskipun para sahabat terdekat, seperti khalifah al-rasyidun, memiliki kedekatan yang luar biasa dengan beliau dan berinteraksi hampir setiap hari, tetap saja mereka tidak mampu sepenuhnya menyerupai kepribadian beliau. Apalagi generasi-generasi berikutnya, semakin jauh dari upaya untuk meneladani secara sempurna sosok Rasulullah yang dijuluki manusia paling unggul sepanjang masa.
Bahkan dibandingkan dengan para nabi sebelumnya, keunggulan Rasulullah benar-benar melampaui mereka. Beliau menjadi puncak dari risalah kenabian, mengintegrasikan semua keutamaan dan sifat mulia yang diemban oleh para nabi terdahulu, menjadikannya teladan utama bagi seluruh umat manusia hingga akhir zaman.
Dalam konteks masa kini, kualitas pemimpin dan kepemimpinan umat sering kali masih jauh dari kata ideal atau sempurna. Meski demikian, bukan hal yang mustahil untuk berupaya meneladani kepemimpinan para tokoh masa kenabian dan kekhalifahan. Seiring waktu, dari abad ke abad, selalu ada kisah tentang para pemimpin yang menjadi catatan sejarah—baik yang menginspirasi dengan kebaikan maupun yang mencerminkan masa kelam.
Kini, di era global dan digital, kepemimpinan tetap menjadi kunci bagi kemajuan individu maupun kelompok manusia dalam berbagai skala, mulai dari yang kecil hingga yang lebih besar. Di Indonesia sendiri, saat ini bangsa tengah memasuki fase pergantian kepemimpinan baru, dari tingkat pusat dengan Presiden yang baru terpilih hingga kepala daerah di berbagai wilayah.
Momen pergantian serentak ini menjadi momentum yang strategis dan taktis. Dengan kepemimpinan baru di seluruh tingkatan, terdapat peluang besar untuk menciptakan sinergi optimal dalam mengelola potensi bangsa. Ini adalah waktu yang tepat untuk membangun harmoni dan memperkuat arah pembangunan Indonesia di masa depan.
Sejak terpilih dan dilantik, sosok Prabowo telah menunjukkan karakter kepemimpinan yang berbeda di mata publik. Sebelumnya, banyak pengamat dan komentator politik memperkirakan kepemimpinannya akan membawa indikasi gaya lama seperti era Orde Baru—dengan kesan tempramental dan egois yang sering terlihat dalam momen-momen tertentu. Namun, seiring berjalannya waktu, Prabowo tampil sebagai pemimpin yang berwibawa dan visioner, membuktikan kapasitasnya sebagai kepala negara dengan pendekatan yang lebih matang dan terukur.
Wawasan serta jejaring internasional yang dimiliki oleh Presiden Prabowo langsung memberikan dampak nyata. Kehadirannya di panggung diplomasi global telah memperkuat posisi Indonesia di mata dunia. Dalam waktu kurang dari seratus hari kerja sejak dilantik, Prabowo telah menerima undangan untuk membahas dan merevitalisasi berbagai kerja sama bilateral, menunjukkan kepercayaan dunia terhadap kepemimpinannya.
Kemampuan Prabowo sebagai pemimpin yang mumpuni semakin terlihat jelas. Di bawah arahannya, wajah Indonesia kini tampil sebagai negara besar dengan kharisma yang diakui secara global, mencerminkan potensi bangsa yang terus berkembang di era baru ini.
Sejak terpilih dan dilantik, Presiden Prabowo tampaknya berhasil menghindari kritik keras dari para pengamat politik. Langkah-langkah kebijakan yang diambil sejauh ini justru membawa nuansa optimisme bagi masa depan bangsa. Salah satu prioritas utamanya adalah penguatan swasembada pangan, perhatian terhadap peningkatan gizi generasi muda, serta penghematan anggaran negara. Kebijakan tersebut tidak hanya menjadi wacana, tetapi langsung diwujudkan melalui tindakan nyata.
Di bidang penegakan hukum, pendekatan tegas juga mulai terlihat. Dalam waktu singkat, beberapa langkah konkret telah dilakukan, termasuk pengungkapan kasus-kasus korupsi di internal kementerian. Contohnya adalah penangkapan sejumlah pejabat di Kementerian Pertanian yang terlibat korupsi, serta tindakan hukum terhadap pihak-pihak di Kementerian Teknologi Informasi yang terkait dengan pengamanan teknologi judi online. Langkah-langkah ini menunjukkan komitmen pemerintahan Prabowo untuk membangun tata kelola yang bersih dan transparan.
Kepekaan dan kepedulian Presiden Prabowo terlihat jelas melalui tindakan nyata yang mencerminkan perhatian penuh terhadap rakyatnya. Hal ini kembali terbukti saat beliau menghadiri acara Tanwir Muhammadiyah tingkat nasional yang diselenggarakan di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Dengan semangat dan antusiasme tinggi, Presiden Prabowo memberikan sambutan yang penuh kehangatan dan canda, diselingi pujian terhadap peran penting Muhammadiyah dalam membangun Indonesia.
Dalam sambutannya, Presiden menyampaikan pernyataan yang mengundang decak kagum para hadirin. “Bukan Muhammadiyah yang berterima kasih kepada saya, melainkan saya yang berterima kasih kepada Muhammadiyah,” ujarnya dengan penuh ketulusan. Pernyataan ini tidak hanya menunjukkan sikap santun dan berakhlak, tetapi juga mencerminkan kejujuran dan kesetiaan seorang pemimpin kepada bangsa dan lembaga yang telah memberikan kontribusi besar bagi negeri ini. Tindakannya berhasil menciptakan suasana hangat dan menginspirasi para peserta Tanwir dari seluruh penjuru Indonesia.
Muhammadiyah layak mendapat apresiasi dari siapa pun, termasuk dari kepala negara. Keberadaan dan kontribusi nyata persyarikatan ini telah memberikan dampak besar dalam membangun bangsa dan negara. Para pemimpin negeri seharusnya mulai mengubah paradigma kemitraan dengan elemen masyarakat, khususnya organisasi Islam seperti Muhammadiyah, melalui pendekatan sinergi yang profesional dan berkeadilan.
Selama ini, banyak pemimpin dan politisi memandang ormas Islam dengan perspektif yang keliru, menjadikannya sekadar alat politik yang dihitung berdasarkan potensi sumbangan suara. Pendekatan pragmatis seperti ini tak hanya merendahkan karya nyata ormas Islam, tetapi juga menunjukkan ketidakjujuran dalam menghargai kontribusi berbasis ilmu pengetahuan.
Namun, sikap Presiden Prabowo dalam beberapa momentum penting menunjukkan penghormatan dan penghargaan tulus terhadap ormas Islam, termasuk Muhammadiyah. Hal ini bukan sekadar pencitraan atau langkah politis, melainkan bukti kejujuran dan pengakuan akan peran strategis Muhammadiyah dalam membangun bangsa. Jika pendekatan ini dikembangkan lebih jauh melalui kemitraan yang sinergis dan strategis, akselerasi pembangunan Indonesia dapat terwujud dengan lebih cepat dan berkelanjutan.
Kemajuan bangsa dan negara sangat ditentukan oleh peningkatan kualitas manusia dalam tiga aspek utama: pendidikan, kesejahteraan, dan kesehatan. Bagi Muhammadiyah, ketiga bidang ini telah menjadi program unggulan sejak awal berdirinya, yang dikelola secara mandiri. Jika pemerintah dan Muhammadiyah dapat menjalin sinergi maksimal tanpa tendensi politis atau intervensi yang berlebihan, perubahan positif yang dihasilkan diyakini akan meningkat secara signifikan.
Di sisi lain, Muhammadiyah juga memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa pengelolaan program-programnya dilakukan secara efektif, efisien, dan inovatif. Jika sinergi ini benar-benar terwujud, maka ini adalah kesempatan emas bagi Muhammadiyah untuk menunjukkan bahwa kepercayaan yang diberikan dapat dijalankan dengan penuh integritas dan profesionalisme. Namun, kepercayaan adalah aset yang sangat berharga, dan harus dijaga dengan baik.
Sebaliknya, jika terjadi pelanggaran atau tindakan merugikan oleh oknum tertentu, dampaknya bisa merusak reputasi seluruh organisasi, sebagaimana peribahasa “Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga.” Tantangan ini semakin berat mengingat pada umumnya, sistem sanksi di lingkungan ormas Islam seringkali kurang tegas, bahkan terkadang diselimuti oleh pembenaran agama.
Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk menjaga kejujuran, integritas, dan profesionalisme, demi menghindari segala bentuk kerugian. Semoga kita semua dapat terhindar dari hal-hal tersebut, karena hanya Allah SWT yang menjadi sebaik-baiknya pelindung dan penolong. Wallahu a’lam.
*Dosen UM Bandung dan Wakil Ketua PWM Jabar