Kabar Persyarikatan

UM Bandung Latih Warga Cipadung Kidul Terampil Mengompos dan Mengurangi Sampah

Bandung – Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung menunjukkan kepeduliannya terhadap masalah sampah melalui program Pengabdian Masyarakat Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2023, rumah tangga menjadi sumber utama sampah di Kota Bandung, dengan 60 persen sampah berasal dari rumah tangga. Sebagian besar sampah tersebut adalah sisa makanan, mencapai 44,52 persen.

”Sampah rumah tangga yang tercampur dan tidak terkelola dengan baik memperburuk permasalahan karena menimbulkan bau, panas, menjadi sumber penyakit, dan sulit diolah. Melalui Program Pengabdian Masyarakat Pemula Kemdikbud 2024, UM Bandung berupaya menghadirkan solusi untuk masalah ini,” ujar Luthfia Hastiani Muharram, Ketua Pengabdian UM Bandung, pada Sabtu (21/09/2024).

Luthfia menjelaskan, tujuan utama program ini adalah meningkatkan kepedulian dan partisipasi warga dalam mengelola sampah organik rumah tangga secara mandiri, sehingga volume sampah dapat berkurang dari sumbernya. Mitra pengabdian dalam program ini adalah kelompok PKK RW 05 Cipadung Kidul, Panyileukan, Kota Bandung. Tim pengabdian terdiri dari Luthfia Hastiani Muharram dan Wulan Pertiwi dari Prodi Bioteknologi serta Siti Marlida dari Prodi Komunikasi Penyiaran Islam.

Program ini fokus pada pelatihan keterampilan pengelolaan sampah rumah tangga melalui kegiatan Training of Trainer (ToT) menggunakan teknik Octaco. Peserta dilatih mengompos di rumah dan diharapkan dapat melatih warga lain di sekitarnya. Pelatihan ToT ini dilaksanakan pada 6 Juli 2024 di kampus UM Bandung dengan 16 peserta dari pengurus PKK RW 05.

”Setelah pelatihan, peserta melakukan praktik mengompos di rumah masing-masing, dan tim pengabdian melakukan pendampingan melalui grup Whatsapp. Peserta melaporkan perkembangan dan kendala yang dihadapi, kemudian diberikan solusi oleh tim. Setelah sukses mengompos secara mandiri, mitra PKK RW 05 mulai melatih warga lainnya untuk mengompos di rumah, sehingga keterampilan ini dapat menyebar meskipun program pengabdian sudah berakhir,” tambah Luthfia.

Program ini menggabungkan dua pendekatan, yaitu teknologi dan media. Pendekatan teknologi berupa penggunaan teknik mengompos dengan Octaco dan alat Inpos. Octaco adalah inovasi teknik mengompos yang mengadaptasi keranjang takakura, menggunakan sabut kelapa dan pupuk kasgot (bekas magot) sebagai starter yang kaya mikroba untuk mempercepat proses pengomposan. Sementara itu, Inpos adalah alat pengomposan yang dikembangkan Prodi Bioteknologi UM Bandung, menghasilkan pupuk cair dan padat dari sampah organik.

Sebanyak 36 kit kompos Octaco diserahkan kepada mitra untuk digunakan di rumah, bersama dengan satu unit alat Inpos yang ditujukan untuk mengelola sampah organik dari usaha katering warga RW 05. Bantuan lain juga diserahkan untuk mendukung program mengompos dan berkebun di Komunitas Buruan Sae RW 05.

Pendekatan media meliputi pembuatan video edukatif tentang pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga dan cara pengelolaannya, yang dapat diakses melalui channel Youtube. Selain itu, dibuat poster panduan pengelolaan sampah rumah tangga dan teknik mengompos dengan Octaco, yang dibagikan secara elektronik di grup Whatsapp dan dicetak sebagai spanduk besar untuk dipasang di fasilitas umum RW 05.

Hasil dari program ini menunjukkan peningkatan keterampilan mitra, di mana seluruh peserta ToT (16 orang pengurus PKK RW 05) berhasil mengompos secara mandiri dan siap menjadi trainer untuk warga sekitar. Kompos yang dihasilkan dimanfaatkan untuk berkebun di rumah dan di kebun komunitas Buruan Sae kemudian digunakan kembali untuk proses pengomposan.

Linda Herliany, Ketua PKK RW 05 Cipadung Kidul, menyampaikan rasa puasnya setelah mengikuti pelatihan ini. Menurutnya, pelatihan ini sangat bermanfaat bagi setiap keluarga di lingkungannya. Ia berharap RW 05 dapat menjadi percontohan dalam pengelolaan sampah dan menginspirasi wilayah lain. Linda juga berencana mengedukasi warga secara door-to-door mengenai pemilahan sampah yang benar. ”Hasil pengelolaan sampah bisa dijadikan pupuk untuk dijual, menambah penghasilan keluarga,” tuturnya.***(FA)

Tampilkan Lebih Banyak

mpijabar

Akun dari MPI Jawa Barat 2015-2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button