Oleh: Ace Somantri*
BANDUNGMU.COM — Belum genap satu pekan berlalu, hampir semua kementerian di Kabinet Merah Putih telah melakukan serah terima jabatan dari menteri lama kepada menteri baru. Yang cukup mengejutkan, seluruh kementerian dan badan dalam Kabinet Merah Putih kini memiliki wakil menteri. Prosesi pelantikan kabinet berlangsung lebih dari satu hari, mengingat banyaknya pejabat yang dilantik. Suasana di Istana Presiden pun tampak ramai beberapa hari setelah pelantikan Presiden Prabowo.
Salah satu kementerian yang mendapat perhatian adalah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, yang kini dipimpin oleh Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Dr Abdul Mu’ti MEd yang juga menjabat sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI merupakan hasil pemecahan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), yang kini terbagi menjadi tiga kementerian: Kementerian Dikdasmen, Kementerian Diktisaintek, dan Kementerian Kebudayaan.
Serah terima jabatan di ketiga kementerian tersebut dilakukan secara bersamaan. Setelahnya, Menteri Dikdasmen mengadakan pertemuan dengan wakil menteri serta pejabat lainnya untuk memulai hari kerja. Pertemuan ini diawali dengan sesi perkenalan dan dilanjutkan dengan penyampaian visi serta arahan kerja untuk periode mendatang.
Dalam pertemuan tersebut, terdapat beberapa hal menarik yang patut dicermati. Selain menyampaikan rencana untuk mengevaluasi beberapa kebijakan sebelumnya, beliau juga berpesan kepada seluruh peserta agar tidak memanggilnya dengan sebutan Pak Menteri, melainkan cukup dengan panggilan Pak Mu’ti. Hal ini bertujuan untuk menciptakan suasana yang lebih akrab dan kekeluargaan, sesuai dengan ciri khasnya yang dikenal sebagai sosok yang ramah dan murah senyum.
Dalam pertemuan itu, beliau juga menyampaikan beberapa poin penting yang akan menjadi visi dan arahan kerja Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah ke depan, dalam menjalankan amanah yang telah dipercayakan kepadanya. Poin-poin penting tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, visi dan budaya kerja yang diusung adalah menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, tanpa terlalu terikat pada pendekatan birokratis atau struktural-industrial, serta menghindari budaya kerja pejabat “come and go”.
Kedua, profesionalisme dan akuntabilitas ditekankan untuk membangun budaya kerja yang lebih transparan dalam tata kelola, guna mencegah tindakan korupsi.
Ketiga, penggunaan bahasa Indonesia menjadi prioritas dalam penetapan nomenklatur resmi di lingkungan kementerian, sebagai upaya menjaga identitas bangsa. Keempat, reformasi birokrasi untuk meningkatkan pelayanan, agar tidak ada perilaku yang mempersulit.
Pak Mu’ti menegaskan bahwa masyarakat yang datang membawa masalah tidak boleh pulang dengan masalah baru. Ia juga memperkenalkan konsep pelayanan “RAMAH”, yang merupakan akronim dari Responsif, Akuntabel, Melayani, Adaptif, dan Harmonis.
Kelima, kesejahteraan dan kegiatan kebersamaan juga menjadi perhatian. Pak Mu’ti mengusulkan kegiatan olahraga rutin, seperti senam bersama dan badminton, yang akan dilakukan pada hari-hari tertentu. Bahkan, ia menggagas Senam Nasional Indonesia Maju yang akan diadakan di seluruh sekolah.
Untuk anak usia dini, beliau menekankan pentingnya mengembangkan lagu-lagu anak yang mendidik sesuai dengan karakter usia mereka. Demikian beberapa poin penting yang disampaikan Pak Mu’ti dalam pertemuan pertamanya dengan wakilnya dan pejabat di lingkungan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah.
Selain catatan-catatan sebelumnya, Pak Mu’ti juga memberikan arahan penting lainnya yang harus diperhatikan oleh seluruh staf dan karyawan tanpa terkecuali.
Pertama, beliau melarang merokok di area perkantoran sebagai bentuk teladan dalam menjalani gaya hidup sehat dan bersih. Kedua, penghematan energi juga ditekankan sebagai upaya mempromosikan kesehatan dan efisiensi karena anggaran yang digunakan berasal dari rakyat. Hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa peduli dan empati terhadap penggunaan sumber daya secara bijak, serta menghindari sikap boros.
Ketiga, dalam kegiatan keagamaan, Pak Mu’ti berharap narasumber yang diundang untuk memberikan tausiyah memiliki sikap moderat dan mendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dari catatan di atas, dapat dipahami bahwa Pak Mu’ti berharap dapat menunaikan amanah yang diberikan dengan sebaik-baiknya. Pesan Presiden Prabowo, khususnya mengenai peningkatan sumber daya manusia dan percepatan kualitasnya, menjadi pedoman utama bagi Pak Mu’ti. Ia juga menekankan pentingnya upaya pencegahan korupsi di lingkungan kementerian.
Dengan gaya yang egaliter dan khas, Pak Mu’ti berharap dapat mengatasi kebuntuan birokrasi yang sering kali terkesan kaku dan terlalu strukturalis sehingga mampu mempermudah penyelesaian masalah. Semoga perubahan ini membawa Indonesia menuju kemajuan. Amin.
*Dosen UM Bandung dan Wakil Ketua PWM Jabar