Kendal – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Busyro Muqoddas, berpesan kepada para aktivis Muhammadiyah untuk selalu berbuat baik, karena kebaikan yang dilakukan akan kembali kepada diri sendiri. Pesan yang disampaikan oleh Busyro ini sesuai dengan QS Al-A’raf ayat 7, yang artinya, “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri, dan jika berbuat jahat maka kejahatan itu untukmu sendiri.”
Selain itu, menyinggung situasi dan kondisi hukum di Indonesia, Busyro menyebut bahwa saat ini penegakan hukum di Indonesia sedang tidak dalam kondisi yang baik. Oleh karena itu, ia berharap agar para aktivis Muhammadiyah turut berperan dalam membenahinya. “Hukum di Indonesia sekarang semakin parah, tapi ini negara kita, plus-minusnya mari kita benahi bersama,” ajak Busyro dalam acara Ambulansmu Jateng di RS PKU Muhammadiyah Kendal belum lama ini.
Kat Busyro, Muhammadiyah berupaya membenahi berbagai masalah yang dihadapi Indonesia melalui berbagai cara, salah satunya adalah melalui pendidikan yang merata untuk semua tanpa terkecuali. Berbicara tentang peran Muhammadiyah dalam mencerdaskan bangsa, Busyro menyampaikan bahwa institusi pendidikan yang didirikan oleh Muhammadiyah bersifat inklusif, tidak membedakan latar belakang suku, agama, ras, dan golongan.
“Teman-teman kita dari Kristiani di Papua mempercayakan Muhammadiyah untuk mendirikan atau mengembangkan kampus di sana,” ujar Busyro seperti dikutip dari laman muhammadiyah.or.id pada Rabu 12 Juni 2024. Permintaan tulus ini menunjukkan tingginya kepercayaan bangsa terhadap Muhammadiyah, terutama di bidang pendidikan. Institusi pendidikan Muhammadiyah memberikan dampak langsung yang dirasakan oleh masyarakat.
Busyro menjelaskan bahwa institusi pendidikan yang dibangun oleh Muhammadiyah memiliki sistem yang rapi. Semua aset yang ada bukan atas nama perorangan, tetapi atas nama Persyarikatan Muhammadiyah. Selain itu, yang membanggakan dari Muhammadiyah adalah pengelolaan yang profesional dan sistematis, serta didasari oleh keikhlasan yang tinggi. Ia mencontohkan bahwa seluruh pimpinan Muhammadiyah dari pusat hingga ranting tidak ada yang digaji.
Padahal, jika dilihat secara kasat mata, aset yang dimiliki oleh Muhammadiyah sangat melimpah, termasuk ratusan perguruan tinggi, ribuan sekolah dan taman kanak-kanak, ratusan rumah sakit dan balai kesehatan, dan lain sebagainya.***