
Bandung – Dosen prodi Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung Dr Saepul Adnan SSi MSi menyoroti peran penting generasi muda Indonesia, khususnya Generasi Z, dalam mengatasi krisis pemborosan makanan global.
Ia menilai, Gen Z merupakan generasi yang unik karena impulsif dalam konsumsi makanan dan mudah terpengaruh tren media sosial. Namun, memiliki kesadaran lingkungan yang tinggi dan potensi besar menjadi agen perubahan sosial.
”Penelitian menunjukkan bahwa niat kuat generasi muda untuk mengurangi food waste dapat berujung pada tindakan nyata di kehidupan sehari-hari,” ujar Adnan saat menjadi narasumber dalam Kuliah Umum “With GarudaFood” yang digelar Himpunan Mahasiswa Teknologi Pangan (HIMTEKPA) dan prodi Teknologi Pangan UM Bandung di Auditorium KH Ahmad Dahlan pada Kamis (16/10/2025).
Ia menjelaskan bahwa berbagai komunitas mahasiswa dan startup lokal mulai aktif menggerakkan kampanye zero food waste dengan memanfaatkan teknologi digital seperti aplikasi berbagi makanan dan sistem kecerdasan buatan.
Gerakan ini menunjukkan bahwa kesadaran kolektif dan inovasi dapat bersatu untuk menekan jumlah sampah makanan di Indonesia.
Adnan mencontohkan sejumlah inovasi yang sukses diterapkan di tingkat nasional dan internasional.
Aplikasi Surplus di Indonesia dan ClearPlate dari China, misalnya, membuktikan bahwa teknologi mampu menciptakan solusi berkelanjutan dalam mengurangi limbah pangan.
Sementara itu, Jepang menjadi inspirasi melalui kebijakan Food Loss Reduction Promotion Act, yang efektif menekan food waste berkat kolaborasi erat antara pemerintah, bisnis, dan masyarakat.
Menurutnya, tantangan masih dihadapi, mulai dari gaya hidup konsumtif, budaya visualisasi makanan yang berlebihan, hingga keterbatasan infrastruktur pengelolaan limbah pangan.
Meski begitu, ia optimistis Gen Z Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pelopor perubahan menuju pola konsumsi yang bijak dan berkelanjutan.
”Perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil, bahkan dari piring makan kita sendiri,” ungkapnya.
Sementara itu, narasumber kedua, Doni Sukarno, selaku Head of Business Unit GarudaFood, menekankan pentingnya kolaborasi antara kampus, industri, dan pemerintah dalam mencetak generasi muda yang inovatif serta kompetitif di sektor pangan.

Ia menjelaskan bahwa industri makanan adalah pilar penting ekonomi nasional yang membutuhkan sinergi antara riset akademik, inovasi teknologi, dan kebijakan publik yang mendukung.
Lebih lanjut, Doni menuturkan bahwa GarudaFood menjadi contoh nyata penerapan inovasi berkelanjutan melalui pengembangan produk baru, peningkatan kualitas, efisiensi produksi, serta penggunaan energi ramah lingkungan seperti sistem tenaga surya dan penerapan ekonomi sirkular.
Upaya ini menunjukkan bahwa inovasi dan keberlanjutan dapat berjalan seiring dalam menjawab tantangan industri pangan modern.
Selain menekankan pentingnya inovasi, Doni juga menyoroti perlunya soft skill bagi calon profesional di industri pangan.
Menurutnya, mahasiswa di bidang teknologi pangan dan teknik perlu memiliki kemampuan kepemimpinan, adaptasi, pengambilan keputusan, serta kolaborasi lintas disiplin agar mampu bersaing dalam dunia kerja yang dinamis.
Melalui konsep triple helix—sinergi antara universitas, industri, dan pemerintah—generasi muda diharapkan dapat berperan aktif dalam kegiatan magang, penelitian, dan inovasi produk bernilai ekonomi serta sosial.
Doni menegaskan bahwa kelincahan berpikir dan kemampuan beradaptasi merupakan kunci utama dalam menjaga keberlanjutan industri pangan global.***(FA)