
Bandung – Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat bersama Lingkar Studi Islam Berkemajuan Universitas Muhammadiyah Bandung menyelenggarakan Maljum School dengan tema “Membumikan Islam Berkemajuan di Jawa Barat” pada Kamis (20/02/2025).
Acara yang bertempat di Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Bandung ini menghadirkan narasumber Iu Rusliana (Sekretaris PW Muhammadiyah Jawa Barat), dengan pemantik diskusi Tati (Ketua Lingkar Studi Islam Berkemajuan), serta dimoderatori oleh Kelik N Widiyanto (Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PW Muhammadiyah Jawa Barat).
Krisis intelektual dan tantangan kaderisasi
Dalam pemaparannya, Iu Rusliana menyoroti berkurangnya tradisi intelektual di lingkungan Muhammadiyah Jawa Barat. Menurutnya, fenomena ini terlihat dari minimnya figur cendekiawan dan akademisi yang mampu menjadi inspirator serta penggerak pemikiran di Jawa Barat.
Ia menegaskan bahwa indikator keilmuwanan dan intelektualitas dapat dilihat dari publikasi akademik dan sitasi ilmiah. Sehingga, semacam oase, di Muhammadiyah Jawa Barat ada figur ilmuwan kuat seperti Brian Yuliarto yang kini menjadi Mendiktisaintek. Padahal di Jawa Barat ada 14 perguruan tinggi Muhammadiyah yang delapan di antaranya levelnya sudah universitas.
Lebih lanjut, Iu mengungkapkan bahwa gerakan intelektual tidak hanya bergantung pada jumlah institusi pendidikan, tetapi juga pada bagaimana kaderisasi keilmuan dilakukan secara sistematis. Ia melihat adanya kegagalan dalam kaderisasi, terutama dalam membangun budaya menulis dan berdiskusi di ruang publik.
”Saya berharap, Maljum School dapat bertahan selama puluhan tahun ke depan sebagai ruang pencerahan. Kita perlu lebih banyak dorongan untuk menciptakan atmosfer intelektual yang lebih kuat di lingkungan Muhammadiyah Jawa Barat,” ujarnya.
Ia juga menyoroti bahwa masih ada ruang lebar dalam peran Muhammadiyah Jawa Barat untuk mendorong ide-ide besar pengembangan masyarakat. Muhammadiyah di Jawa Barat masih berada di pinggiran dan belum menjadi kekuatan utama dalam mempengaruhi kebijakan publik serta diskursus intelektual di tingkat provinsi. ”Oleh karena itu, kader Muhammadiyah harus didorong menduduki posisi strategis dalam ruang-ruang publik berdasarkan kompetensi dan prestasi, bukan sekadar relasi personal atau budaya sungkem,” imbuhnya.
Transformasi tata kelola dan penguatan organisasi
Selain permasalahan intelektual dan kaderisasi, Iu juga menyinggung pentingnya transformasi tata kelola organisasi di Muhammadiyah Jawa Barat. Sejak ia menjabat selama satu tahun sepuluh bulan sebagai Sekretaris PW Muhammadiyah Jawa Barat, berbagai upaya telah dilakukan untuk mendorong perbaikan tata kelola organisasi di tingkat wilayah dan daerah.
Salah satu contoh yang ia berikan adalah mendorong koordinasi antara level pimpinan. Secara rutin, pimpinan wilayah melakukan sosialisasi, koordinasi, arahan kebijakan, dan monitoring evaluasi pelaksanaan program ke daerah. Hal ini untuk memastikan terlaksananya berbagai kebijakan yang telah ditetapkan.
Langkah strategis ke depan
Sebagai solusi atas berbagai tantangan yang dihadapi, PWM Jawa Barat telah melakukan berbagai inisiatif strategis. Beberapa langkah yang telah dilakukan antara lain adalah penguatan gerakan intelektual di lingkungan kampus, peningkatan riset pengabdian masyarakat, dan pembinaan kader secara berkelanjutan. ”Gerakan intelektual ini tidak boleh sekadar menjadi rutinitas, tetapi harus menghasilkan karya nyata yang bisa diwariskan kepada generasi selanjutnya,” tegasnya.
PWM Jawa Barat juga mendorong dokumentasi dan publikasi gagasan-gagasan besar dari para tokoh Muhammadiyah, baik melalui penulisan buku, pendampingan kepenulisan, maupun workshop akademik. Sebagai langkah konkret, PWM Jawa Barat telah menginisiasi pendokumentasian dan pengarsipan manuskrip penting dari tokoh Muhammadiyah di Jawa Barat agar warisan pemikiran mereka tidak hilang begitu saja.
Selain aspek intelektual dan kaderisasi, PWM Jawa Barat juga tengah melakukan konsolidasi dalam aspek hukum dan kebijakan publik. Penguatan ideologi bagi seluruh kader dan pegawai di amal usaha, penguatan cabang dan ranting, tata kelola amal usaha pendidikan, kesehatan dan sosial, juga penguatan institusi Lazismu dan wakaf yang mendorong kemandirian organisasi. Dia juga menekankan pentingnya transformasi digital dalam pengelolaan Muhammadiyah Jawa Barat, termasuk pengembangan media sosial sebagai sarana dakwah dan informasi.
Dengan berbagai langkah ini, PWM Jawa Barat berharap dapat membangun Muhammadiyah yang lebih kuat, baik dari sisi intelektual, kaderisasi, ataupun tata kelola organisasi. “Kita harus benar-benar menciptakan perubahan yang berdampak nyata bagi umat dan masyarakat,” pungkasnya.***