Kabar Persyarikatan

Mahasiswa Kristen: Tidak Ada Diskriminasi, Unisa Bandung Justru Tanamkan Spirit Kebersamaan

Bandung – Citra kampus islami sering kali identik dengan eksklusivitas. Namun, Universitas Aisyiyah (Unisa) Bandung membuktikan sebaliknya. Suasana akademik di kampus ini justru dibangun dengan nilai inklusif, penuh kehangatan, dan kebersamaan lintas agama.

Hal itu dialami langsung oleh mahasiswa non-muslim yang mengikuti Baitul Arqam Purna Studi (BAPS), program pembekalan akhir studi sebelum resmi menjadi alumni.

Alichia Sintia, mahasiswa Profesi Ners beragama Kristen, mengaku sangat terkesan dengan pengalaman mengikuti BAPS bersama ratusan mahasiswa lain. “Saya merasa sangat nyaman dan diterima. Meski bukan muslim, kegiatan ini ramah dan inklusif. Saya merasakan kebersamaan seperti bagian dari keluarga besar UNISA,” ungkapnya seperti dikutip dari laman resmi Unisa Bandung.

Ia menambahkan, banyak nilai universal yang bisa dipetik dari kegiatan tersebut. “Saya terkesan dengan nilai toleransi, empati, dan kebersamaan yang disampaikan. Nilai-nilai ini relevan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terbatas pada agama tertentu. BAPS memberi saya perspektif baru tentang pentingnya hidup harmonis dan saling menghargai,” jelasnya.

Hal senada disampaikan Yuda Saputra Nugraha, mahasiswa Kristen lainnya. Menurutnya, BAPS adalah bekal berharga bagi lulusan UNISA Bandung.

“Pematerinya luar biasa, materinya aplikatif dan menarik. Saya terdorong untuk terus mengembangkan diri dengan ilmu yang berlandaskan ajaran keagamaan, agar bisa menjadi berkat di masyarakat,” ujarnya.

Bagi Yuda, identitas UNISA Bandung sebagai kampus islami justru menjadi nilai tambah. “Kurikulum Keperawatan Holistik Islami sangat menarik karena melibatkan aspek spiritual dalam praktik keperawatan. Walaupun atmosfer kampus kental dengan nilai Islam, saya tidak pernah sekalipun mengalami diskriminasi. Sebaliknya, saya bangga bisa kuliah di UNISA,” tegasnya.

Plt Kepala Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI) UNISA Bandung Susi Indriana menjelaskan bahwa BAPS dirancang untuk memperkuat identitas mahasiswa sekaligus membekali mereka menghadapi tantangan sosial.

“Tujuan BAPS adalah penanaman nilai Islam dan Kemuhammadiyahan tingkat lanjut, penguatan identitas alumni, serta menumbuhkan optimisme dalam menghadapi kehidupan,” terangnya.

Menurutnya, BAPS tidak berhenti pada teori, tetapi mengajarkan sikap hidup Islami yang relevan dengan zaman. “Mahasiswa dibekali karakter unggul sesuai nilai UNISA, yaitu profesional, berintegritas, dan berakhlakul karimah. Narasumber dipilih bukan hanya berwawasan Islam, tetapi juga memiliki rekam jejak profesional, sehingga menjadi teladan nyata,” tambahnya.

Lebih jauh, Susi menilai keikutsertaan mahasiswa non-muslim dalam BAPS membawa makna penting. “Mereka merasa menjadi bagian dari komunitas besar kampus, bukan sekadar individu. Kebersamaan ini menumbuhkan toleransi, gotong royong, hingga kolaborasi akademik maupun profesional. Inilah wujud nyata Islam rahmatan lil ‘alamin di UNISA Bandung,” ujarnya.

Ia menegaskan, UNISA Bandung berkomitmen menghadirkan suasana kampus yang ramah bagi semua mahasiswa. “Al-Islam dan Kemuhammadiyahan tidak sebatas ibadah ritual, melainkan juga nilai kasih sayang, kepedulian, dan tenggang rasa. Dengan begitu, mahasiswa dari latar belakang beragam dapat tumbuh bersama dalam suasana inklusif,” pungkasnya.

Melalui pengalaman mahasiswa dan pembinaan LPPI, UNISA Bandung meneguhkan diri sebagai kampus islami yang terbuka, ramah, dan menjadi teladan inklusivitas bagi perguruan tinggi lainnya.***

Tampilkan Lebih Banyak

mpijabar

Akun dari MPI Jawa Barat 2015-2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button