Bandung, Kabar Muhammadiyah Jabar—
Majelis Pembinaan Kader (MPK) Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Jawa Barat periode 2022-2027 menyelenggarakan Focus Group Discussion Lentera (Literasi Al-Qur’an untuk Anak Tuna Netra). Sabtu (30/3/2024).
Program Lentera ini mengusung tema “Melalui literasi Al- Qur’an bersama ‘Aisyiyah mari menumbuhkan kecintaan terhadap Al-Qur’an”.
Acara diselenggarakan di Aula Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung Jl. K.H. Ahmad Dahlan No.53 Kota Bandung.
FGD diikuti oleh 25 Peserta terdiri dari guru PAI Sekolah Luar Biasa Muhammadiyah Se-Jawa Barat, guru PAI Sekolah Luar Biasa Khusus Tunanetra, guru PAI Sekolah Luar Biasa Khusus Kota/Kab. Bandung, orang tua yang memiliki anak tunanetra, dan mahasiswa tunanetra.
Program Lentera ini direncanakan berkelanjutan, yang dimulai dengan pelatihan (ToT) membaca Iqro Braille bagi Anak.
Menurut Dewi Mulyani, Ketua MPK PW Aisyiyah Jawa Barat, tujuan dari FGD ini yaitu pertama, mengidentifikasi kesulitan-kesulitan spesifik tunanetra dalam belajar membaca Iqra atau Al-Qur’an Braille. Kedua, mengidentifikasi kesulitan-kesulitan guru dan orang tua dalam membelajarkan tunanetra membaca Iqra atau Al-Qur’an Braille.
Ketiga, mengidentifikasi dan mengembangkan metode alternatif dalam membelajarkan tunanetra membaca Iqra atau Al- Qur’an Braille. Keempat, merancang prinsip dan materi esensial dalam pembelajaran Al-Quran yang adaptif dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan tunanetra. Kelima, mendorong peserta untuk menjadi agen perubahan dalam masyarakat untuk menjadi fasilitator atau mentor literasi Al-Quran untuk tunanetra.
Narasumber FGD ini Yoga Budi Santosa yang membahas Urgensi literasi Al-Quran bagi Tunanetra, Agus Irawan Sensus membahas tentang Pembelajaran Al-Quran bagi Tunanetra dan permasalahannya (perspektif kajian akademisi) dan Saefudin tentang Pembelajaran Al-Quran bagi Tunanetra dan permasalahannya (perspektif praktisi). FGD ini dimoderatori Een Ratnengsih.
Hasil diskusi menghasilkan pertama, pemahaman literasi al qur’an yang terbatas pada decoding. Kedua, kompetensi guru yang masih memerlukan pengembangan dalam pembelajaran alqur’an. Ketiga, terbatasnya metode, strategi dan media dalam membelajarkan literasi Al-Qur’an.
Untuk itu dari hasil FGD menawarkan solusi berupa mengembangkan inovasi media braille, memberikan kursus atau pelatihan bagi guru yang membelajarkan Al-Qur’an Braille, mengembangkan metode dalam membelajarkan literasi Al-Qur’an bagi anak berkebutuhan khusus.
Selain itu, perlu pula adanya peningkatan kesejahteraan bagi guru yang membelajarkan Al-Qur’an Braille pada tunanetra atau ABK keseluruhan.
Dewi pun berharap dapat berkolaborasi antara peserta dan narasumber yang hadir dalam forum diskusi ini untuk menindak lanjuti hasil diskusi melalui Training of Trainer (ToT) mengajarkan Iqra atau Al-Qur’an Braille pada Anak Tunanetra.
Kontributor: Enuy Nurjanah