
Oleh: Ace Somantri*
PEPERANGAN berkecamuk dalam beberapa bulan ini perang Iran versus Israel. Berbagai jenis rudal hingga jenis rudal jelajah mulai digunakan, baik langsung maupun melalui pesawat tanpa awak atau drone.
Apalagi terhadap warga negara diluar kekuasaanya sudah dianggap mahluk yang harus dibumihanguskan tanpa ampun. Sifat setan dan iblis dalam dirinya sudah menyatu menjadi makhluk haus darah, sikapnya bagai monster liar yang selalu butuh mangsa yang tak ada habis-habisnya.
Rakyat Israel sejak perang dengan Palestina, sudah mengalami tremor dan gangguan psikologis hebat akibat peperangan yang terjadi. Syahwat nafsu angkasa murka Sang Perdana Menteri Netanyahu, mengakibatkan rakyat menjadi korbannya tanpa belas kasihan.
Fakta dan realitas di Kota Gaza, Palestina, darah segar berceceran menjadi bukti keganasan sang monster dari sosok Perdana Menteri Netanyahu. Gemetar tangan dan seluruh tubuh para prajurit Israel Defence Forces (IDF) tak dihiraukan. Mereka menjadi martir kerakusan Sang Perdana Menteri.
Sementara itu, dunia tak mampu berbuat banyak. Hanya Iran tegas berdiri di depan maupun belakang memberikan spirit dan motivasi kepada para korban penindasan kaum zionis Israel.
Keberadaan rakyat Palestina saat ini sudah tak dianggap sebagai manusia. Keberadaan mereka saat ini hanya menjadi seonggok puing reruntuhan akibat perang yang tidak berkesudahan.
Sangat memprihatinkan dan memilukan. Dunia sedang berduka dan lara berkepanjangan akibat perang yang tidak tahu sampai kapan akan selesai.
Belum reda rasa sakitnya dari beberapa negara Timur Tengah akibat penjajahan global dan pendudukan negara-negara eropa dalam sekutunya, disambung peperangan di wilayah yang tak jauh dari seputaran wilayah Asia Tengah hingga kini belum mereda.
Selain Israel versus Palestina dan Ukraina versus Rusia, sempat meletus perang udara Pakistan versus India yang menghebohkan dunia alutsista kedua negara.
Akhirnya, tidak diduga saat ini melibatkan kembali Amerika Serikat dengan Iran dengan pengiriman beberapa jet tempur B2 menyerang tiga tempat sebagai alasan untuk melenyapkan situs nuklir.
Tak dapat dihindari, serangan bom Amerika Serikat ke Iran tidak dapat ditoleransi. Sebagian anggota kongres Gedung Putih mengkritik tindakan Trump yang melakukan tindakan inkonstitusional terhadap perundang-undangan yang berlaku di Amerika Serikat.
Namun, begitulah Trump dalam memimpin satu periodenya hari ini. Baginya, serangan militer dengan jet tempur angkatan udara adalah atas perintahnya.
Hal itu dapat memenuhi syahwat nafsu buasnya untuk mempertontonkan sebagai negara yang seolah-olah mengklaim diri sebagai negara adidaya di antara negara-negara lain di belahan dunia.
Dengan dalih apa pun, tindakan serangan terhadap negara berdaulat merupakan bentuk penjajahan yang tidak dibenarkan dalam kesepakatan warga dunia.
Hal wajar apabila Iran memberikan respons balasan terhadap segala yang terkait dengan negara yang melakukan serangan kepada kedaulatan negaranya.
Selat Hormuz secara geografis merupakan salah satu selat yang dimiliki Iran. Dari selat itu geopolitik ekonomi dunia menjadi bagian sangat penting dalam stabilitasnya.
Melalui Selat Hormuz, selama ini Iran memiliki kekuatan dan kekuasaan yang dapat diacungi jempol. Pasalnya, dari selat tersebut Iran mampu tampil dalam percaturan politik global dunia.
Selat tersebut menjadi jalur lalu lintas perdagangan global. Di antaranya menjadi jalan perdagangan minyak dunia yang didapat dari negara-negara penghasil minyak tidak dapat bertransaksi.
Akhirnya, akan ada dampak buruk secara global akan tindakan perlawanan Iran dengan menutup Selat Hormuz. Bahkan, eksesnya bisa berdampak ke berbagai belahan dunia.
Itulah pentingnya bagi bangsa dan negara bahwa zona laut dan perairan harus dapat dikendalikan secara mandiri dan merdeka dari intervensi negara asing. Hal itu bukan sekadar ancaman ekonomi, melainkan ancaman besar dan signifikan terhadap dunia militer, baik ketahanan maupun pertahanan.
Entah berapa ribu triliun yang akan berdampak terhadap politik ekonomi global saat Selat Hormuz ditutup. Maka ada celotehan yang akan dijadikan sebuah tekanan psikologis, yakni dari Trump untuk kebusukan Amerika Serikat.
Hal itu dipertegas oleh pernyataan pejabat Iran bahwa mereka sah dan legitimate melakukan serangan balik terhadap seluruh kepentingan USA di wilayah mana pun. Termasuk yang ditargetkan bukan hanya fasilitas militer, melainkan warga negaranya akan menjadikan sasarannya.
Saling ancam tidak dapat dihindari. Begitupun Trump yang mengancam Iran, yakni damai atau tragedi. Jika ini terus berlanjut, perang nuklir sulit dihindari dalam skala perang kawasan.
Siapa pun negaranya, saat mulai terdesak dalam pertempuran, tidak ada alasan senjata pamungkas akan digunakan tanpa ragu.
Kita berharap peperangan seperti ini. Begitu juga penjajahan berharap segera hilang di atas dunia. Dalam perspektif kemanusiaan, segala bentuk penindasan satu kaum terhadap kaum lainnya tidak dibenarkan.
Dalam ajaran agama apa pun, apalagi pembantaian dan tragedi kemanusiaan, hal itu harus diadili dalam pengadilan kejahatan dunia. Tidak boleh diabaikan atau dibiarkan begitu saja.
Sangat keterlaluan dan tidak keadaban hingga saat ini mata para pemimpin dunia membiarkan tragedi kemanusiaan di Gaza masih terus terjadi tanpa ada kendali. Dunia seolah-olah menutup mata.
Dunia hari ini sudah tidak ada moral dan normal yang dianut atas dasar kemanusiaan. Saat ini hanya ada pamer kekuasaan dan kedaulatan pragmatis.
Jiwa dan raga manusia sudah tak ada arti manakala tidak ada dalam barisan kekuasaan pada sebuah komunitas sosial besar ataupun kecil.
Mengejutkan dunia, Israel benar-benar telah diberikan pelajaran oleh Iran. Selama ini Iran dengan proxy-nya terus konsisten membela Palestina, tanpa ragu atau was-was akan serangan balik dari sekutu Israel.
Iran siap sedia dari segala konsekuensi yang dilakukan. Hal demikian bukan sok jago dan hebat, melainkan tanggung jawab negara sesuai konstitusi perundang-undangan yang telah disepakati.
Jadi, Iran selama ini konsisten ternyata menjalankan konstitusi dengan anggaran yang disediakan sebagaimana yang tercatat dalam pasal 154 pada konstitusi Republik Islam Iran.
Konstitusi ini menjelaskan bahwa Iran memandang pembelaan terhadap kaum tertindas dan penentangan terhadap kaum penindas sebagai kewajiban ideologis dan konstitusional.
Ketika Iran membantu Palestina dan beberapa negara terdekatnya, itu merupakan amanah konstitusi mereka yang harus dilaksanakan dan ditegakkan secara adil dan beradab.
Selat Hormuz selama ini menjadi senjata yang mematikan dalam politik ekonomi global. Bahkan, dari selat tersebut telah membuka ruang gerak Iran untuk bangkit dari keterpurukan akibat embargo dunia.
Oleh karena itu, Iran hari ini telah menjadi sorotan publik dunia. Dalam kondisi puluhan tahun diembargo, ekonomi, politik, dan pertahanan mereka telah mengubahnya menjadi negara mandiri dan berdikari.
Mereka telah berhasil menjadi negara yang berdaulat dalam segala bidang dapat terwujud dan berdiri di atas kaki sendiri.
Indonesia yang damai dan merdeka hampir satu abad kedaulatannya, justru dipertanyakan. Sangat ironis dan irasional, seharusnya Indonesia lebih maju dari Iran karena Indonesia dalam kondisi tanpa tekanan.
Benarkah demikian? Lihat dan rasakan sendiri kebenarannya seperti apa. Dengan satu selat saja, mereka sekarang dalam tekanan politik global dunia sehingga mampu menekan dunia.
Semoga Indonesia saat ini hingga ke depan segera mengubah dirinya. Dengan kekuatan negara maritim terbesar di dunia, Indonesia harus lebih maju dan canggih dari negara-negara daratan di dunia.
*Wakil Ketua PWM Jabar