Kabar Muhammadiyah Jawa Barat

Pendidikan Muhammadiyah Jadi Pilar Penting Bangun Peradaban Indonesia

Bandung – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dadang Kahmad mengatakan bahwa tidak dapat dimungkiri institusi pendidikan yang didirikan oleh Muhammadiyah telah menjadi pilar penting dalam membangun bangsa Indonesia menuju peradaban yang lebih maju dan modern serta memperkuat persatuan di tengah perbedaan yang ada.

Pernyataan tersebut disampaikan Dadang dalam acara Pembukaan Disdukpala Region 2 Jawa Barat yang digelar di Kota Bandung pada Senin (14/10/2024).

Pendidikan Muhammadiyah sebagai kekuatan bangsa ini dijalankan oleh individu-individu yang tulus dalam menjalankan amanah, serta berada di garis depan dalam upaya mencerdaskan bangsa, seperti para guru, kepala sekolah, dan seluruh elemen akademis.

“Dalam menghadapi tantangan era ini, kepala sekolah Muhammadiyah diharapkan tidak hanya kompeten secara teknis dan manajerial, namun juga mampu mengajarkan nilai-nilai Islam Berkemajuan,” ujarnya.

Dadang menjelaskan bahwa Islam Berkemajuan secara sederhana dapat diartikan sebagai Islam yang menitikberatkan pada nilai keadaban, penguasaan ilmu pengetahuan, dan kemandirian.

Walaupun memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa, sekolah-sekolah Muhammadiyah, seperti halnya sekolah swasta lainnya, belum mendapatkan perhatian yang optimal dari pemerintah. Sekolah-sekolah ini sering kali terkesan kalah prioritas dibandingkan sekolah-sekolah negeri.

Meski demikian, Dadang menekankan agar sekolah-sekolah Muhammadiyah tidak menyerah pada keadaan. Ia menegaskan bahwa proses akan membuahkan hasil, serta pentingnya menerapkan prinsip “siapa cepat dia dapat” dalam merekrut siswa.

Selain dua prinsip tersebut, Dadang juga menyoroti pentingnya meningkatkan keunggulan sekolah Muhammadiyah. Hal ini dikarenakan tantangan yang dihadapi oleh sekolah-sekolah Muhammadiyah semakin kompleks di masa kini.

Tantangan lain yang dihadapi sekolah-sekolah Muhammadiyah terkait dengan penurunan jumlah siswa baru adalah menurunnya angka kelahiran. Dadang menjelaskan bahwa pada era 1970-an, sebuah keluarga bisa memiliki 5 hingga 6 anak, tetapi saat ini rata-rata hanya memiliki 2 hingga 3 anak, bahkan ada yang hanya memiliki satu anak.

“Tantangan ketiga mungkin adalah kondisi ekonomi yang tidak stabil seperti sekarang ini,” jelas Dadang. Oleh karena itu, ketiga tantangan tersebut—yakni peningkatan keunggulan, penurunan angka kelahiran, dan ketidakstabilan ekonomi—dapat menghambat upaya dalam memajukan sekolah-sekolah Muhammadiyah.***

Tampilkan Lebih Banyak

mpijabar

Akun dari MPI Jawa Barat 2015-2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button