
Bandung – Himpunan mahasiswa prodi Farmasi (Himprofar) UM Bandung kembali merayakan agenda puncak Dies Natalis Organisasi yang ke-8 pada Kamis (31/07/2025). Acara puncak yang berlangsung di Auditorium Kiai Haji Ahmad Dahlan UM Bandung itu menghadirkan rangkaian kegiatan.
Di antaranya seminar nasional dan pembagian juara perlombaan yang sudah dilaksanakan pada beberapa hari sebelumnya. Dies Natalis Himprofar kali ini mengangkat tema ”THRIMORA, Together We Thrive, Towards a Brighter Tomorrow.”
Ketua Pelaksana Ahlamah Syifaul Fatinah menuturkan bahwa seminar tersebut mencerminkan tekad Himprofar untuk turut andil dalam membangun masa depan Indonesia yang lebih baik melalui dunia kefarmasian. ”Kegiatan ini tentu menjadi motivasi bagi peserta untuk menginspirasi terkait tantangan dan peluang dalam dunia kefarmasian pada masa yang akan datang,” ujar Fatinah.
Ketua Himprofar UM Bandung Rifki Budiansyah menyampaikan pandangan serupa. Ia menilai bahwa seminar ini merupakan respons nyata terhadap berbagai dinamika yang terjadi dalam dunia kefarmasian.
”Pada abad ke-21 ini kita menyadari bahwa praktik kefarmasian dihadapkan dengan dinamika yang luar biasa sampai perubahan paradigma pelayanan kesehatan menuntut kita untuk selalu beradaptasi dan berinovasi,” katanya.
Ia menambahkan bahwa kegiatan tersebut menjadi sarana untuk memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman dalam menghadapi berbagai tantangan di bidang kefarmasian. ”Seminar yang ada pada hari ini pun menjadi platform bagi kita untuk mengeksplorasi inovasi terbaru dan merumuskan prospek masa depan yang cerah bagi keprofesian kita,” imbuhnya.
Rifki turut menyampaikan bahwa delapan tahun perjalanan Himprofar mencerminkan langkah-langkah penting dan pencapaian yang telah diraih organisasi selama ini. ”Jadikan momentum dies natalis ini sebagai refleksi diri untuk meningkatkan kualitas dan pelayanan Himprofar dalam lingkungan akademik ataupun masyarakat,” terang Rifki.
Harus siap bersaing
Sementara itu, Ketua Program Studi Farmasi UM Bandung, Dwintha Lestari, mengungkapkan rasa bangganya atas perjalanan dan perkembangan Himprofar selama delapan tahun terakhir. Ia mendorong Himprofar untuk terus aktif, produktif, dan siap menghadapi berbagai tantangan, terutama di dunia farmasi dan profesi apoteker.
Dwintha mengungkapkan bahwa setiap semester terdapat sekitar enam ribu lulusan apoteker di Indonesia. Jumlah itu, menurutnya, terus bertambah dan menciptakan persaingan yang semakin ketat di dunia kerja. ”Berarti sekitar dua belas ribu bertambah setiap tahunnya di Indonesia lulusan yang akan menjadi apoteker saling bersaing satu sama lain,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Dwintha menekankan pentingnya mahasiswa Farmasi UM Bandung untuk memiliki keunikan atau ciri khas yang membedakan mereka dari lulusan lainnya sebagai bekal bersaing di masa depan. ”Jadi, kalau kita tidak bisa survive, kita tidak punya ciri khas sendiri, maka kita tidak akan bisa apa-apa ke depannya,” tandasnya.***