Oleh: Muhsin MK
Pandangan sebagian masyarakat terhadap sekolah inklusi masih miring dan negatif karena tidak terlepas dari stigma anak difabel atau ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) tidak bisa dikumpulkan dengan anak-anak pada umumnya. Akibatnya, sekolah sekolah inklusi mengalami kekurangan siswa anak anak biasa karena ada kekhawatiran pada orang tuanya bahwa anaknya tidak bisa belajar dengan baik.
Bahkan, para orang tua itu pun khawatir anaknya tidak dapat masuk ke sekolah negeri saat melanjutkan karena lulus dari sekolah inklusi. Padahal, pada sekolah negeri pun saat ini sudah mulai membuka diri untuk menerima anak difabel atau ABK, walaupun dalam jumlah terbatas, dua hingga tiga orang dalam satu kelas.
Memang keberadaan sekolah-sekolah inklusi ini belum sebanyak jumlah sekolah ekslusi pada umumnya. Sehingga tidak banyak warga masyarakat yang mengetahui tentang sistem pendidikan dan pembelajaran di sekolah sekolah inklusi.
Di sini artinya masih perlu dilakukan aktivitas sosialisasi tentang sekolah-sekolah inklusi dalam masyarakat secara luas. Memberikan penerangan dan penjelasan tentang apa dan bagaimana pendidikan dan pembelajaran yang diberikan di sekolah inklusi tersebut.
Pendidikan dan pembelajaran sekolah inklusi negeri tentu berbeda dengan sekolah inklusi swasta. Bagi sekolah inklusi negeri tentu lebih menarik karena negerinya. Selain itu, setiap orang tua juga dalam masyarakat berharap agar anaknya dapat masuk sekolah di negeri daripada di swasta.
Faktor penyebabnya adalah sekolah negeri termasuk yang inklusinya lebih murah biaya masuk dan gratis SPP-nya. Selain itu, proses pendidikan dan pembelajarannya juga dilakukan oleh tenaga guru yang terpilih dan umumnya sarjana. Ditambah fasilitas pendidikan dan pembelajarannya yang lengkap dibandingkan dengan sekolah swasta.
Namun, tidaklah berarti sekolah inklusi swasta tidak memberikan daya tarik daripada sekolah negeri. Sekolah inklusi swasta yang dikelola lembaga Islam, seperti yang didirikan Muhammadiyah, Aisyiyah, Al Irsyad Al-Islamiyyah, dan lain-lain, tetap berusaha melakukan usaha lebih baik dalam aktivitas pendidikan dan pembelajaran di sekolahnya.
Pendidikan dan pembelajaran sekolah inklusi Islam yang tidak bisa dilakukan oleh sekolah negeri justru telah memberikan pengaruh dan daya tarik tersendiri. Seperti pendidikan dan pembelajaran agama Islam, Al-Qur’an, dan bahasa Arab memberikan nilai lebih dibandingkan dengan di sekolah negeri.
Tentunya ini bukan berarti di sekolah inklusi negeri tidak ada pendidikan dan pembelajaran agama, Al-Qur’an dan Bahasa Arab. Namun, karena kurikulumnya sudah standar, model, cara dan proses pendidikan dan pembelajarannya akan berbeda.
Ditambah waktu belajar yang terbatas dibandingkan dengan sekolah inklusi swasta. Di swasta dapat membuat kurikulum pendidikan dan pembelajaran agama Islam, Al-Qur’an, dan bahasa Arab lebih banyak, bahkan bisa diberikan setiap hari sekolah.
Meskipun demikian, sekolah-sekolah inklusi swasta tetap masih mengalami hambatan dan tantangan. Selain permasalahan pendanaan yang besar perlu diperhatikan, juga fasilitas yang masih terbatas.
Oleh karena itu, sekolah inklusi swasta, apalagi yang didirikan organisasi dan lembaga Islam, agar tetap eksis, tentu perlu terus-menerus meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan dan pembelajarannya. Hal ini diharapkan agar masyarakat menjadi tertarik untuk memasukkan anak anaknya ke sekolah inklusi swasta tersebut.
Sekolah inklusi swasta hendaklah benar-benar memberikan pendidikan dan pembelajaran yang baik dan berkualitas kepada siswanya, baik anak yang difabel atau ABK maupun anak biasa. Karena anak difabel atau ABK itu adalah manusia yang perlu dihargai eksistensinya. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah inklusi hendaklah tidak disamankan seperti tempat servis motor.
Tempat servis motor hanya untuk memperbaiki motor yang rusak fisik mesinnya. Siswa sekolah inklusi bukanlah motor, melainkan manusia yang memiliki fisik, mental, jasmani, dan rohani.
Sekolah inklusi merupakan tempat untuk memberikan pendidikan dan pembelajaran siswa termasuk anak difabel atau ABK agar mereka tumbuh dan berkembang dengan baik, fisik, mental, jasmani, dan rohaninya. Oleh karena itu, pendidikan dan pembelajaran di sekolah inklusi, khususnya di lembaga Islam, perlu menyentuh beberapa aspek sebagai berikut.
Pertama, aspek pendidikan keagamaan yang meliputi akidah, ibadah, akhlak-adab, tahsin, tahfiz, dan tulus baca Al-Qur’an. Kedua, aspek ilmu pengetahuan umum. Ketiga, keterampilan atau skill. Keempat, olahraga. Kelima, seni dan budaya.
Berkaitan dengan keterampilan digabung dengan olahraga anak difabel atau ABK bisa dilatih memanah, berenang, naik kuda, dan olahraga lainnya yang bisa mereka ikuti, baik sendiri sendiri maupun berkelompok. Dalam olimpiade saja diadakan pertandingan antar olah ragawan difabel dari seluruh dunia.
Selain itu, perlu aktivitas bimbingan dan konseling terhadap anak difabel atau ABK dengan menempatkan psikolog profesional. Serta menanamkan kepercayaan diri pada mereka untuk tidak mengatakan bahwa diri mereka ABK.
Para siswa difabel atau ABK harus ditanamkan bahwa mereka bukanlah anak burung dan kucing, melainkan anak manusia ciptaan Allah. Anak difabel atau ABK pun bisa mencapai cita-cita sebagai manusia setinggi tingginya, sama seperti anak anak pada umumnya.
Bahkan mereka bisa menjadi waladun shaleh (anak manusia yang shaleh dan shalehah). Selain itu, mereka juga bisa menjadi orang yang berguna bagi agama, keluarga, nusa, bangsa, dan dunia. Wallahu ‘alam.***