
Bandung – Pendakwah sekaligus content creator Hudzaifah Aslam Mubarok, yang lebih dikenal sebagai Zai TikTok, mengajak mahasiswa dan anak muda untuk menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat di era digital. Pesan tersebut ia sampaikan dalam acara KURMAFAR yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Farmasi (Himprofar) Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung pada Sabtu (08/03/2025).
Kegiatan yang berlangsung di Auditorium Kiai Haji Ahmad Dahlan, lantai tiga gedung UM Bandung, Jalan Soekarno-Hatta Nomor 752, ini dihadiri oleh mahasiswa, dosen, dan sejumlah tamu undangan. Acara ini mengangkat tema ”Menjaga Keseimbangan Dunia dan Akhirat di Era Digital dan Modernisasi” dengan bintang tamu penyanyi nasyid Adzando Davema.
Dalam ceramahnya, Zai menekankan bahwa umat Islam harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan prinsip agama. Ia mengingatkan bahwa tren media sosial sering kali bertentangan dengan nilai-nilai Islam, tetapi bukan berarti umat Islam tidak boleh mengikutinya, selama mengandung hal baik.
Zai juga menjelaskan bahwa keseimbangan antara dunia dan akhirat merupakan ajaran Islam yang harus dijaga. Menurutnya, kehidupan dunia bukan sekadar tempat beribadah, melainkan ruang untuk berkarya dan berkontribusi. “Betul bahwa dunia ini tempat ibadah, tetapi kita juga harus berkarya,” jelasnya di hadapan para mahasiswa yang mayoritas berasal dari generasi Z.
Lebih lanjut, pria asal Tasikmalaya, Jawa Barat, ini menekankan bahwa media sosial dapat menjadi ladang ibadah jika digunakan dengan niat yang benar. Ia mengajak mahasiswa untuk tidak hanya menjadi penonton di media sosial, tetapi memanfaatkannya sebagai sarana dakwah dan berbagi kebaikan. “Jangan cuma jadi penonton di media sosial, tetapi gunakan sebagai sarana dakwah dan berbagi manfaat. Insyaallah dunianya dapat, akhiratnya pun dapat,” katanya.
Selain itu, Zai menyoroti pentingnya menjaga akhlak, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Ia mengingatkan agar anak-anak muda tidak terjebak dalam budaya flexing atau pamer di media sosial. “Akhlak yang baik merupakan kunci agar kita disukai manusia dan diridai Allah,” tuturnya.
Ia juga mengajak mahasiswa untuk bersikap kritis terhadap tren media sosial yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam. “Islam itu enggak ketinggalan zaman, tetapi kita juga harus punya prinsip. Ikut tren boleh, tetapi yang sesuai dengan nilai-nilai Islam,” tegasnya.
Selain menjaga prinsip, Zai juga mendorong mahasiswa untuk melahirkan inovasi yang bermanfaat dan menghindari konten-konten negatif yang marak di media sosial. Ia mengingatkan bahwa sering mengonsumsi konten-konten buruk dapat merusak akhlak dan keseimbangan diri. “Sebaliknya, dengarkanlah hal-hal yang meningkatkan iman dan motivasi kita,” pesannya.
Sebagai penutup, Zai menekankan bahwa anak-anak muda harus fleksibel dan mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang sudah sangat berkembang. “Jadikan teknologi sebagai ladang ibadah dan amal saleh. Media sosial akan memudahkan hidup kita, bergantung pada bagaimana kita menggunakannya,” pungkasnya.
Acara Kuliah Ramadan Mahasiswa Farmasi (KURMAFAR) ini berlangsung dengan khidmat dan mendapat respons positif dari para peserta. Hadir pula Kaprodi Farmasi serta perwakilan dosen yang turut memberikan apresiasi atas pesan inspiratif yang disampaikan dalam kegiatan tersebut.***(FK)