
Yogyakarta – Ustaz Adi Hidayat (UAH) membahas konsep khair ummah atau umat terbaik dalam Pengajian Ramadan Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang digelar pada Senin (03/03/2025) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Dalam ceramahnya, Wakil Ketua Majelis Tablig Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini menekankan bahwa umat terbaik lahir melalui proses transformasi dari jahiliah menuju peradaban yang lebih baik, berlandaskan nilai-nilai Al-Quran.
“Kajian tafsir tidak bisa berdiri sendiri pada satu ayat. Harus dikaji dalam konteks yang lebih luas,” ujarnya. Menurutnya, konsep khair ummah dalam Surah Ali Imran ayat 110 tidak dapat dipahami secara terpisah. Namun, harus dikaitkan dengan ayat-ayat lain yang membangun karakter umat, seperti pentingnya iman, takwa, dan amal saleh.
Lebih lanjut, Ustaz Adi menekankan bahwa sifat wasathiyah atau moderasi menjadi kunci dalam pembentukan umat terbaik. Moderasi ini bukan hanya dalam pemahaman agama, melainkan dalam kehidupan sosial. Ia menjelaskan bahwa pembentukan karakter umat terbaik harus dimulai dari penguatan iman secara pribadi, kemudian diterapkan dalam keluarga, dan akhirnya berkontribusi bagi masyarakat.
Dalam pemaparannya, Ustaz Adi juga menyoroti pemikiran Kiai Ahmad Dahlan dalam membangun Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang mengimplementasikan nilai-nilai Al-Quran dalam kehidupan nyata.
“Kiai Ahmad Dahlan tidak hanya menekankan aspek ibadah ritual, tetapi bagaimana Islam diaplikasikan dalam kehidupan sosial,” katanya. Hal ini menjadi alasan mengapa Muhammadiyah berkembang dengan berbagai amal usaha di bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial.
Selain itu, Ustaz Adi mengulas perbedaan antara iqra dan tilawah dalam Al-Quran. Menurutnya, iqra menekankan aspek membaca secara tekstual, sementara tilawah mengandung makna membaca dengan pemahaman yang mendalam serta pengamalan dalam kehidupan.
“Inilah yang diterapkan dalam pendidikan Muhammadiyah, mulai dari TK Aisyiyah hingga perguruan tinggi, agar peserta didik tidak sekadar membaca, tetapi memahami dan mengamalkan nilai-nilai Islam,” jelasnya.
Sebagai penutup, ia menegaskan bahwa wasathiyah dalam Muhammadiyah bukan sekadar teori, melainkan harus diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Dengan menerapkan prinsip ini, Muhammadiyah diharapkan terus menjadi lokomotif perubahan dalam membangun peradaban Islam yang berkemajuan.***