Yogyakarta – Ketua Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian, dan Pengembangan (Diktilitbang) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Bambang Setiaji, menyatakan bahwa kewirausahaan sosial atau social enterprise telah menjadi fondasi utama yang memungkinkan Muhammadiyah untuk terus berkembang dan berperan aktif di dalam maupun luar negeri.
Pernyataan ini disampaikan Bambang Setiaji dalam acara “Launching Buku dan Talkshow Bangkitnya Kewirausahaan Sosial: Kisah Muhammadiyah” yang diadakan oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia bersama Serikat Usaha Muhammadiyah (SUMU) di Museum Muhammadiyah, Yogyakarta, pada 13 Januari 2025.
Bambang menjelaskan, sejak lama Muhammadiyah telah aktif di sektor pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) memainkan peran yang signifikan dalam pembangunan nasional.
“PTMA mulai berdiri sejak tahun 1950-an, dengan yang tertua di Jakarta pada tahun 1955, diikuti oleh Solo dan Sumatera Barat pada tahun 1958. Muhammadiyah telah lama menjadi organisasi social enterprise di sektor pendidikan tinggi dan bahkan menjadi salah satu yang tertua di Indonesia,” ujarnya.
Bambang menambahkan, Muhammadiyah tidak hanya bergerak di dalam negeri tetapi juga telah memperluas jangkauannya ke luar negeri, dengan mendirikan lembaga pendidikan seperti Muhammadiyah Australia College (MAC) di Melbourne, Australia.
“MAC menjadi contoh yang baik bagi PTMA di dalam negeri, khususnya dalam pengelolaan yang melibatkan sinergi antara masyarakat setempat, Muhammadiyah, dan pemerintah Australia,” ungkap Bambang.
Menurutnya, pendirian institusi pendidikan dan perguruan tinggi memerlukan kolaborasi antara masyarakat, Muhammadiyah, dan pemerintah. Muhammadiyah terus berupaya bekerja sama dengan para pengusaha untuk memperluas jangkauannya, baik di dalam maupun luar negeri.
Saat ini, Muhammadiyah memiliki 162 perguruan tinggi di seluruh Indonesia, serta Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM) di luar negeri.
“Ini adalah wujud nyata kontribusi Muhammadiyah sebagai organisasi social enterprise di bidang pendidikan tinggi, yang tentunya membutuhkan sinergi erat antara Muhammadiyah, masyarakat, dan pemerintah,” pungkas Bambang.***