
Sumedang – Suara riuh tawa anak-anak berpadu dengan semangat para orang tua, Selasa (19/08/2025) siang itu, memenuhi Desa Cikole, Kecamatan Cimalaka, Sumedang.
Lapangan desa yang biasanya lengang mendadak berubah menjadi arena kegembiraan. Bendera merah putih berkibar gagah, sementara masyarakat berbaur tanpa sekat usia untuk merayakan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) ke-80.
Perayaan ini bukan sekadar pesta tahunan. Lebih dari itu, ia menjadi ruang kebersamaan yang menyatukan warga, sekaligus menghidupkan semangat gotong royong dan nasionalisme.
Di balik gemerlap lomba dan sorak sorai penonton, tersimpan pesan mendalam: mencintai tanah air dengan cara yang sederhana, namun tulus.
Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Muhammadiyah Bandung kelompok 11 menjadi motor penggerak kegiatan ini. Bersama masyarakat, mereka menghadirkan ragam perlombaan tradisional—balap karung, tarik tambang, hingga estafet kelereng—yang sukses menyulut antusiasme warga.
Tidak hanya itu, pentas seni berupa tarian daerah dan karaoke menambah warna dalam perayaan, sekaligus menjadi bentuk nyata pelestarian budaya.
“Perayaan HUT RI ini bukan sekadar hiburan, melainkan momentum untuk mempererat tali persaudaraan sekaligus mengingat jasa para pahlawan bangsa,” tutur Della Alfi Maresca, Penanggung Jawab Kelompok 11 KKN UMB, dengan mata berbinar.
Della menegaskan, lomba dan pentas seni yang melibatkan masyarakat bukan hanya melatih sportivitas dan solidaritas, melainkan juga menanamkan nilai kebersamaan. Inilah yang menurutnya menjadi bekal penting bagi generasi muda agar tumbuh sebagai pribadi berkarakter, disiplin, dan peduli pada lingkungan.
Semarak HUT RI di Cikole mendapat sambutan hangat dari warga. Dari anak-anak yang ceria hingga orang dewasa yang penuh semangat, semua larut dalam suasana kebersamaan.
“Kami merasa senang karena kegiatan ini bukan hanya hiburan, tapi juga edukasi untuk menanamkan semangat nasionalisme,” ungkap seorang warga dengan wajah penuh haru.
Partisipasi masyarakat yang tinggi menjadi bukti nyata bahwa kemerdekaan tidak hanya dirayakan dengan simbol, melainkan juga dengan persatuan yang hidup dalam keseharian.
Dari Desa Cikole, sebuah pesan sederhana tapi kuat disampaikan: mencintai Indonesia dapat diwujudkan lewat tawa bersama, peluh kerja sama, dan langkah kecil yang sarat makna. Perayaan ini menjadi momentum berharga dalam membentuk generasi muda yang cerdas, berprestasi, sekaligus berjiwa nasionalis.***