Oleh Muhsin MK
Surat Al Asri yang pendek, hanya tiga ayat, merupakan surat yang cukup populer di lingkungan Muhammadiyah dan Aisyiyah setelah surat Al Ma’un. Sudah menjadi tradisi dalam persyarikatan sejak zaman KH Ahmad Dahlan, apabila mengadakan acara dan rapat rapat memulai dengan membaca basmallah atau Al Fatihah dan diakhiri dengan melafazkan surat Al Asri.
Surat Al Asri ini mengandung makna tentang urgensi waktu dan disiplin dalam beriman, beramal shaleh dan berdakwah. Karena itulah setiap pemimpin Muhammadiyah dan Aisyiyah, serta diharapkan juga para jamaah dan anggotanya agar memperhatikan masalah disiplin waktu dalam kegiatan yang dilaksanakannya.
Pada setiap acara pengajian, tabligh dan rapat Akbar, hari ber Muhammadiyah dan pertemuan pertemuan, Muktamar, Tanwir dan musyawarah lainnya, baik pelaksana dan pelaksanaan acara akan berusaha mengatur dan merealisasikan disiplin waktu ini. Memang masih ada yang kurang mengamalkan wal Asri ini, masih ngaret, namun pada umumnya di lingkungan persyarikatan sudah benar benar direalisasikan.
Termasuk aktifitas pimpinan Muhammadiyah dan Aisyiyah sejak di pusat hingga ke ranting ranting, benar benar berusaha mengamalkan wal Asri atau disiplin waktu dan disiplin kegiatannya. Apalagi para pimpinan persyarikatan di semua tingkatan itu menjadi Uswatun Hasanah atau suri teladan dalam pengamalan Al Islam dan ke Muhammadiyahan.
Bahkan para pemimpin Muhammadiyah dan Aisyiyah juga harus menjadi suri teladan bagi jamaah dan anggotanya dalam merealisasikan disiplin waktu menunaikan shalat lima waktu secara berjamaah. Karena itu membuat pengaturan waktu kegiatan acara dan upacara apapun dalam persyarikatan tidak akan berbenturan atau melanggar waktu waktu ibadah shalat.
Demikian juga bagi mereka yang hoby olah raga dan menonton pertandingan sepak bola dan olah raga lainnya, sudah seharusnya memperhatikan waktu waktu ibadah shalat berjamaah di masjid, termasuk shalat malam (tahajud atau qiyamul lail). Hendaknya tidak sampai karena asyiknya menonton bola dan cabang olah raga lainnya, mereka lupa akan disiplin waktu ibadah dan kegiatan persyarikatan yang harus ditunaikannya.
Memang asyik menonton bola bagi mereka yang hoby, bisa membuat dirinya lalai pada wal Asri, atau disiplin waktu beribadah dan beramal shaleh dalam persyarikatan. Termasuk asyik mendengarkan musik ketimbang lantunan ayat ayat Al Qur’an yang dibacakan oleh Qari dengan indahnya. Tentu ini pun perlu menjadi perhatian para pemimpin dan jamaah Muhammadiyah dan Aisyiyah dimanapun mereka berada.
Islam tidaklah melarang setiap ummatnya termasuk keluarga besar persyarikatan untuk menyalurkan hoby dan merasa asyik menonton olah raga dan mendengarkan musik yang membuat sehat dan bugar. memperhalus rasa dan menyukai keindahan. Namun rasa asyik hendaknya tidak sampai melupakan wal Asri, yakni disiplin waktu, baik dalam beribadah dan beramal shaleh, maupun dalam melaksanakan kegiatan di Muhammadiyah dan Aisyiyah.
Tentu akan semakin baik, giat dan semangat, sehingga serius, fokus dan konsentrasi dalam ber Muhammadiyah dan ber Aisyiyah, jika dalam melaksanakan disiplin waktu beribadah dan beramal shaleh dibarengi dengan rasa asyik dan menyenangkan. Rasa asyik dalam melaksanakan kegiatan persyarikatan tentu akan menghilangkan kejenuhan dan kelesuan. Sebab semuanya harus direalisasikan dengan sepenuh hati dan keikhlasan.
Rasa asyik jika ditumbuhkan dalam persyarikatan akan berpengaruh pada beberapa aspek. Pertama, memperkuat hoby. Nah perlu ditumbuhkan hoby ber Muhammadiyah dan ber Aisyiyah bagi para pemimpin dan anggotanya. Hanya perlu dilandasi, bahwa hoby itu bagian dari ibadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Kedua, memperkuat rasa mencintai, menyenangkan, menggembirakan dan membahagiakan dalam ber Muhammadiyah dan ber Aisyiyah bagi pemimpin dan anggotanya. Mereka tidak merasa terpaksa, terbebani dan tertekan dalam memimpin persyarikatan dan mendukung berbagai aktifitas yang dilaksanakannya dalam masyarakat dimanapun mereka berada.
Ketiga, menambah gairah kesungguhan dan pengorbanan dalam ber Muhammadiyah dan ber Aisyiyah tanpa ada beban dunia, materi, kehidupan keluarga dan kedudukan. Apalagi mereka menyadari bahwa pengorbanan, kesungguhan dan keikhlasan dalam ibadah dan beramal shaleh, termasuk dalam perjuangan (jihad) melalui persyarikatan juga akan membawa keberkahan dan limpahan Rezki dari arah yang tidak disangka sangka.
Sesuai firman Allah Azza Wa Jalla, “Dan orang orang yang berjihad (berjuang) untuk mencari (keridhoan Kami), maka akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan jalan Kami. Dan sungguh Allah beserta orang-orang yang berbuat baik (Muhsinin). (AL Ankabut:69). Wallahu ‘alam.