
Bandung – Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Bandung Euis Evi Puspitasari menegaskan pentingnya memahami profesi yang berhubungan dengan komunikasi, termasuk jurnalis dan humas, melalui perspektif Islam. Ia merujuk pada surah Ali Imran ayat 110 yang menekankan tiga prinsip utama: amar makruf, nahi mungkar, dan keimanan kepada Allah.
Menurut Euis, prinsip ta’muruuna bil-ma’ruufi atau amar makruf dapat dimaknai sebagai bentuk humanisasi, sebagaimana dijelaskan oleh cendekiawan muslim Kuntowijoyo. Dalam konteks ini, jurnalis diharapkan mampu mengangkat isu-isu kemanusiaan, seperti keadilan, kesetaraan, dan hak-hak asasi manusia, serta memberikan suara kepada kaum marginal yang sering kali terpinggirkan.
Selanjutnya, konsep tanhauna anil munkar atau nahi mungkar diidentikkan dengan liberasi. Liberasi, kata Euis, merupakan upaya membebaskan masyarakat dari ketidakadilan, penindasan, dan kesewenang-wenangan. ”Di sini, jurnalis harus memiliki keberanian untuk mengkritisi kekuasaan yang menyimpang dan membela kebenaran,” ujar Euis seperti dikutip dari YouTube UM Bandung pada Rabu (09/04/2025).
Aspek ketiga, yaitu wa tu’minuuna billaahi, merujuk pada nilai transendensi. Artinya, kata Euis, seorang jurnalis tidak hanya bertugas menyampaikan fakta, tetapi membawa nilai-nilai moral dan spiritual dalam laporannya. Melalui tulisan-tulisannya, jurnalis diharapkan dapat mengajak pembaca mendekat kepada kebaikan dan kebenaran.
Euis menambahkan, bagi seorang komunikator atau ahli komunikasi, landasan spiritual dalam bekerja menjadi sangat penting. Al-Quran, sebagai pedoman utama, banyak memberikan arahan terkait bagaimana prinsip-prinisp komunikasi, khususnya dalam konteks menyampaikan pesan kepada khalayak.
Ia mengutip surah Ar-Rahman yang menjelaskan bagaimana Allah SWT, yang Maha Pengasih, mengajarkan manusia berbicara dan berkomunikasi. Dari sini terlihat bahwa kemampuan berkomunikasi merupakan anugerah ilahi yang harus digunakan dengan penuh tanggung jawab.
Komunikasi, menurut Euis, tidak sekadar menyampaikan informasi, tetapi membangun hubungan yang harmonis, edukatif, dan transformatif. Baik sebagai humas maupun jurnalis, tugas seorang komunikator adalah menebarkan kebaikan melalui pesan-pesan yang dibawanya.
”Begitu banyak pelajaran dari Al-Quran yang bisa kita ambil tentang bagaimana berkomunikasi dengan benar,” tandas Euis. Oleh karena itu, ia berharap para mahasiswa dan praktisi komunikasi mampu menerapkan nilai-nilai tersebut dalam profesi mereka sehingga dapat membawa perubahan positif bagi masyarakat.***(FA)